Sinopsis Ashoka Samrat episode 154 by Sally Diandra

Sinopsis Ashoka Samrat episode 154 by Sally Diandra. Di kerajaan Magadha, masih di pesta perayaan ulang tahun Bindusara, Ashoka masih berada di atas panggung ingin menghadirkan sebuah sandiwara “Aku harap setiap orang akan melihat kehidupan mereka dalam sandiwara ini” ujar Ashoka, semua orang nampak antusikaas ingin melihat sandiwara ini, kemudian Ashoka menyanyikan sebuah lagu, sandiwarapun dimulai beberapa lakon memulai penampilan mereka memerankan sebuah kisah cinta antara Dewa Shiwa dan Dewi Sati, nampak mereka berdua sedang bersama sama saling mencintai satu sama lain, dari singgasana raja, Bindusara yang sedang melihat sandiwara ini juga Dharma yang melihatnya sambil berdiri sama sama teringat ketika mereka sedang bersama sama dulu, Dharma terharu apalagi ketika para pemain sandiwara itu sedang melangsungkan pernikahan satu sama lain seperti ketika Bindusara menikahi Dharma “Cinta telah melampoi segalanya, Dewa Shiwa sangat sedih ketika dia harus kehilangan kekasihnya Dewi Sati” ujar Ashoka yang juga berperan sebagai pengantar cerita, saat itu Bindusara teringat ketika dirinya harus meninggalkan Dharma setelah memberikannya sebuah cincin, dari kejauhan Dharma juga melihat kearahnya, di panggung sandiwara menunjukkan ketika Sati di kelilingi oleh kobaran api, Khurasan yang melihatnya nampak tegang, tepat pada saat itu salah seorang anak buah Khurasan menghampirinya dan membisikkan sesuatu kemudian Khurasan meninggalkan tempat tersebut.

Di luar ruangan pesta, Khurasan mendatangi pencatat data yang juga hadir disana “Katakan padaku, siapa nama anak Samrat Bindusara ?” perintah Khurasan kesal “Aku tidak tahu, panglima ,,, aku telah mangatakan semuanya pada Samrat Bindusara” Khurasan nampak semakin kesal begitu mendengar jawaban dari si pencatat data “Jika kamu tidak mengatakannya padaku maka kamu akan kehilangan nyawamu !” pencatat data sangat ketakutan kemudian Khurasan menghajarnya dengan pedangnya.

Di ruang pesta, sandiwara percintaan Dewa Shiwa dan Dan Dewi Sati masih berlangsung, saat itu Dewa Siwa sedang bertarung dengan musuh, Dewa Siwapun menang dan tak lama kemudian Dewi Sati lahir kembali sebagai Dewi Parwati yang datang sambil membawa lampu minyak diya, Bindusara teringat ketika dirinya melihat Dharma pada saat malam gelap di istana sejak 14 tahun berpisah, saat itu Dharma sedang membawa lampu minyak diya, akhirnya Dewa Siwa bersatu kembali dengan Dewi Parwati, Dharma sangat senang melihatnya sambil melirik ke arah Bindusara. Tak lama kemudian lahirlah anak Dewa Siwa dan Dewi Parwati, Kartikeya yang diperankan oleh Ashoka, semua orang nampak tertegun dan takjub ketika Ashoka ikut bermain di sandiwara tersebut, Kartikeya bertarung melawan musuh, Bindusara nampak tegang melihatnya dan akhirnya Kartikeya menang, Bindusara nampak senang dan lega melihatnya, Dharma juga tersenyum senang melihat Ashoka berperan menjadi Kartikeya, Ashoka melihat ke arah ibunya, Dharma memberikan kode ke Ashoka kalau dirinya hendak pergi, Dharma mulai meninggalkan tempat tersebut, Radhagupta yang ada disana juga memberikan kode ke Ashoka, dari tempat duduknya Khurasan melihat hal ini, Khurasan segera memperhatikan seorang perempuan yang hendak meninggalkan ruang pesta, saat itu dupatta Dharma terbuka, Khurasan bisa melihat dengan jelas Dharma memang ada disana di ruangan ini, Khurasan terkejut dan segera berlalu mengikuti Dharma, Ashoka yang melihatnya juga segera meninggalkan tempat tersebut. Sepeninggal mereka berdua, Radhagupta berbicara pada dirinya sendiri “Ashoka telah mengikuti perintah Chanakya tapi kita harus melihat bagaimana caranya dia akan menghentikan panglima Khurasan untuk mendekati Dewi Dharma ? Sebuah kesalahan kecil akan menghancurkan segalanya” ujar Radhagupta sambil memperhatikan mereka dari kejauhan.

Di ruang pesta, Bindusara sangat senang ketika sandiwara tersebut berakhir “Ini adalah sandiwara yang hebat ! Aku sampai mengira kalau aku berada dalam bagian sandiwara ini, aku akan memberikan hadiah untuk semua orang yang telah memainkan sandiwara ini dengan baik” ujar Bindusara tulus “Bagaimana bisa dia menunjukkan sebuah kebohongan sebagai sebuah kenyataan dalam sebuah permainan sandiwara ?” bathin Sushima kesal “Dimana Ashoka ?” tiba tiba Bindusara mencari cari Ashoka yang tidak terlihat batang hidungnya, semua orang juga ikut mencari keberadaan Ashoka, sementara Helena yang saat itu melihat kursi yang di duduki Khurasan kosong, berkata dalam hati “Ashoka pasti telah membawa Khurasan untuk bertemu dengan Dharma” bathinnya sinis. Setelah sandiwara usai, Bindusara mencoba berbaur dengan tamu tamu undangan, salah satu dari mereka memberikan selamat untuk pernikahan Sushima dan Ahenkara, Helena juga mencoba mengalihkan perhatiannya dari Ashoka.

Di luar ruang pesta, Ashoka segera menghampiri Khurasan yang saat itu sedang berada di depan pintu “Panglima Khurasan, apa yang kamu lakukan disini ?”, “Ashoka, aku tadi baru saja melihat Dharma” ujar Khurasan geram “Aku juga akan mengatakan hal yang sama padamu, mereka saat ini sedang ke lantai atas”, “Kalau begitu ayooo kita kesana !” ujar Khurasan “Aku sangat berharap dia tidak melukai ibuku” bathin Ashoka dalam hati

Sementara itu di ruang pesta, semua tamu tamu dan keluarga kerajaan sedang beramah tamah satu sama lain, Noor tidak mengijinkan Bindusara untuk pergi kemana mana, Charumitra yang melihat perlakuan Noor pada Bindusara merasa kesal dan berbisik kearah Khalatak “Kamu tahu, Maharani Noor tidak meninggalkan Samrat Bindusara barang sedetikpun !”, “Dia mungkin merasa tidak aman atas keberhasilan anda, Maharani” ujar perdana menteri Khalatak “Aku seharusnya berterima kasih pada Rajmata Helena, dia menerima usulanku dan mencoba berbicara dengan Samrat tentang pernikahan ini” ujar Charumitra, sementara itu Niharika menghampiri Helena dan berkata “Apakah panglima Khurasan bisa menangani Dharma, Rajmata Helena ? Helena meminta Niharika untuk lebih tenang “Aku ini sangat tegang dan khawatir” tepat pada saat itu Charumitra menghampiri mereka berdua seraya berkata “Jangan khawatir Maharani Niharika, Ahenkara itu sudah seperti anakku sendiri, kami akan menjaga dan merawatnya, karena Samrat Bindusara kan tidak mempunyai anak perempuan jadi dia pasti akan sangat menyayangi Ahenkara” Niharika hanya tersenyum mendengar ucapan Charumitra.

Ahenkara sendiri saat itu sedang bersama Sushima, teman Sushima yang bernama Indrajeet yang telah berlaku tidak sopan pada Ahenkara kemarin menghampiri mereka seraya berkata padanya “Kamu sekarang adalah tuan putri kami” ujarnya sambil menyentuh kaki Ahenkara, Ahenkara merasa tidak nyaman dan mundur selangkah “Sepertinya kamu tidak ingin memberikan maaf padaku untuk kesalahanku yang dulu”, “Aku telah memaafkan kamu” ujar Ahenkara tulus.

NIharikan yang merasa cemas dan gelisah kembali menghampiri Helena “Aku benar benar setrees, aku akan pergi dan menemui panglima Khurasan” belum juga sempat Niharika berlalu, Charumitra telah mencegatnya “Maharani Niharika, aku ingin mengenalkan kamu dengan beberapa teman temanku, Charumitra segera mengajaknya meninggalkan tempat itu. Sementara di tempat Ahenkara, Ahenkara mencoba mencari cari Ashoka “Ashoka tidak terlihat dimana mana, aku seharusnya bilang ke ibuku” ketika Ahenkara hendak pergi, Sushima segera menyambar tangan Ahenkara dan memegangnya erat seraya berkata “Kamu mau pergi kemana ?”, “Aku ingin bicara dengan ibuku” ujar Ahenkara sambil berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Sushima “Katakan padaku, kamu mau ngomong apa sama ibumu ? Aku adalah pasangan hidupmu, aku ingin tahu apakah kamu akan pergi mencari Ashoka ? Dia itu tidak terlihat di mana mana dan kamu kelihatannya tidak sabar ?” Sushima berusaha mengejek Ahenkara, Ahenkara kesal “Kamu benar benar murahan ! Ashoka itu melibatkan dirinya dalam bahaya untuk menemukan saudaramu dan kamu ,,, ?” Ahenkara segera meninggalkan Sushima dengan perasaan marah “Aku pasti akan membunuh Ashoka sebelum aku membunuh Ahenkara, dia telah merenggut semuanya dari aku, pertama dia telah mengambil perhatian dan cinta ayahku dan sekarang cinta pertamaku Ahenkara” bathin Sushima kesal

Ashoka dan Khurasan telah sampai di lantai atas akan tetapi pintunya terkunci “Panglima Khurasan, anaknya Maharani Dharma bilang padaku kalau dia akan bertemu denganku terlebih dahulu di lantai atas istana tapi disini hanya ada satu jalan yang menuju ke atas, bagaimana kita bisa pergi ke atas ?” ujar Ashoka bingung, tiba tiba Khurasan menghampiri dinding tersebut dan menarik pelatuk yang ada di dinding dan tak lama kemudian tangga yang lain mulai terlihat “Waah, aku tidak tahu tentang jalan rahasia ini”, “Hanya orang orang kerajaan dan beberapa orang saja yang mengetahuinya” ujar Khurasan, kemudian mereka berdua berlalu menuju ke tangga tersebut… Sinopsis Ashoka Samrat episode 155 by Sally Diandra