Sinopsis Ashoka Samrat episode 107 by Mey Lest

Sinopsis Ashoka Samrat episode 107 by MeyLest. Ahenkara berteriak kaget, “apa? Aku menjadi tahanan? Kenapa?” Prajurit memebritahu kalau itu adalah perintah Samrat, “jika dalam 3 hari kami tidak bisa menangkap Raja Ji Raj, maka anda akan di hukum mati!” Ahenkara tidak percaya dengan apa yang di dengarnya, “tidak mungkin! Samrat tidak akan memberi hukuman pada orang yang tidak bersalah. Biarkan aku bertemu pangeran Sushim!” Prajurit menghalangi Ahenkara, “tidak! Anda tidak boleh kemana-mana.” Sushim muncul dan menyuruh prajurit pergi. Ahenkara lega melihat Sushim, dia menghampirinya, “Sushim..! Sushim, samrat telah salah paham, dia pikir aku terlibat dalam konspirasi ini. Kau tahu yang sebenarnya, katakan pada samrat.” Sushim dengan wajah kaku berkata, “aku telah mencoba sebisaku, kalau tidak kau tidak akan berada di sini, tapi di penjara, Ahenkara. Dan lagi, aku tidak harus melakukan apapun untuk seorang putri pengkhianat.” Setelah berkata begitu Sushim meninggalkan Ahenakra yang menatapnya dengan wajah terluka. Ahenkara mencoba mengejar Sushim, tapi prajurit menahannya.

Di pasar, prajurit menyampaikan pengumuman penting di hadapan warga, “dengar..dengalah! 3 hari dari sekarang, putri pengkhianat Raja Ji Raj, puteeri Ahenkara akan di jatuhi hukuman mati….” Chanakya dan Radhagupta ada di antara kerumunan itu. Radhagupta terkejut mendengar pengumuman itu dan bertanya pada Chanakya, “achari, apa yang akan terjadi pada Ahenkara?” Chanakya menjawab, “samrat berpikir dengan mengumumkan hal ini maka Raja Ji akan muncul untuk menyelamatkan putrinya. Tapi para konspirator yang lain tidak akan membiarkan dia muncul di sini. Aku harus berbicara dengan samrat tentang ini.”

Ashoka samrat coverAhenkara dengan wajah sedih berdiri di balkon istana. Dia teringat apa yang dikatakan prajurit bahwa dirinya akan di hukum mati. Dia juga ingat bagaimana Sushim telah membuangnya. Ahenkara dengan putus asa berdiri meloncati pagar balkon dan berdiri di bagian luarnya. kata-kata Sushim terus terngiang do kepalanya. Ahenkara memejamkan mata dan siap untuk menjatuhkan diri ketika terdengar suara Ashok, “kalau menjatuhkan diri dari situ dan masih hidup, maka kau akan menadpatkan banyak luka.” Ahenkara melirik ke arah Ashok dan mengusirnya. Ashok berkata lagi, “kalau kau mati maka semua orang akan berpikir kalau kau terlibat dengan semua ini.” Dengan setengah menangis, Ahenkara menyahut, “sangat mudah bicara, tapi kau tidak tahu apa yang sedang ku alami. Satu sisi ayahku meninggalkan aku..” Ashok menyahut kalau ayahnya juga meninggalkan dirinya. Ahenkara berkata lagi, “kau tak mengeri Ashok, aku mencintai seorang pria dan dia juga menipuku.” Ashok menyahut kalau hal seperti itu juga terjadi pada ibunya, “tapi ibuku tidak menyerah. Dia berjuang dan tidak pernah melarikan diri. Dia juga tidak pernah kehilangan harapan.” Ahenkara dengan sedih menjawab, “jika tiga hari lagi akan mati, maka kaupun tidak akan punya harapan.” Ashok berkata, “kematian bisa datang kapan saja. jika kau tahu kau hanya punya 3 hari lagi untuk hidup maka kau harus memutuskan bagaimana kau ingin menghabiskan hidupmu.” Ahenkara dengan ketus menyahut, ‘jika kau ada di posisiku maka kau akan tahu.” Ashok mebalas, “jika aku yang ada di posisimu, maka aku akan memikirkan apa yang ingin aku lakukan dalam 3 hari itu. Aku akan melakukan segalanya dalam 3 hari. AKu tidak akan melakukan bunuh diri seperti pengecut tapi aku akan hidup seperti pejuang hingga kematian menjelang. AKu tidak akan kehilangan harapan untuk hidup sebab aku percaya bahwa aku tidak versalah.” Ahenkara terlihat berpikir keras dan menimbang apa yang di katakan Ashok. Ashok mengulurkan tanganya. Ahenkara terlihat ragu. tapi kemudian dia menyambut uluran tangan Ashok, menaiki pagar dan kembali berada di atas balkon. Saat dia melompat turun, brosnya terjatuh. Ashok mengambil bros itu dan memberikannya pada Ahenkara. Ahenkara dengan penuh sesal berkata, “aku tidak akan bisa menghapus tuduhan ini dari namaku atau mengatasi rasa bersalah bahwa ayahku telah melakukan semua ini. tapi kenapa kau mempercayaiku?” Ashok berkata kalau tidak semua pertanyaan dapat di jawab. Stelah berkata begitu Ashok meninggalkan Ahenkara yang menatapnya dengan tatapan takjub dan tidak percaya. Ahenkara berguman, “orang yang kupercaya telah membuangku dan dia yang selalu aku rendahkan dan hinakan, malah mempercayaiku…”

ashoka samrat 107Nikator sedang berjalan bersama Justin di lorong istana. Dia berkata, “setelah apa yang kulakukan pada raja Ji, apakah kau pikir dia akan pergi ke mandir untuk menemui kita?” Justin menjawab, “raja Ji pasti berpikir kalau kita tidak akan datang ke sana untuk bertemu denganya,  dengan demikian dia pasti akan datang kesana karena itu adalah tempat paling aman baginya.” Nikator mengangguk setuju dan mengingatkan Justin agar berhati-hati. Chanakya mengawasi pembicaraan Justin dan  Nikator. Justin tersenyum dan meninggalkan Nikator. Bindu dan Ashok datang di depannya. Justin terlihat gugup dan salah tingkah, “samrat, anda?” Mendengar suara Justin, Nikator segera membalikan badan dengan cemas. Chanakya mengawasi mereka semua. Bindu berkata pada Justin, “aku akan pergi bersamamu untuk mendoakan ibu.” Nikaor panik. Justin tertegun dan panik dan coba berdalih, “ini tidak bagus untuk keselamatan anda.” Ashok menyahut, “anda jangan khawatir pangeran, aku tidak akan membiarkan apapun terjadi pada samrat.”  Justin tersenyum untuk menutupi kecemasannya dan terpaksa mennyetujui. Bindu mengajak mereka semua pergi. Chanakya yang mengawasi semua itu berpikir, “..ashok akan menjebak semua musuh…”

Ahenkara sedang menangis di kamarnya ketika Sushim datang. Dia berkata, “segalanya bisa di selesaikan dalam 1 menit dan aku bisa menolongmu.” Ahenkara berdiri di depan Sushim dan menyahut dengan ketus, “kau telah menempatakan aku dalam masalah ini dan kau bicara tentang menyelamatkan aku sekarang? Kau telah menipuku!” Sushim menjawab, “..menyalahkan kecurangan pada orang lain sama sekali tidak cocok untukmu. Kecurangan telah ada dalam darahmu, ayahmu, pamanmu dan kakakmu semuanya menipu. Ini caramu di besarkan.” Ahenkara menjadi marah. Sushim berkata kalau prajuritnya siap membunuh Ahenkara setiap menit, “kau adalah pengkhianat di mata mereka.” Ahenkara bertanya, “kau mencintaiku, Sushim. Kenapa kau lakukan ini?” Sushim dengan dingin menjawab, “aku dulu mencintaimu. Tapi sekarang ketika aku tahu kau putri seorang pengkhianat, aku membencimu.” Ahemkara protes, “kau tahu aku tidak terlibat dalam semua ini. Aku bisa saja lari dari istana, tapi aku menunggumu dalam kebakaran itu. kau bisa menunjukan kebencianmu tapi buatlah aku percaya  bahwa apapun yang telah terjadi antara kita bukanlah sebuah kebohongan.” Sushim mengeluarkan sebuah botol dari balik bajunya dan memberikannya pada Ahenkara. Ahenkara menatap botol itu dan bertanya, “ini apa?” Sushim menjawab, “kepercayaan. Sekarang aku akan membuatmu percaya bahwa kita punya perasaan yang sebenarnya satu sama lain…itu racun.” Ahenkara tertegun, “racun?” Sushim dengan tanpa perasaanb bertaka, “kenap ahenkara? aku tidak dapat melihatmu menderita karena itu aku bawakan ini untukmu. Minumlah dan kau akan meninggalkan dunia ini dengan mudah.” Sushim kemudian meninggalkan Ahenkara. Ahenkara menatap botol di tanganya sambil menangis sedih dan terluka.

Chankaya dengan gelisah masuk kekamarnya di iringi Radhagupta dan beberpa anak buahnya. Chanakya memberitahu radha kalau Justin tidak pergi ke mandir untuk mendoakan Helena, “tapi untuk menemui Raja Ji Raj atau Vrahmir. Karena itu aku menyuruh Bindu dan Ashok ikut denganya. Tapi aku tidak tahu kekuatan musuh di sana. karena itu perilah pada Aakramak dan mintalah dia bersiap untuk menyusul samrat. Juga mata-mata kita, suruh mereka waspada. Jika ada yang mencoba lati dari sana, harus segera di tangkap.” radhagupta berkata, ‘anda tahu kalau ratu Helena adalah dalang dia balik semua ini lalu mengapa anda tidak mengatakannya pada samrat?” Chanakya menyahut, “ibu suri Helena sudah seperi ibu bagi samrat. Dia sangat menghormatinya dan kita tidak punya bukti yang menentang dirinya. Raja Ji dan Vrahmir sangat penting karena merekalah yang bisa membuktikan keterlibatan dewi Helena.”

Nikator menemui Helena di kamarnya. Helena segera bangkitdari tidurnya dan berkat dengan cemas, “Bindusara peri bersama Justin dan anda tidak menghentikannya? Anda tahu kenapa Justin peri kesana?” Nikator menyela, “bagaimana aku bisa menghentikannya? AKu tidak punya hak. Dia akan mencurigaiku.” Helena menjadi panik, “bagaimana anda bisa berkata begitu? NAda tahu kalau raja bertemu dengan Bindusara apa yang akan terjadi? Anda tahu betapa pengecutnya raja Ji Raj. Dia sudah bilang kalau dia sampai tertangkap, maka dia akan mengatakan semuanya tentang kita dan putrinya juga terjebak di sini. Dia bisa melakukan apa saja untuk menyelamatkan dirinya sendiri dan putrinya. ANda telah memberinya kesempatan.” Nikator tidak terima di salahkan, “apa yang telah aku lakukan? Apakah aku yang menyuruh Bindusara pergi dengan Justin? kau duduk di di ruangan ini dengan tenang, dan dengan mudah menyalahkan orang lain. Pergilah keluar dan lihat betapa ketatnya penjagaan di luar. kau akan lihat kalau rencanamu telah gagal. Kita berada dalam kekacauan ini karena kebodohanmu. Jika kau tidak menyertakan Ashok dalam pernikahan maka dia tidak akan tahu tentang konspirasi ini.” Helena membalas, “apa yang anda lakukan sepanjang tahun ini? AKu gagal tapi aku terus mencoba. Sedangkan anda? Kau kalah dari Chandraagupta sekali dan kau lari menyelamatkan diri. Kauberikan semuanya padanya. kau korbankan aputrimu juga.” Nikator menjadi geram, “apakah kau ingin mengatakan kalau kau korban kekerasan dan sebagainya? Karena aku kau menjadi ratu Magadha. bahkan setelah menjadi ratu kau tidak bisa melakukan apa-apa pada Bindusara. kau harus malu!” Emosi Helena sedikit meredah. Dia berkata, “aku hanya bisa berharap Justin bertemu Rja Ji Raj…”

Justin, Bindu dan Ashok pergi ke Mandir di iringi para prajurit. Di tengah jalan Justin mengusulkan agar mereka beristirahat. Bindu berkata kalau mandir sudah dekat, “kita terus saja.” Tapi Justin pandai membuat alasan, ‘pikirkan Ashok, dia pasti lelah dan lapar. Saat pooja di mulai maka dia tidak akan mendapatkan sesuatu untuk di makan.” Bindu akhirnya setuju. Mereka segera turun dari kudanyaa dan mencari tempat istirahat. Akramak datang, Ashok menyapanya, “achari Aakramak?” Bindu juga menyapanya dengan heran, “aakramak? Kau di sini?” Jutsin menjadi tegang melihat aakramak. Aaakramak berkata kalau dia tidak punya ide tentang Raja Ji Raj, “kami sedang mencarinya di sekitar sini.” Justin terlihat cemas dan membatin, ‘jika aakramak menemukan Raja Ji sebelum aku, kami semua akan musnah. AKu harus melakukan sesuatu.” Justin lalu mengusulkan pada Bindu agar mereka segera peri ke mandir dan tidak membuang-buang waktu. Bindu menjadi heran, “tapi kau bilang agar istirahat di sini sebentar.” Justin berkelit, “aku teringat pada keadaan ibu, dia sedang kesakitan sementara kita berpikir untuk istirahat?” Ashok menyahut, “aku siap untuk berangkat.” Dalam hati Ashok membatin, “pangeran Justin seperti ibunya, selalu berubah-ubah. Ibu bilang kita tidak boleh percaya pada orang seperi dirinya. Aku harus mengawasinya..” Sinopsis Ashoka Samrat episode 108 by MeyLest