Deja Vu bag 21 by Sally Diandra

Deja Vu bag 21 by Sally Diandra. Sepulang dari pesta ulang tahun Zhannas, Jalal bergegas menuju ke kamarnya, dilihatnya di ujung kamarnya boneka beruang pink milik Jodha teronggok tak berdaya dalam sebuah plastik yang berdebu, Jalal masih ingat ketika tiba tiba ibunya menelfonnya “Jalal, tadi Jodha datang kerumah” suara bu Hamida terdengar sedih “Mau apa dia, bu ?” sejenak bu Hamida terdiam sambil menghela nafas panjang “Dia mengembalikan semua benda benda yang pernah kamu berikan padanya termasuk boneka beruang berwarna pink, bonekanya sudah ibu taruh di kamarmu, sudah ibu plastik agar tidak berdebu” kali ini boneka beruang pink itu ada didepannya, Jalal segera merobek plastiknya yang selalu diganti oleh bu Hamida agar tidak banyak debu yang menempel, dipandanginya boneka itu cukup lama kemudian dipeluknya erat, Jalal teringat ketika memeluk tubuh Jodha yang hangat dan selalu malu malu

“Sebentar lagi kamu akan kembali bertemu dengan tuanmu pinky bear, kamu mau kan ketemu sama dia ? kamu kangen kan sama dia ?” ujar Jalal sambil terus memeluk pinky bear erat, tepat pada saat itu pintu kamar Jalal terbuka, Jalal kaget dan segera melepaskan pelukannya di pinky bear namun bu Hamida sempat melihat apa yang dilakukan anaknya ini

“Maaf, ibu ngagetin kamu ,,, ibu cuma mau ngecek saja, siapa yang pulang pagi begini ternyata kamu dan Mirza” ujar bu Hamida seraya menghampiri Jalal dan duduk di sebelah Jalal di tepi ranjang

“Bagaimana tadi pesta ulang tahun Zhannas ? Rame ?” Jalal cuma mengangguk sambil memperhatikan pinky bear “Kamu kangen sama dia, Jalal ?” Jalal menoleh kearah ibunya sambil tersenyum “Ibu juga, ibu juga kangen sama Jodha, selama kamu nggak ada, waktu dia jadi co – as, dia sering bolak balik kesini, menengok ibu tapi sejak dia ambil PTT di pedalaman Kalimantan, dia sudah nggak pernah lagi main kerumah ini, rasanya sepi” bu Hamida menghela nafas cukup dalam

Deja Vu“Apa sampai saat ini, Jodha masih sering menelfon ibu ?” bu Hamida mengangguk sambil menyeka kedua ujung matanya “Iyaaa ,,,” suara bu Hamida terdengar berat “Seperti yang pernah ibu bilang ke kamu, kalau ibu dan Jodha masih sering berhubungan via telfon tapi sejak kamu pulang dari Papua, Jodha jadi jarang telfon ibu, kadang kalau ibu sms, malam baru dibalas, telfon kadang diangkat kadang juga nggak” Jalal merangkul bahu ibunya sambil mencium lengan atas ibunya, bu Hamida tersenyum sambil memegang pipi Jalal dengan sebelah tangannya “Dulu ibu kira kalian berdua akan menikah dan memberikan ibu cucu cucu yang lucu lucu dan menggemaskan tapi ternyata ,,,” Jalal menghela nafas “Sudahlah ibu ,,, jangan diingat ingat lagi” bu Hamida melirik ke arah Jalal

“Apa kamu sudah punya seseorang pengganti Jodha ?” Jalal menggelengkan kepalanya seraya berkata “Belum terpikirkan” bu Hamida hanya mengangguk sambil menepuk paha Jalal “Baiklah ,,, hari sudah pagi, kamu harus istirahat, tidurlah, ibu juga mau tidur” bu Hamida mencium kening Jalal kemudian berdiri dan bergegas menuju pintu, ketika hendak membuka handle pintu kamar Jalal, bu Hamida berbalik dan menatap Jalal dengan wajah penuh haru “Jalal, apakah ada kemungkinan kamu bisa mengembalikan Jodha pada ibu ?” Jalal terperangah mendengar ucapan ibunya

“Ibu tahu ,,, tidak usah kamu jawab, ibu sangat mengerti” bu Hamida segera berbalik kembali lalu membuka handle pintu kamar Jalal dan keluar dari sana, Jalal segera menghempaskan tubuhnya ke ranjang sambil memeluk pinky bear, pikirannya menerawang sambil menatap langit langit kamarnya, ucapan ibunya yang terakhir cukup menohok jantung Jalal, Jalal tahu kalau ucapan ibunya itu merupakan sebuah kerinduan seorang ibu pada anaknya, kata kata itu terngiang ngiang terus di telinganya

Sementara pagi itu, Shivani juga tidak bisa tidur, dicobanya dipejamkannya matanya tapi tetap saja tidak bisa terpejam, bayangan Jalal dengan rambut gondrong dan kumisnya yang menghiasi senyumannya yang menawan membuat Shivani gelisah “Yaaa Tuhan, kenapa bayangan wajahnya terus menghantui aku ,,, kenapa kamu begitu mempesona aku dokter Jalal ? Dokter Ja – lal ,,, hmmm apakah dia sudah mempunyai istri ? Tapi aku rasa belum karena tadi nggak ada satu perempuanpun yang menemaninya” bathin Shivani sambil menyeringai senang “Tapi bagaimana aku bisa tahu kalau dia belum punya istri atau punya pacar ? Apakah aku harus tanya pada Zhannas ? Aah tidak tidak tidak ,,, nanti dia ngira aku macam macam, huufffttt ,,, terus gimana yaaa ??? Ya Tuhan ,,, apakah aku jatuh cinta padanya ?” pagi itu Shivani benar benar gelisah, pesona Jalal telah membuatnya tak berdaya

Keesokan harinya, Shivani sudah berada di rumah Zhannas bersama ketiga sahabatnya, sore itu mereka sedang menikmati acara renang ketika Jalal dan Mirza tiba disana “Heiii ,,, kenapa nggak bilang bilang kalau kalian semua ada disini ?” suara Mirza terdengar riang sambil menghampiri mereka di tepi kolam renang, sementara itu Jalal berada di ruang makan menemani adik ibunya, bibi Chand “Apa kabar Jalal” bibi Chand segera mencium kedua pipi Jalal “Baik baik saja, bibi ,,, bukankah itu teman teman kuliah Zhannas ?” bibi Chand segera mengangguk “Mereka sudah sedari pagi disini, berisik sekali, dasar perempuan tapi bibi senang karena Zhannas jadi tidak kesepian” ujar bibi Chand sambil menyiapkan kudapan ringan di meja makan, dari ruang makan tersebut Jalal bisa melihat keriangan teman teman Zhannas melalui jendela yang membatasi ruang makan dengan kolam renang.

“Lihat, Jalal ,,, bibi baru saja membuat kue brownies, kamu mau ?” Jalal segera menganggukkan kepalanya sambil duduk di kursi yang menghadap ke kolam renang, dengan begitu Jalal bisa melihat Shivani dari kejauhan, Jalal merasa saat ini dirinya sedang melihat Jodha yang sedang berenang disana sambil tertawa tawa “Jalal ,,,,” suara bibi Chand tiba tiba menyadarkan dirinya dari lamunannya tentang Jodha “Eeh iyaaa, ada apa bibi ?” bibi Chand tersenyum penuh arti sambil memotong motong kue brownies “Bagaimana kabar ibumu, sehat kan ?”, “Ibu sehat sehat saja, ibu titip salam untuk bibi ,,, ibu bilang, kalau Zhannas tidak mengadakan pesta ulang tahun kemarin, bibi pasti tidak mau pulang dari Jerman, benar begitu, bi ?” bibi Chand tertawa kecil sambil menyerahkan sepotong kue brownies untuk Jalal “Ibumu itu ada ada saja, bibi disana kan cuma 3 minggu, bibi perlu ngobrol banyak sama Tatiana, kamu tahu kan sebentar lagi Tatiana akan menikah” Jalal mengangguk anggukkan kepalanya sambil menikmati kue brownies buatan bibinya

“Bagaimana kabar Tatiana, bibi ? Dari mana calon suaminya ?” bibi Chand mengambil ponselnya dan menunjukkan foto foto Tatiana ke Jalal seraya berkata “Dia baik baik saja, sehat dan sangat bahagia, calon suaminya orang Hawai, masih keturunan orang Indian asli, suku asli pribumi Amerika, namanya Keanu” Jalal menyeringai senang sambil memperhatikan foto foto Tatiana “Lalu apa Tatiana akan menikah dengan adat orang Indian sana, bibi ? Macem tidur di tenda dengan bulu bulu elang dan aksesoris ala Indian ?” bibi Chand tertawa senang “Entahlah, Jalal ,,,, Tatiana maunya macem macem, bibi sampe bingung” bibi Chand tertawa riang, nampak gurat gurat kebahagiaan di wajahnya yang sudah mulai menua, persis seperti ibunya

“Hoshiyar ! Tolong berikan kue brownies ini untuk Zhannas dan teman temannya itu” Hoshiyar pembantu bibi Chand segera menghampiri bibi Chand “Biar aku saja, bibi ,,, biar aku yang ngasih ke mereka” ujar Jalal sambil mengambil piring tersebut, Hoshiyar melirik ke arah Jalal dengan penuh arti, begitu pula bibi Chand, Jalal segera bergegas keluar menuju ke kolam renang “Zhannas !” Zhannas yang saat itu sedang ngerumpi bareng kedua sahabatnya Shivani dan Maan Bai juga Mirza segera menoleh ke arah Jalal yang saat itu menghampiri mereka berempat, sementara Anarkali dan Reesham masih asyik berenang di dalam kolam renang

“Ada apa, kak ?”, “Nih, mamamu bikin brownies special buat kalian” Zhannas langsung berdiri mengambil piring yang dibawa Jalal, Shivani mulai salah tingkah ketika Jalal berbaur dengan mereka

“Sekarang acara berenangnya ganti jadi acara ngerumpi nih ?” Zhannas dan teman temannya tertawa terbahak bahak “Abis ada kak Mirza sih, jadi acara berenangnya buyar deh !” Mirza langsung menonjok pipi Zhannas gemas “Paling bisa yaa nyari kambing hitam adikku yang satu ini” semua orang tertawa, Jalal pun ikut tertawa kecil, Shivani semakin merasakan degup di dadanya berdebar kencang melihat dokter cintanya tertawa “Kalian nggak ada acara malam mingguan ? Ini kan sudah sore ?” tiba tiba Jalal buka suara

“Kita sudah sepakat kalau setiap hari sabtu itu, hari kita berlima, kak ,,, tapi kalau hari minggu itu bebas, yang mau pacaran bisa pacaran, yang mau kumpul ama keluarga juga silahkan !” Shivani cemberut “Iyaa, enak tuuh yang udah punya pacar, bisa dua duaan tapi kalau yang masih jomblo kayak aku ini, hari minggu cuma garing aja !” ucapan Shivani yang polos membuat semua orang yang ngumpul disana semakin tertawa geli “Makanya bilang sama kakakmu, kalau jadi kakak jangan judes judes !” sela Maan Bai sementara yang lainnya masih tertawa geli “Siapa kakakmu yang judes ?” Mirza jadi penasaran “Kak Jodha, dia itu judes banget ! Dingin sama cowok ! Masa setiap cowok yang deket sama aku, selalu diinterogasi sama dia”, “Tapi kalau aqiqa nggak dong weecee” tiba tiba Reesham nimbrung bersama mereka diikuti oleh Anarkali

“Iyaaa, kalau kamu kan cowok tomboy, setengah mateng, jadi nggak masuk itungan, hahaha” semua orang tertawa riang, sementara Jalal hanya terdiam, Jalal tau apa yang menyebabkan Jodha jadi dingin sama laki laki “Lalu biasanya kalau hari minggu kamu ngapain, Shivani ?” Mirza kembali mengorek lebih dalam “Kalau hari minggu, aku biasanya yaa dirumah, nonton tivi, tidur atau jalan jalan sama kakak kakakku, tapi akhir akhir ini sudah mulai jarang jalan jalannya”, “Kenapa ?” Mirza kembali memotong ucapan Shivani “Karena kak Jodha lagi sibuk ngurusin proyek rumah singgah”, “Maksudmu ?” Mirza semakin penasaran sambil melirik ke arah Jalal “Kak Jodha saat ini lagi bikin rumah singgah buat keluarga pasien yang dari daerah yang nggak punya tempat tinggal disini, saat ini pembangunannya sudah 70% sih”, “Kak Jalal juga punya !” tiba tiba Zhannas buka suara

“Kak Jalal juga punya rumah singgah ?” Jalal hanya mengangguk ketika Shivani melihat kearahnya “Tapi dia nggak sengaja bikin gitu, iya kan, kak ? Kebetulan kak Jalal kan dapat jatah warisan rumah dari orang tuanya, nah rumah itu yang dibuat untuk rumah singgah” ujar Zhannas sambil melirik kearah Jalal, Jalal hanya tersenyum “Banyak yang tinggal disana, kak ?”, “Banyak, bahkan penuh ! Overload, kamu mau melihatnya ?” ujar Mirza sambil menyeringai senang “Boleh ?” Mirza mengangguk senang tapi sejurus kemudian muka Shivani berubah masam “Yaaa tapi kak Jodha ngijinin nggak ya ?”, “Bilang saja kalau kamu pergi sama kita kita” Shivani langsung menyeringai senang begitu mendengar usulan Zhannas “Benar juga, dengan begini aku bisa dekat dengan kak Jalal” bathin Shivani dalam hati dan sore itu Shivani benar benar menikmati kebersamaannya bersama Jalal dan teman temannya, hingga tak terasa hari sudah malam, Mirza pun menawarkan diri untuk mengantar Shivani pulang, akhirnya Shivani diantar pulang oleh Mirza dan Jalal dengan mobil land rover milik Jalal.

“Nah, itu rumahku ! Kita berhenti di sisi kanan saja” Shivani meminta Mirza untuk meminggirkan mobil di sebrang rumahnya yang bergaya minimalis “Kenapa nggak berhenti di depan saja ?” Shivani segera menggelengkan kepalanya “Jangan, nanti kak Jodha tanya macam macam, nggak papa kan ? Nanti kapan kapan saja ya, saat ini aku belum siap”, “Oke, nggak papa, Shivani ,,, kami bisa mengerti” ujar Jalal yang duduk di belakang mereka “Oke, kalau gitu, sampai ketemu besok ya, besok aku kabari, doain ya mudah mudahan kak Jodha ngijinin, sampai besok ya, ayo kak Jalal” Shivani segera keluar dari mobil land rover putih Jalal, sementara Jalal berpindah ke bangku depan, dillihatnya Shivani menyebrang jalan dan memasuki rumahnya

“Penghancur nirwanamu sudah ada didepan mata, kak ,,, apa yang akan kamu lakukan ?” ujar Mirza sambil memperhatikan Shivani dari kejauhan “Aku akan mendekati Shivani untuk mencari tahu tentang Jodha, paling tidak membuatnya terbakar”, “Kak, aku mohon ,,, jangan libatkan Shivani” Jalal menoleh ke arah Mirza “Tenang, Mirza ,,, aku tahu kamu menyukainya, aku tidak akan melukai gadis kecilmu itu, aku hanya memanfaatkan saja, tenang ,,, kamu percaya kan sama kakakmu ini ?” Mirza hanya menghela nafas panjang “Ayooo sekarang kita jalan” tak lama kemudian mobil land rover putih Jalal bergerak perlahan meninggalkan jalanan tersebut.

Keesokan harinya ,,,,

“Kak Jodhaaa ! Kaaakkk !” tiba tiba suara handle pintu berbunyi kemudian pintu kamar Jodha terbuka “Ada apa ?” Sukaniya segera menyorongkan sebuket bunga mawar putih dan merah yang dihiasi dengan bunga bunga yang lain dalam satu ikatan rangkaian bunga “From your secret admire” Jodha kaget sambil menerima buket bunga itu “Secret admire ? Dari siapa ?” Sukaniya mengendikkan bahunya “Dikartunya hanya tertulis “Kaulah penghancur nirwanaku” from your secret admire ,,, kenal dengan kata kata itu ?” Jodha menggeleng gelengkan kepalanya sambil mencium wangi aroma bunga mawar itu “Rupanya ada juga yang mengagumi gunung es pak Bharmal nih ?” Jodha memukul bahu adiknya itu dengan buket bunga tersebut “Suka asal !”, “Kak Jodha !” tiba tiba Shivani menyeruak berbaur dengan mereka

“Ada apa Shivani ?” ujar Jodha sambil keluar kamarnya dan turun ke lantai satu menuju ke dapur “Kak, hari ini aku ada acara baksos di kampus, jadi aku pergi dulu ya” ujar Shivani yang terus mengekor di belakang Jodha, sementara Jodha sedang mencari bejana keramik yang disimpannya di dapur “Kamu nggak makan dulu ?” ujar Jodha sambil mengisi bejana keramik itu dengan air kemudian membuka buket bunga tersebut dan menaruhnya satu per satu bunga bunga itu di dalam bejana keramiknya “Aku sudah makan tadi, makan roti sama minum susu, by the way ,,, bunga dari siapa, kak ?” Shivani mulai tertarik dengan bunga bunga yang sedang diatur kakaknya di dalam bejana keramik, sementara Jodha hanya mengendikkan bahunya “Nggak tahu, katanya sih secret admire gitu” Shivani tersenyum sambil membaui aroma wangi bunga mawar tersebut

“Hmmm ,,, harum sekaliii, ya udah, kak ,,, aku berangkat dulu yaa” Shivani segera mencium kedua pipi kakaknya “Pulang jangan malam malam yaaa” Shivani langsung mengangguk dan segera melesat pergi ke luar rumah “Mau kemana dia pagi pagi gini, kak ?” Sukaniya yang baru turun dari kamarnya merasa heran dengan tingkah Shivani yang terkesan terburu buru “Ada acara baksos di kampus katanya” ujar Jodha sambil merapikan rangkaian bunganya itu “Kok tumben temennya nggak turun ? Biasanya berbondong bondong turun jemput dia” Jodha cuma menggeleng tidak peduli, sementara Shivani sudah berada di depan rumahnya dan segera masuk ke dalam mobil land rover putih Jalal yang sudah menunggu di depan rumahnya

“Selamat pagi ,,,” Shivani langsung menyapa Jalal begitu di bukanya pintu mobil Jalal “Selamat pagi, sorry Mirza nggak bisa ikut karena tiba tiba semalam temannya minta tukeran jaga di rumah sakit” Shivani mengangguk sambil menyeringai senang “Yaaa Tuhan, jadi cuma aku sama kak Jalal saja ? OMG !” bathin Shivani dalam hati “Iyaa, nggak papa”, “Tapi nanti kita mampir ke rumah sakit yaa, karena dia minta kita kesana tapi nanti, oh ya ,,, kamu sudah sarapan ?” jantung Shivani berdebar debar kencang ketika Jalal memandangnya sambil mengenakan kacamata hitamnya “Tadi sih cuma makan roti sama minum susu”, “Oke, kalau begitu kita sarapan dulu yaa, baru setelah itu kita belanja” ujar Jalal sambil mulai melajukan mobil land rover putihnya meninggalkan rumah Shivani

Dari dalam rumah, Sukaniya yang ingin tahu siapa yang menjemput Shivani merasa takjub ketika melihat Shivani di jemput oleh mobil land rover putih “Waaah, parah, kak ,,, yang jemput Shivani anak tajir rupanya, bukan ganknya lagi, lihat tuh mobilnya aja land rover putih, gilaaa” ujar Sukaniya yang mengintipnya dari balik korden “Land rover putih ?” tiba tiba Jodha teringat pada Jalal yang selalu membawa mobil land rover putih, namun segera di tepisnya ingatan itu “Kamu ngiri, adikmu punya temen tajir ?” ujar Jodha sambil menaruh rangkaian bunganya di ruang tamu “Bukannya ngiri, kak ,,,, tapi mupeng, kapan yaaa aku bisa punya temen atau cowok gitu yang tajir ?” Jodha tertawa geli melihat tingkah adiknya

“Kan kamu sudah punya ?” Sukaniya langsung tertegun “Yang mana ?” Jodha semakin tertawa geli “Ituuu dokter Suryaban ?” Sukaniya tersenyum malu begitu Jodha menyebut nama dokter Suryaban kakak kelas Jodha yang saat ini sedang mengambil specialis dokter bedah “Aaah kakak ,,,, iyaaaa aku suka sama diaaaa, comblangin aku dong, kak” Sukaniya mulai menggelanyut manja ditubuh kakaknya, sedangkan Jodha hanya tertawa geli melihat tingkah Sukaniya. Sementara itu, sepanjang perjalanannya bersama Jalal pagi itu, Shivani serasa berada di awang awang, Shivani tidak pernah meyangka akan sebegitu dekat seperti ini dengan laki laki pujaannya yang membuat tidurnya gelisah, sedangkan Jalal hanya tersenyum sambil menyusun langkah berikutnya… Deja Vu bag 22 by Sally Diandra.