Sinopsis Film Turki SICCIN 2 by May Zulaikha. Bagi yang penasaran dengan film Siccin 1 bisa baca Sinopsis Siccin 1 by May Zulaikha di sini.
Film Siccin 2 dibuka dengan adegan seorang pria sedang mengambil wudhu. Hari sudah sangat gelap dan sepi. Hanya suara binatang malam dan kecipak air yang terdengar. Selesai Wudhu, pria itu mengambil mangkok lalu menuangkan air keras kedalam mangkok itu. Dengan ratut wajah datar, dia membawa mangkok berisi air keras itu kedalam rumah. Tak lama terdengar suara jerit kesakitan seorang wanita.
Beberapa saat kemudian, pria itu keluar dari dalam rumah dengan mangkok yang sudah kosong. Dia menuang kembali sisa air keras kedalam mangkok. Lalu dia berdiri khusyuk menghadap kiblat sambil membaca syahadat. Setelah itu, tanpa ragu dia mengangkat mangkok berisi air keras itu dan meminumnya. Kulit mulut dan dagunya langsung meleleh. Pria itu tersedak sekarat dengan wajah menahan kesakitan yang amat sangat. Lalu terkapar menrenggang nyawa.
Sekian puluh tahun kemudian, di Yenice Canakkle…
Hicran menghampiri putranya, Birol, yang menangis histeris di atas kursi bayinya di dapur. Hicran coba menenangkan Birol. Tapi Birol terus menangis sambil sesekali menatap ke kamar. Hicran menunjukan cake yang baru selesai dia buat pada Birol. Tapi Birol tetap menangis.
Di Hotel Aksu, Adnan sedang menerima telpon. Rekannya datang. Adnan protes karena rekannya terlambat. Rekan Adnan minta maaf dan langsung menggantikan kerja Adnan. Adnan berpesan kaalau penghuni kamar 207 minta selimut tambahan.
Dirumah Hicran, Birol masih menangis histeris. Dia membuang semua mainannya ke lantai. Akhirnya Hicran menggendong Birol dan membawanya ke kamar. Hicran mendudukkan Birol di karpet dan memberinya mainan yang sangat banyak. Tak jauh dari Birol ada sebuah lemari pakaian besar dari kayu jati yang sangat berat. Hicran meminta Birol berhenti menangis dan bermain. Karena dia akan membuatkan masakan yang lezat untuk Birol.
Birol mengambil maiannya dan berhenti menangis. Hicran gembira. “Anak pintar…” Lalu Hicran segera bergegas menuju dapur.
Di dapur, Hicran membereskan meja makan. Dia melihat hpnya dan menelpon Adnan.
“Hallo.”
“Hallo sayang.” Sahut Adnan.
“Bagaimana sayang?” tanya Hicran dengan gembira.
“Aku baru keluar hotel.”
“Kue nya cantik sekali,” ucap Hicran memberitahu.
“Aku yakin itu. Karena kau yang membuatnya. Bagaimana Birol” tanya Adnan.
“Aku baru membawanya ke kamar. Entah apa yang bisa aku lakukan, Adnan. Sejak pagi dia rewel. Aku nggak bisa ngapa-ngapain.”
“Biakan dia bersamamu. Biar aku mendengar renggekannya.”
“Ok. jangan khawatir, aku akan menghampirinya. Apakah kau ingin ku siapkan teh?”
“Boleh. Aku sedang dalam perjalanan.”
“Ok. Aku menunggumu. Sampai jumpa,” kata Hicran sebelum menutup hp nya.
Lalu Hicran mengambil kotak teh. Ketika akan membukanya, kotak itu meluncur jatuh. Serbuk teh yang ada didalamnya tumpah. Hicran bersimpuh untuk memunguti serbuk teh yang tercecer.
Sementara di kamar tempat Birol berada, aktivitas supranatural sedang terjadi. Boneka di kasur bergoyang. Birol terlihat sedang menatap ke arah lemari yang bergerak-gerak.
Hicran tertegun mendengar suara Birol. Dia menghentikan kegiatannya. “Birol?” Dengan heran Hicran berdiri. Tapi tidak segera menuju kamar. Dia terlihat ragu. “Anak ku?”
Birol mengoceh sambil menunjuk-nunjuk ke arah almari. Lemari mulai berayun keras. Lalu roboh meninpa Birol. Suara berderaknya mengagetkan Hicran. Hicran bergegas berlari ke kamar. Dia terkesiap kaget melihat lemari roboh dengan Biral tertindih dibawahnya.
“Tidaaaakkkkkkk….!!” Hicran berteriak histeris. Dengan panik dia berlari ke arah Birol. Hicran mencoba mengangkat lemari dengan sekuat tenaga. Tapi lemari berat itu tidak bergeming sedikitpun. Dengan putus asaa Hicran memanggil nama Birol. “Biroolllll!!”
3 Bulan kemudian….
Di pekuburan Issiz Cuma. Hicran sedang mengunjungi makan Birol. Dia membersihkan makam birol dari daun-daun kering. Di temani oleh seorang hafiz yang sedang membacakan surah Yasin. Hicran tersedu-sedu sambil memeluk makan Birol.
Kehidupan rumah tangga Adnan dan Hicran menjadi kelabu sejak kematian Birol. Adnan dan Hicran tidak saling menyapa dan sibuk dengan pikirannya sendiri-sendiri. Adnan menyalahkan Hicran atas kematian Birol.
Siang itu, Adnan termenun di meja makan. Hicran masuk kekamar sambil membawa baskom berisi air dan sebuah lap. Dia menggosok noda didinding dengan raut wajah sedih. Adnan datang. Tubuhnya kaku melihat apa yang dilakukan Hicran. Dengan wajah penuh amarah dia berkata, “apa kau pikir aku akan melupakan dia jika kau menghilangkan noda itu?”
Hicran menghentikan kegiatannya dan menatap Adnan dengan tatapan memelas. “Apa yang kau katakan?”
Adnan mengulang kalimatnya. “Apa kau pikir aku akan melupakan dia jika kau hilangkan noda itu?”
“Ku mohon Adnan, jangan katakan itu.”
“Adnan apa? Adnan apa?” bentak Adnan.
“Jika aku tahu akan terjadi seperti itu, aku tidak akan meninggalkan dia di sini, Adnan,” ucap Hicran sambil menangis pilu.
Adnan merenggut kedua tangan Hicran dan menyentakkannya. “Kau..kau telah merobek jantungku!”
“Didalam aku juga terbakar…” sahut Hicran pilu.
Adnan menonjok dinding sambil berteriak. “Kau telah membunuhku.”
Hicran terduduk di lantai. Adnan berdiri didepannya dengan wajah bengis. “Aku berharap ibu sepertimu tidak pernah ada. Terkutuklah kau!”
Adnan meludahi Hicran kemudian melangkah pergi. Hicran menangis tersedu-sedu.
Sambil menangis, Hicran berteriak histeris. “Terkutuklah aku! Terkutuklah aku! Kalau aku tahu, aku tidak akan mendudukannya di sini.”
Hicran meraup karpet dimana Birol tewas. Dia memeluk karpen itu sambil berkata, “sayangku. Jika aku tahu, aku tidak akan meninggalkan dirimu di sini. Aku tidak akan meninggalkan mu, Birol.”
Ketika Hicran sedang menangis sambil memeluk karpen di dalam kamar, di luar kamar melintas dua sosok berjubah hitam dengan wajah mengerikan.
Adnan sedang melayani tamul hotel. Untuk sesaat rasa sedih Adnan terlupakan. Namun begitu tamu pergi ke kamarnya, Adnan kembali bersedih. dia sangat merindukan Birol. Dia menghidupkan Hpnya untuk melihat video rekaman Birol. Hati Adnan tambah sedih mendengar suara dan tawa lucu Birol. Adnan menangis tergugu.
Di rumahnya, Hicran pun menangis pilu saat memandangi boneka dan baju-baju Birol yang tersimpan di peti. Dengan sedih dia menutup kembali peti itu.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu. Hicran segera bangkit, mengusap airmatanya dan beranjak ke pintu. Hicran tidak melihat saat lampu di kamarnya berkedip secara misterius.
Hicran membuka pintu. Adnan masuk. Dia mencium kening Hicran dan menyapa ramah, “apa kabar sayang?” Hicran kaget.
Adnan beranjak menuju ke kursi sambil berceloteh, “aku bertemu saudaraku dalam perjalanan pulang. Aku sangat merindukan dia. Ketika aku memberitahu Birol kalau anakku kuberi nama yang sama dengan namanya, dia sangat bahagia. Jika saja kau melihat, dia memeluk ku seperti anak kecil. Aku menyuruh dia datang untuk melihat Birol. Dia bilang, besok dia mampir.”
Hicran kaget. Dia menatap Adnan dengan tatapn tak percaya.
Adnan tersenyum aneh. “Dia juga titip salam untukmu. Birol dimana? Apakah dia di dalam?”
Hicran terbelalak tak percaya. Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu. Adnan kaget. Hicran menatap Adnan bingung. Adnan menyuruh Hicran membukakan pintu. Hicran bangkit menuju pintu. Dia berjalan perlahan. Gedoran di pintu semakin keras.
Terdengar teriakan marah Adnan dari luar pintu. “Hicran, buka pintunya!”
Hicran terlonjak kaget. Hicran mundur untuk melihat Adnan. Kursi telah kosong. Adnan menghilang entah kemana. Di depan pintu masih terdengar teriakan Adnan yang marah. “Hicran!!”
Hicran cepat-cepat membuka pintu. Begitu pintu terbuka, Adnan masuk sambil membentak, “kenapa tidak segera membuka pintu?” Hicran tertegun. Antara kaget dan tak percaya. Setelah Adnan beranjak ke kamar, Hicran segera menutup pintu dengan wajah di hiasi tanya.
Esoknya, Hicran memberitahu Aynur apa yang sudah dialaminya. Aynur kaget. “Astaga. Hicran, ini bukan mimpi kan?”
Hicran menjawab, “aku berharap itu hanya mimpi, Aynur. Tapi bukan.”
“Ok. Berapa lama sejak saudaranya meninggal?” tanya Aynur.
” Dia meninggal karena kecelakaan, saat Adnan masih SD. Sekitar 15 tahun.”
“Apa namanya Birol juga?”
Hicran mengangguk. “itu sebabnya dia memberi nama anak kami Birol. Untuk mengenangnya.”
“Hicran, apakah kau ingat kalau di tanganku dulu ada kutil? Aku tak bisa menghilangkannya dengan cara apapun. Suatu pagi, ibu mertua ku membawaku ke orang pintar. Abdullah namanya.”
Hicran membuat wajah tak percaya.
“Jangan begitu. Bagaimana kalau kita menemuinya bersama-sama? Kau bisa menceritakan apa yang kau alami ini padanya.”
Hicran terlihat kesal. “Apa yang kau bicarakan Aynur? Bisakah kau mengerti apa yang aku alami? Kau tahu aku tidur tanpa selimut setiap malam. Karena anakku kedinginan di luar sana. Aku mencuci baju anakku setiap hari. Apakah kau mengerti itu. Sekarang tolong jangan bicara padaku tentang orang pintar lagi!”
Tanpa menunggu, Hicran bangkit dan nergegas pergi. Meninggalkan Aynur seorang diri. Di kejauhan terdengar suara Adzan berkumandang. Angin yang bertiup menerpa ranting kering mengiringi kepergian Hicran…
NEXT : Sinopsis Siccin 2 bag 2.