Musim Bunga di kota Liwa bag 4

“Maaf ya om,sudah menyusahkan om dan tante…” ucap Samsul dengan takzim. Pras menepuk pundakSamsul dengan penuh pengertian. Samsul memeluk Pras. Aku mendengar diamengucapkan terima kasih.

Melissamenghambur memelukku, “aku pergi dulu ya tante, sebelum pulang ke Jakarta, akuakan mampir kerumah tante..”

“Ya harus! Kalaukau tidak datang, aku akan kesal..” ucapku mengancam.

“Aku pastidatang!” ucap Melissa meyakinkan aku. “Aku pergi dulu tante…”

Aku mengangguk.Melissa menyempatkan diri mencium pipiku sebelum beranjak mendekati Pras danmencium tangannya, “pergi dulu, om.”

Pras memelukMelissa dan mencium keningnya, “jaga dirimu…”

Melissamengangguk. Lalu dia menghampiri Samsul. Sebelum pergi, Samsul mengangguktakzim pada kami, “kami pergi dulu, om..tante..!”

Pras mengangkat tangan sambil tersenyum. Kami berdua menatap kepergian Melissa sampai masuk ke mobil, hingga mobil melaju. Sebelum hilang di balik tikungan, Melissa masih sempat melambaikan tangan.

Begitu merekalenyap, Pras mengelus rambutku sambil bertanya, “kita pulang?”

“Ayo..” ajak ku.Pras menggandeng tanganku menuju ke mobil. Tapi tidak seperti saat turun tadi.Kali ini dia langsung naik di belakang kemudi dan aku harus membuka pintusendiri. Tapi aku sedang malas berkomentar, jadi ku biarkan saja.

*****

Setelah makan malam, Pras langsung naik keatas. Aku mencuci piring dan merapikan meja makan. Setelah selesai aku menyusul Pras ke atas. Aku melihat Pras berdiri di loteng. Menatap hamparan bunga kopi yang sedang mekar.

Malam belumbegitu larut. Bintang belum banyak yang menampakkan diri. Tapi rembulan tanggal14 sudah membulat di ufuk timur. Cahayanya yang benderang menyinari gugusanbukit barisan.

Udara dinginmenerpa tubuhku begitu aku melangkah ke teras. Pras berdiri menatap bukit-bukityang menghitam di kejauhan dengan kedua tangan memegangi pagar loteng.

Akumenghampirinya dan memeluknya dari belakang. Pras menoleh sambil tersenyum. Akumenyembunyikan wajahku di balik punggung kekarnya. Pras merentangkan tangankebelakang untuk meraih tubuhku. Dengan sebelah tangannya dia merangkulku. Akumemeluk pinggangnya dan menyandarkan kepalaku di bahunya.

“Seharusnya akutidak membiarkan Melissa pergi bersama Arif…” ucap Pras lirih.

“Kenapa? Diasuaminya…” ucapku.

“Aku takut diaakan terluka jika Arif menceritakan semuanya.”

“Samsul… maksudkuArif tidak perlu menceritakan apapun. Dia hanya perlu bersikap baik padaMelissa dan memperlakukannya dengan baik, menyayanginya sebagai istri danwanita. Seperti yang diharapkan Melissa selama ini…”

“Setelah bertemudenganmu, apakah itu masih mungkin?” tanya Pras ragu.

“Maksudnya?”tanyaku sambil menoleh kearahnya.

“Entahlah….”sahut Pras ragu, “setelah bertemu Arif, bagaimana perasaanmu?”

“Biasa saja.Kenapa?”

“Sungguh? Kautidak CLBK?” tanyanya ragu.

Aku menggeleng,“tidak. Aku tidak pernah mencintai dia. Bagaimana bisa CLBK?”

“Kata orang,wanita tidak akan pernah bisa melupakan kenangan pertamanya…”

Aku membalikkanbadan kearahnya. Ku tatap wajah  Prasdengan tatapan penuh selidik. Aku ingin tahu apa yang dipikirkannya.

Pras balasmenatapku sambil bertanya, “apa?”

Aku berjinjitagar bisa mengecup hidung Pras. Mengetahui niatku, Pras mendongak untukmenjauhkan hidungnya dari jangkauanku. Aku merangkul lehernya dan menariknyaagar menunduk dengan paksa. Pras menyerah.

Aku mengecuphidung Pras dengan lembut. Ketika aku hendak menarik wajahku menjauh, Prasmencubby wajahku dengan dua tangannya dan mencium lembut bibirku. Akumemejamkan mata dan menikmati hangatnya bibir Pras.

Ketika Prasmenarik wajahnya menjauh aku membuka mata dan menatapnya dengan mesra.

“Kau adalahkenangan pertamaku….” ucapku setengah berbisik.

Pras kembalimencium bibirku dan mengulumnya lama. Lalu dengan serta merta, tanpa peringatanterlebih dahulu, dia membopong tubuhku kedalam kamar. Dia membaringkan aku ditempat tidur. Tapi ketika dia hendak menindihku, aku menahan dadanya dengantanganku.

Peristiwa tadisiang membuatku enggan. Pras seperti memahami rasa engganku. Dia menariktubuhnya dan tidur miring di sampingku. Sikunya menekan kasur dan tanganyamenyanggah kepala.

“Maafkan aku.Tadi siang aku merasa cemas, gusar dan cemburu. Aku tidak mampu mengontroldiri…” jelasnya

“Apa yang kaucemaskan?” tanyaku.

“Dirimu! Akutakut kehilangan dirimu. Aku juga cemburu. Kau akan bertemu pria yang pertamakali menyetuhmu. Entah kenangan apa yang kau miliki tentang dia.”

“Aku tidak punya kenangan. Ketika itu terjadi, kesadaranku tidak penuh. Aku hampir-hampir tidak ingat apapun.” Jelasku.

“Tapi dia pastiingat..”

“Bisakah tidakmembicarakan dia lagi? Aku letih…ngantuk dan ingin tidur,” ucapku sambilmenyusupkan kepalaku kedadanya. Pras mengulurkan tanganya untuk memelukku.

“Tidurlah…”ucapnya.

“Jangan pergisebelum aku terlelap,” pesanku.

“Pintu bawah sudah dikunci belum?” tanyanya.

“Ehmmm..sepertinyasudah,” sahutku.

‘Sepertinya?”sergah Pras. Dia melepas pelukannya dan hendak bangkit. Tapi aku menahannya.Pras mengurungkan niatnya. Dia kembali memeluk ku. Dan aku semakin menyusupkankepalaku ke dadanya demi sebuah kehangatan.

Sesaat suasanahening. Aku hampir terlelap ketika Pras memanggilku lirih.

“Aish…”

Setengah sadaraku menyahut, “hem?”

“Jika saat ituArif tak melakukan itu padamu, kira-kira apa yang terjadi?”

“Aku tidak tahu.Aku tidak pernah memikirkannya. Dan kau pun jangan memikirkan itu….”

“Aku penasaran! Aku ingat malam pertama kita dulu. Apa mungkin Arif cuma mengada-ada?” tanya Pras.

Aku hendakmenjawab, tapi mataku sudah sangat berat.

“Aish…” aku masihmendengar panggilan Pras sayup-sayup. Dan aku merasakan sesuatu yang hangatmenyentuh keningku. Tapi kantuk telah mengambil alih. Dan aku terlelap.

****

Aku sedangmerapikan rak buku dilantai atas ketika sudut mataku menangkap kehadiranseseorang di tengah pintu. Ku pikir itu Pras, aku menoleh sambil bertanya,“Katanya mau ke tempat pak RT?”

Tapi ternyatayang berdiri di tegah pintu itu ukan Pras tapi Melissa. Dia menatapku dengantatapan yang sulit di artikan. Aku menyapanya, “Mel…?”

Melissa tersenyumpadaku dengan jengah.

“Tante… Ester…”sapanya dengan nada ragu.

Deg! Aku tersentakmendengar panggilannya. Aku menatap Melissa menyelidik. Mencoba mencari tahuapa yang terlintas di benaknya…

“Sammemberitahumu?” tanyaku ingin tahu.

Melissamengangguk, “semuanya. Kini aku ingin mendengar dari tante..”

Aku menuju kesofa. Melissa menghampiri aku. Aku menyuruhnya duduk.  Aku menghadap ke arah Melissa dengan lenganmenyandar di sandaran sofa. Melissa melakukan hal yang sama hanya berbeda arahsaja.

“Apa yang inginkau ketahui?”

“Semuanya. Akusudah mendengar dari Arif, tapi aku juga ingin mendengar dari tante…”

Aku mencobamengingat kembali kejadian 10 tahun yang lalu ketika aku ikut magang di Jepang.

“Jujur aku tidakbegitu ingat. Karena saat itu aku tidak sadarkan diri. Yang aku ingat, saat akusadar… Sam  sedang memeluk ku..”

“..tanpa busana?”

Pipi ku terasapanas menahan malu mendengar pertanyaannya. Tapi aku paksakan diri untukmengangguk meski dengan berat hati.

“Apakah om tahu?”tanya Melissa lagi.

Akumengangguk,  “aku memberitahunya saat ommu bilang kalau dia ingin serius denganku.”

“Apa om tahusiapa lelaki itu?”

“Ya. Akumemberitahu dia nama panggilannya. Karena hanya itu yang kutahu. Aku sendiritidak begitu mengenal Sam, bahkan nama lengkapnya pun aku tidak tahu.” Jelasku.

“Dan om menerimatante apa adanya?”

‘Seperti yang kaulihat. Dulu, ketika ku bilang bahwa aku bukan gadis suci lagi, Pras tidakbertanya alasannya. Dia bilang kalau itu masa lalu ku. Dan dia tak ingin tahu.Tapi aku tidak ingin memulai hidup dengan sebuah rahasia. Jadi ku ceritakansemuanya padanya.”

Melissa meraih jemariku dan menggenggamnya, “tante bukan tidak suci. Tante masih suci. Karena Arif hanya memeluk tante demi menyelamatkan tante, dia tidak melakukan yang lebih dari itu…”

“Maksudmu?”tanyaku tak mengerti.

“Arif menemukan tante pingsan di luar dengan pakaian basah. Dia melepas pakaian tante yang basah dan menyelimuti tubuh tante. Tapi karena tubuh tante sangat dingin dan dia takut tante mengalami hipotermia, maka dia memutuskan untuk menghangatkan tubuh tante dengan memeluk tante.”

Aku terhenyakmendengarnya, “Sam bilang begitu?”

Melissa mengangguk, “sayangnya, setelah tante sadar….sebelum dia sempat menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.. tante pergi begitu saja…”

“Aku….” Adaluapan rasa bahagia menyusup dalam hatiku. Keraguanku selama ini terjawabsudah. “Aku tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Tapi berada di sebuahkamar dengan seorang pria yang baru ku kenal 1 hari, tanpa busana…. sungguhsebuah tragedi.”

“Dan karena apayang tante lakukan itu, aku yang menjadi korban…” tuduh Melissa.

Aku terperangah mendengar ucapannya…

NEXT