Sinopsis Siccin2 bag 3 by MayZulaikha

Sinopsis Siccin2 bag 3 by MayZulaikha. Hicran mengunjungi makam Birol. Air mata membajiri wajahnya.
“Sayang, ibu datang. Anakku yang berharga. Ibu di sini, nak. Kau pasti kedinginan di bawah sana. Kau pasti menggigil. Maafkan ibumu sayang. Maafkan aku..” Hicran mengelus foto Birol dengan penuh kerinduan.

Baca dulu: SInopsis Siccin 2

Tiba-tiba terdengar suara. “Berikan bayiku. Kembalikan bayiku!!”

Hicran tersentak. Dia menatap sekeliling mencari sumber suara. Diantara pepohonan, dia melihat 2 wanita berabaya hitam dengan kepala miring dan wajah perot menatap kearahnya. Tanpa menunggu lebih lama, Hicran berlari meninggalkan makam Birol.

Hari sudah malam ketika Hicran tiba di rumah. Dia langsung menuju ke jemuran untuk mengangkat pakaian Birol. Tapi pakaian-pakaian itu tak lagi menggantung di jemuran. Hicran panik. Dia berlari kedalam kamar Birol dan membuka kotak tempat pakaian Birol biasanya di simpan.

Hicran tersentak kaget. Melihat kotak itu kosong dan digenangi air. Di atas air mengapung foto Birol. Hicran mengambil foto Birol dan menatapnya dengan sedih. Tiba-tiba dari dalam air muncul sesosok boneka dengan kondisi mengerikan. Hicran terlonjak kaget. Dia berlari keluar rumah. Saat menuruni tangga, dia melihat baju-baju Birol masih menggantung dijemuran. Hicran meraih baju Birol dan menciuminya sambil memanggil nama anaknya. “Birol..”


Keesokan harinya, Aynur mengantar Hicran pergi ke tempat ahli spiritual. Hodja Abdullah namanya. Keduanya duduk di ruang tamu menunggu.

Aynur memberitahu Hicran kalau dia telah memberitahu masalah Hicran pada Hodja lewat telpon. “Jangan khawatir. Semua akan baik-baik saja. Ok?”
“Ok.” sahut Hicran.

Hodja Abdullah membuka pintu kamar dan mempersilahkan Hicran masuk. Hicran dan Aynur hendak masuk kedalam rumah. Tapi Hodja menyuruh Aynur menunggu di luar saja. Aynur menurut.

Dalam kamar, ada seorang bocah berpakaian putih juga rambut dan wajahnya putih duduk di sudut ruangan. Hodja mengabaikan bocah itu. Dia dan Hicran duduk menghadap ke sebuah nampan berisi air. Hodja menyodorkan selembar kertas dan pulpen pada Hicran. Menyuruhnya menulis nama Hicran 3 kali. Hicran menurut.

Hodja Abdullah menerima kembali kertas itu. Dia membaca nama yang tertera di kertas itu dan melirik kearah si bocah. Hicran ikut melirik kearah yang sama.

Hodja mengambil paku kecil, dia meminta Hicran mengulurkan jarinya. Hodja menusuk jari Hicran hingga keluar darah. Dengan kertas bertuliskan nama Hicran, Hodja melap darah di jari Hicran.

Lalu Hodja melipat kertas itu, memasukannya kedalam gelas dan menuangkan air di dalamnya. Setelah kertas terendam air, Hodja membaca doa-doa dan meniup air itu. Setelah itu dia bangkit menghampiri sibocah putih dan meminumkan air itu padanya. Si bocah menurut. Dia meneguk separuh isi gelas. Setelah itu, Hodja kembali ke tempat duduknya semula.

Hodja bertanya pada Hicran, “sejak kapan masalah ini di mulai, nak?”
Hicran menjawab, “minggu lalu, Hodja.”
“Temanmu Aynur menyebut tentang dihantui. Sekali ini terjadi, dia akan kembali lagi dan lagi.”
“Tapi ini terlalu berat, Hodja. Sebenarnya ini berawal sejak aku masih kecil. Samar-samar aku mengingatnya. Tapi bukan seperti ini.”
“Tenangkan hatimu, nak. Jika Allah yang maha kuasa berkehendak, kita bisa mengatasi semua ini.”

Lalu Hodja bercerita tentang yang Mulia Sumeyye, wanita pertanya yang menjadi korban. Abu Cehil mengurung Sumeyye dalam sebuah penjara dan menyiksanya. Dia menyuruh Sumeyye mengingkari Allah. Dia bahkan berani berkata kalau Sumeyye menjadi pengikut Muhammad karena telah ditundukkan olehnya. Sumeyye membalas perkataan Abu Cehil dengan kata-kata kasar. Dia bahkan berani meludahi Abu Cehil. Lalu Abu Cehil membunuh ibu Sumeyye dengan sebilah tombak.

“Sekarang katakan padaku, nak. Jika bukan karena Abu Cehil, bagaimana kesalehan ibu Sumeyye diketahui dunia? Allah menciptakan setan agar kita bisa melihat kebaikan. Dan itu ujian kita. Semoga Allah menginjinkan kita hidup dengan iman dan mengizinkan kita berada bersama orang-orang beriman hingga kita dipertemukan kembali dengan-Nya.”

Hicran menjawab, “Aamiin.”

Lalu Hodja berdoa. Diantara doa-doa Hodja, si bocah putih bangkit dan duduk di depan Hodja menghadap nampan berisi air. Hodja membaca doa-doa. Si bocah mengikutinya. Hodja dan Bocah putih menatap air dalam nampan yang beriak, memperlihatkan sebuah adegan.

Ada wanita yang sedang melahirkan. Lalu pria terbakar. Boneka yang di beri mantra dan makam Birol. Lalu boneka itu terbakar. Ada bayi yang juga terbakar. Dan wanita yang meninggal saat melahirkan.

Hodja terpana melihat apa yang baru saja dia saksikan. Hodja menatap bocah putih yang terengah-engah dan terlihat lemas. Hodja membimbing bocah itu masuk kedalam. Setelah itu, dia kembali duduk ditempatnya. Hicra menunggu dengan harap-harap cemas.

Hodja mengucapkan bela sungkawa atas meningalnya Birol. “Anakkmu kini berada dalam penjagaan malaikat. Allah berkehendak, tempatnya pasti di surga.” Hicran terlihat binggung.

Lalu Hodja bertanya bagaimana hubungan Hicran dengan bibinya?

“Saya punya satu bibi dari pihak ibu. Tapi dia sudah meninggal. Saya juga punya bibi dari pihak bapak, tapi tidak pernah berhubungan.”

“Kenapa?” tanya Hodja.

Hicran memberitahu kalau bibi dari pihak bapak pernah berselisih dengan ibunya masalah tanah pertanian. Sejak itu mereka tidak pernah lagi bertemu.

“Apakah ayahmu masih hidup?”

Hicran menggeleng. “Dia meninggal saat aku masih kecil. Bunuh diri. AKu tak pernah melihatnya.”

Hodja menatap Hicran dengan ia. Lalu dengan hati-hati dia berkata, “Nak Hicran, aku akan menjelaskan semuanya padamu. Tapi kau jangan takut. Obat untuk semua penyakit hanya ada pada Allah. Kau berada dibawah pengaruh sihir. Mereka menyebutnya sihir 41 jahitan. Sangat susah untuk dipatahkan dan dihancurkan. Tidak semua orang bisa melakukan ini. Orang yang bisa melakukan ini bukan hanya ahli dalan ilmu sihir tapi juga berhati iblis. Mungkin ini adalah sihir yang paling kuat. Mereka bekerja sama dengan iblis yang seharusnya dibakar di dasar neraka.”

Hicran bertanya, “Hodja, siapa dan mengapa mereka menyihir aku?”

“Seseorang dari saudaramu yang menyimpan dendam. Bibi dari ibu atau bapakmu. Karena itu aku bertanya tentang mereka. Sihir 41 jahitan di rapal dengan berbagai tujuan. Hanya tuhan yang tahu, tujuan yang mana yang mereka lakukan padamu. Jika Allah mengizinkan, aku akan membantumu. Tapi pertama-tama kita harus menemukan dulu siapa yang menyihirmu. Jika kita tidak tahu apa tujuan dari sihir itu, kita tidak akan mampu mematahkannya……”

NEXT: Sinopsis Siccin 2 bag 4