Sinopsis Ashoka Samrat episode 23 by Sally Diandra

Sinopsis Ashoka Samrat episode 23 by Sally Diandra. Chanakya sedang berada di tepi danau bersama Radhagupta, Radhagupta memberikan sebuah informasi penting “Chanakya, Ashoka mulai berlatih di sekolah dan kamu tahu siapa yang menolongnya ?”, “Siamak !” jawab Chanakya singkat, tepat pada saat itu salah prajuritnya datang menemui mereka “Chanakya, aku telah menunggu muridmu yang bernama Nirjaraa, akan tetapi dia tidak datang kemarin” Chanakya kaget “Dia tidak mungkin menolak permintaanku, cepat cari dia !” tiba tiba saja Chanakya melihat ada seekor singa (jelmaan arwah Chandragupta), Chanakya tampak khawatir begitu melihat singa tersebut yang mengaum keras dari kejauhan “Ada masalah apa lagi yang akan terjadi ?” bathin Chanakya.

Di tepi hutan, Bindusara sedang mengumpulkan pelayan dan para prajuritnya seraya berkata “Dewi pergi dari istana dan tidak ada satupun yang memberi tahu aku ? Kemana dia pergi ?” Bindusara tampak kesal dengan mereka semua, sementara Justin hanya tersenyum sinis “Samrat, Dewi terlihat pergi ke suatu tempat menggunakan gerobak, dia sepertinya khawatir dengan anaknya”, “Apakah ada yang tahu tentang anaknya ?” Bindusara semakin penasaran “Tidak ada, Samrat … dia tidak pernah bercerita tentang keluarganya” ujar salah seorang pelayan “Bukankah kalian tahu bahwa ada seekor binatang buas di dalam hutan ini, jika Bindusara diberitahu maka dia akan menyiapkan diri untuk keselamatan perjalanannya” bathin Justin dalam hati “Kita telah mendapatkan bukti bukti, Samrat … mari kita masuk hutan dan kita cari dia” ujar Khurasan, Bindusara menyetujuinya, Justin kembali tersenyum sinis

Semua anak anak sedang berada di sekolah kerajaan, mereka mulai berbaris duduk ditempat mereka masing masing, Ashoka juga tampak memasuki ruangan yang bentuknya seperti pendopo itu, tak lama kemudian Sushima juga datang kesana bersama teman temannya, Sushima dan Ashoka saling menatap satu sama lain, kemudian Sushima dan teman temannya duduk dibaris depan sedangkan Ashoka duduk dibaris belakang namun tidak ada seorangpun yang duduk di sebelah Ashoka, semua anak menjauhi Ashoka, Ashoka menyadari bahwa dirinya belum bisa diterima di sekolah ini, Ashoka mulai angkat bicara “Ternyata aku telah salah mengerti tentang kalian semua, kalian telah memberikan aku ruang yang cukup, aku sangat berterima kasih sekali karena kalian duduk menjauhi aku, sehingga aku bisa merasa nyaman tidak berdesak desakkan seperti kalian” ujar Ashoka riang sambil menyeringai senang, tak lama kemudian guru mereka yang bernama Pradhan Acharaya datang menemui mereka semua, semua anak anak memberikan salam termasuk ashoka samrat 23Ashoka “Hari ini kita kedatangan murid baru yaitu Ashoka yang telah bergabung bersama kita, jadi mulai dari sekarang dia akan belajar di dalam kelas” ujar Pradhan “Ashoka kemarilah, mendekatlah ke aku” Ashoka menuruti perintah gurunya dan memberikan salam “Salam guru” ujar Ashoka sambil membungkuk “Aku telah mendengar banyak tentang kamu dari Maharaja Bindusara, aku sangat berharap dia bisa memenuhi impiannya” Ashoka hanya menganggukkan kepalanya

“Kami telah memberikan pelajaran tentang bagaimana caranya menyerang musuh dan bagaimana caranya bertahan, hari ini aku akan memberikan kalian pelajaran bagaimana caranya mengontrol tubuhmu dan hatimu, pada setiap perang, menang atau kalah adalah tergantung pada hatimu saja” ujar Pradhan kemudian Pradhan meminta dua orang maju ke depan, Ashoka langsung menawarkan dirinya sendiri “Saya mau menjadi relawan, guru”, “Seseorang yang seharusnya tunduk pada kita, sekarang akan bertarung dengan kita ?” Sushima berusaha untuk mengejek Ashoka, teman teman Sushima tertawa, Ashoka tidak menggubrisnya “Di sekolah ini, semua yang ada disini belajar bersama sama, tidak ada yang lebih besar atau lebih kecil, semuanya sama !” ujar Pradhan lantang “Saya juga ingin menjadi relawan melawan Ashoka !” teriak Indrajeet teman Sushima “Silahkan maju kedepan ! Ashoka, penting bagimu untuk fokus dan bertahan pada serangan Indrajeet” tak lama kemudian mereka berdua mengambil senjata yang berupa tongkat kayu, Indrajeet mulai menyerang Ashoka dan membuat Ashoka terjatuh “Ini bukan pertarungan yang sepadan, Ashoka kan baru saja bergabung dengan kita, sementara Indrajeet telah tahu bagaimana caranya menyerang” ujar Siamak sedih sambil melihat pertarungan mereka, tak lama kemudian Ashoka bangun dan mulai bertarung kembali melawan Indrajeet

“Seorang ksatria seharusnya mengerti bahwa untuk menjadi seorang ksatria yang hebat, dia harus tahu caranya bertarung ! Ini bukan tentang pengalaman !” Sushima mulai mengejek, sementara itu Ashoka berusaha untuk bertahan dari serangan Indrajeet dengan menggunakan keahliannya dalam akrobatik melompat lompat, Ashoka mulai lompat kesana lompat kesini dan membuat Indrajeet bingung, Ashoka membuat Indrajeet kalah dengan cara menjatuhkannya ke tanah dan mengambil senjatanya “Jika kamu lelah, lebih baik kamu beristirahat saja” ujar Ashoka sambil tersenyum ke arah Indrajeet, Indrajeet yang tergeletak di tanah merasa kesal karena dirinya dikalahkan Ashoka, Sushima juga tidak suka melihatnya “Sungguh tidak diduga ! Kamu membuktikan kemampuanmu pada hari pertama sekolah, ini sungguh hebat mempunyai seorang ksatria seperti kamu” puji Pradhan “Pangeran Sushima kamu benar, seorang ksatria hanya dilihat dari kemampuannya bukan dari siapa latar belakang keluarganya” ujar Pradhan sambil melirik kearah Sushima, Shusima kesal dan segera meninggalkan tempat tersebut “Andai saja ibu ada disini, dia akan melihat kemenanganku ini” bathin Ashoka sedih.

Bindusara bersama prajuritnya mulai memasuki hutan, Khurasan yang saat itu juga ikut menemani Bindusara melihat banyak burung gagak yang terbang di atas mengelilingi di sekitar mereka “Samrat, lihat banyak burung gagak di sekitar sini, terbang diatas sana, itu berarti ada seseorang yang telah diburu oleh bintang buas” ujar Khurasan sambil menengadah ke atas, Bindusara dan Justin juga ikut memperhatikan mereka, tak lama kemudian mereka menemukan jejak ban “Jejak ini menuju ke Patliputra” ujar Khurasan lagi sambil memperhatikan jejak tersebut. Tepat pada saat itu anak buah Justin yang bersembunyi dibalik pohon, memberikan kodenya ke Justin, Justin langsung mengangguk dan menyuruh anak buahnya itu melakukan rencana mereka, tak lama kemudian anak buah Justin yang juga termasuk prajurit Bindusara menghampiri Bindusara dan menunjukkan sebuah gelang ke Bindusara “Samrat, saya menemukan ini di dalam hutan”, “Siapa itu yang memiliki gelang seperti itu ?” ujar Justin dengan gayanya yang pura pura heran, mereka pun semakin memasuki ke dalam hutan dan Bindusara curiga pada gundukan daun daunan kering yang terlihat membujur, Bindusara segera mendekati dan mulai meminggir minggirkan daun daunan tersebut, hingga nampak terlihat sebuah tangan perempuan, prajuritnya ikut meminggirkan daun daunan yang menutupi jenazah itu, Bindusara terkejut ketika melihat jenazah itu mengenakan gelang yang sama dengan yang ada ditangannya dan wajahnya telah hancur, sehingga sulit sekali untuk dikenali, Khurasan segera meminta para prajurit untuk menutupi jenazah tersebut, Bindusara sedih, dirinya teringat ketika Dharma mengobati luka lukanya dengan penuh perhatian, ketika Dharma menunjukkan beberapa jalan keluar pada setiap permasalahan yang dihadapinya “Seseorang yang telah melindungi aku, seseorang yang telah memberikan aku hidup yang baru, aku malah tidak bisa melindunginya, maafkan aku Dewi” ujar Bindusara sedih sambil mengatupkan tangannya didepan dadanya “Itu sudah takdirnya, Samrat … seekor binatang buas telah menyerangnya” Khurasan berusaha menghibur Bindusara “Aku tidak akan membiarkan binatang itu hidup mulai sekarang !” ujar Bindusara kemudian berlalu dari sana

Di istana kerajaan Magadha, Chanakya juga mendapatkan gelang yang sama “Segera cari jenazah Dewi, apakah kamu melihat wajahnya ?”, “Wajahnya rusak, Chanakya” ujar sang prajurit “Aku ingin bukti, lalu bagaimana dengan Nirjaraa ?”, “Kami juga tidak tahu tentang dia” ujar prajurit lagi “Aku telah meminta Nirjaraa untuk melindungi Dharma, kemanapun dia pergi” ujar Chanakya sedih “Lalu bagaimana kalau berita itu benar ?” Radhagupta mulai angkat bicara kembali “Ashoka tidak boleh tahu tentang hal ini” ujar Chanakya geram

Pada pemakaman Dharma, jenazah Dharma dibungkus dengan kain putih, Bindusara sedih melihat jenazah Dharma, sementara Justin menyeringai senang dibelakang Bindusara, didepan jenazah Dharma, Bindusara meminta maaf sambil mengatupkan kedua tangannya “Maafkan aku, Dewi … aku tidak bisa melindungi kamu, tapi aku berjanji padamu mulai sekarang anakmu akan menjadi tanggungjawabku, aku akan segera menemui dia, aku akan meminta maaf padanya dan mengambil tanggung jawab dengan mengasuhnya” ujar Bindusara sedih, Bindusara meminta pada prajuritnya agar memberikan upacara pemakaman kerajaan dengan penuh penghormatan pada jenazah Dharma, Bindusara kemudian memberikan penutup lambang kerajaan Maurya yang berupa bendera yang diletakkan diatas penutup jenazah “Segera cari Ashoka dan bawa padaku secepat mungkin” perintah Bindusara ke para prajuritnya.

Di istana Magadha, Chanakya sedang memperhatikan cincin yang diberikan Bindusara pada Dharma pada saat Bindusara hendak meninggalkan Dharma dan pulang ke istana, cincin itu ditemukan di dekat jenazah Dharma, Chanakya teringat ketika Chanakya melihat Dharma memiliki cincin itu “Cincin ini hanya satu satunya milik Dharma tapi aku masih belum percaya pada semua ini” ujar Chanakya sedih “Semua bukti bukti yang ada memang menunjukkan kalau itu adalah jenazah Dharma tapi bagaimana dengan Nirjaraa ? Itu bisa jadi Nirjaraa mendukung musuh, hal ini bisa dibuktikan ketika Nirjaraa tidak melindungi Dharma, jadi Dharmalah yang meninggal itu” ujar Radhagupta “Sangat disayangkan sekali hal ini terjadi pada Ashoka, aku telah berjanji pada Ashoka bahwa aku akan melindungi mereka berdua, jika Ashoka mengetahui hal ini maka ini akan menjadi masalah yang sangat besar” ujar Chanakya sambil terduduk lemas dan meneteskan airmata. Sinopsis Ashoka Samrat episode 24