Sinopsis Jodha akbar episode 381 by Sally Diandra. Saat itu Rukayah sedang asyik menikmati hookahnya ditemani oleh Reesham pelayan setianya, Reesham memberitahukan bahwa Rashid dicemooh oleh semua orang, Rashid dipermalukan dan dihina oleh setiap orang karena dia telah memberikan tumpangan untuk seorang pengkhianat. “Kamu bisa mengambil keuntungan dari semua kejadian ini, Yang Mulia Ratu” saran Reesham, “Kalo dia sudah mendapat perlakuan seperti itu dari masyarakat sekitar, aku tidak perlu bertindak apapun, karena saat ini semuanya telah berada dalam genggamanku dan Salim akan mendukungku” kata Rukayah.
Sementara itu di pasar, ketika Rashid hendak menjual kendangnya, tiba tiba sang penjual tidak mau menerima barang Rashid, Rashid langsung diusir dari kiosnya dan tak berapa lama kemudian semua orang yang berada dipasar langsung ikut ikutan menghina Rashid karena Rashid telah melindungi seorang pengkhianat Kesultanan Mughal, mereka yang berada dipasar merasa geram dan marah pada Rashid, mereka tidak mau memaafkan Rashid meskipun Rashid berusaha untuk menjelaskan akan tetapi semuanya sia sia saja. Semua orang yang ada dipasar tidak bisa membendung amarahnya, mereka langsung melempari Rashid dengan batu, “Pergi kamu dari sini ! kami tidak sudi melihatmu ! dasar pengkhianat !” ujar orang orang. Rashid langsung tersungkur jatuh, wajah dan tubuhnya terluka tapi Rashid tidak bisa berbuat apa apa, dia hanya bisa menutupi wajahnya saja.
Tepat pada saat itu Jodha dan rombongan pengawal dan pelayannya sedang melewati pasar, Jodha mendengar ada keributan. Dari dalam tandunya Jodha menyuruh salah satu pelayanannya untuk melihat ada keributan apa yang terjadi disana. Sang pelayananpun langsung pergi ketempat kejadian dan dilihatnya Rashid yang sedang terbaring telungkup ditanah sambil menutupi wajahnya, sementara orang orang yang mengitarinya terus menerus menghujaninya dengan batu.
Sipelayan langsung memberitahu Jodha tentang apa yang dilihatnya barusan, Jodha sangat terkejut mendengarnya, secepat kilat Jodha berdiri dan keluar dari tandunya, hendak menolong Rashid tepat pada saat itu ada salah seorang warga yang memegang batu besar dan hendak dihantamkannya ke muka Rashid, “Berhenti !!!!” teriak Jodha, orang orang yang memukuli Rashid segera berhenti memukuli Rashid karena mereka segan dengan Mariam Uz Zamani. Jodha mencoba menolong Rashid tepat pada saat itu ketika Jodha sedang berbicara dengan rakyatnya, Salim melalui kerumunan tersebut dan dilihatnya ibunya disana, Salim sangat bahagia bisa melihat ibunya ada dipasar, “Ibuuu … ibuu ada disini ??? ibu pasti akan menemuiku” bathin Salim tapi ketika diperhatikannya dengan seksama, Salim baru menyadari kalo ibunya sedang menolong ayah Nadira. “Mengapa ibu selalu mendukung orang orang yang jahat padaku ???” bathin Salim sedih, “Ibu tidak seperti ibu Rukayah yang sangat mencintai aku” bathin Salim sambil berlalu dari sana. Jodha yang tidak menyadari keberadaan Salim disekitarnya, masih sibuk menjelaskan pada rakyatnya, “Rashid tidak bersalah dan kalian harus mengikuti perintah Yang Mulia Raja !” kata Jodha,
“Sebagai Mariam Uz Zamani aku minta kalian menghormati keputusan Yang Mulia Raja, jangan main hakim sendiri !” kata Jodha lagi, semua rakyat disana mengiyakan perintah Jodha. Lalu Jodha memerintahkan prajuritnya untuk membantu Rashid pulang ke rumahnya. “Terima kasih Yang Mulia Ratu, terima kasih …” ujar Rashid, “Sebagai Mariam Uz Zamani, aku punya kewajiban untuk menolong orang tidak bersalah, pulanglah …” kata Jodha.
Sesampai di rumah Rashid, Zil Bahar sangat terkejut melihat Rashid pulang dengan dibantu oleh prajurit Kerajaan dengan kondisi muka lebam dan darah mengucur dari keningnya. Setelah para prajurit pergi meninggalkan rumah mereka, Zil Bahar langsung mengobati luka luka diwajah Rashid sambil menangis, “Lebih baik kita tinggalkan desa ini, Zil Bahar, daripada kita harus dihina terus setiap hari oleh orang orang itu” kata Rashid.
Siang itu ketika Nadira sedang membawa tempayan yang berisi air, yang disungginya diatas kepalanya, tiba tiba saja tempayan yang dibawanya pecah dan air pun tumpah membasahi seluruh tubuhnya. Nadira kesal dengan perlakuan anak anak sekitar rumahnya yang suka sekali mengejek dan menggodanya “Dasaaaar anak seorang pengkhianat ! pergi kamu dari sini !’’ teriak anak anak itu dan tak berapa lama kemudian Salim datang ke tempat tersebut, Salim tersenyum bahagia melihat Nadira dipermalukan didepan orang banyak, “Huh … kamu seharusnya bangga, kamu memang pantas diperlakukan seperti itu” ujar Salim, “Hey ! ayahku bukanlah seorang pengkhianat, dia tidak tahu apa apa, dia hanya memberikan tumpangan pada temannya !” kata Nadira marah, “Sama juga dengan aku, aku juga tidak tahu apa apa, aku juga tidak tahu kalo ada Qadir disana, tapi aku tetap mendapat hukuman, sekarang kamu dan ayahmu pantas menerima hukuman itu !” ujar Salim tenang.
Masih didalam pasar, ketika Jodha hendak menuju kedalam tandunya, tiba tiba dari kejauhan Jodha melihat nenek Fatima Bi, nenek Qadir sedang berjalan tertatih tatih ditengah pasar, Jodha langsung mendekatinya. “Nenek Fatima, jangan khawatir akan Qadir … saya sangat menjamin dia berada dalam penanganan tim tabib istana yang terbaik” kata Jodha,
“Terima kasih Yang Mulia Ratu tapi sebenarnya yang sangat saya khawatirkan adalah semakin lama Qadir dalam masa penyembuhan, maka semakin lama pula Pangeran Salim akan menghadapi kesulitan didalam rumah saya” ujar nenek Fatima “Salim bekerja sangat keras, Yang Mulia Ratu … dia benar benar sangat membantu saya” ujar nenek Fatima lagi,
Jodha yang sedari tadi mendengarkan cerita nenek Fatima, merasa sangat bangga pada putra tercintanya Salim, “Putramu itu selalu ingin menyenangkan hamba, Yang Mulia Ratuu …. ‘ ujar nenek Fatima, “Maafkan hamba, Yang Mulia Ratu … karena hamba Yang Mulia Ratu harus berjauhan dengan Pangeran Salim” ujar nenek Fatima, “Tidak apa apa nenek Fatima” kata Jodha sambil tersenyum haru lalu memberikan nenek Fatima sebuah ‘tabeez’ semacam tali untuk diikatkan dan berdoa untuk kesembuhan Qadir dan Salim.
Ketika Jodha sudah sampai di Istana, Jodha kembali mengecek kondisi Qadir, saat itu Jodha ditemani oleh Shagnui Bai, para tabib memberikan informasi bahwa kondisi Qadir tidak jauh berubah, menyadari harapannya atas kesembuhan Qadir yang sangat tipis, Jodha langsung menyuruh Shagnui Bai untuk meramal masa depan Qadir,
“Shagnui Bai, aku mohon tolong kamu lihat bagaimana ramalan masa depan Qadir, karena bagaimanapun juga masa depan Salim berhubungan dengan kesembuhan Qadir” pinta Jodha, Shagnui Bai kemudian mengambil kerang kerang ajaibnya yang bisa memprediksi masa depan seseorang, kemudian Shagnui Bai melemparkan kerang kerang tersebut keatas meja.
“Jodha … nyawa Qadir masih akan cukup lama, tapi Salim tetap akan menjadi seorang Raja dan dia tidak akan pernah melupakan hari hari yang dilaluinya saat ini” kata Shagnui Bai, “Shagnui Bai, tolong jelaskan lebih detail lagi tentang keadaan mereka ?” pinta Jodha, “Aku mempunyai perasaan yang aneh, Jodha …” ujar Shagnui Bai sambil memberikan secarik kertas ke Jodha yang tidak pernah dibuka oleh siapapun selama dirinya hidup.
Jodha benar benar tidak sabar dan ingin segera tahu tentang keselamatan Salim. “Jodha … Salim akan mempunyai dua kehidupan, Salim akan meninggal sebelum kamu meninggal” ujar Shagnui Bai lagi, Jodha benar benar terkejut dan putus asa mendengar penjelasan Shagnui Bai,
“Shagnui Bai ! beraninya kamu mengatakan hal seperti itu !” tegur Jodha dengan nada marah, Jodha tidak terima dengan ramalan Shagnui Bai, “Keluar kamu dari sini !!!!” teriak Jodha sambil menyeret Shagnui Bai keluar dari kamar. Ketika sudah diluar kamar,
“Jodha, kamu harus berani untuk mendengarkan ini semua …. Tentang masa depan anakmu Pangeran Salim, dia akan mati tapi kemudian hidup kembali … perasaannya akan mati hatinya akan hancur berkeping keeping … cintanya akan mati dan Salim akan hidup kembali sebagai seorang Raja dan dia akan memiliki cintanya yang kedua dalam kehidupannya, Jodha” ujar Shagnui Bai,
Jodha hanya bisa diam mendengarkan ramalan Shagnui Bai yang tidak pernah meleset, “Sama seperti suamimu, Jodha … ketika Jalal mati maka suamimu lahir kembali menjadi Akbar, Salimpun akan mengalami hal yang serupa … cinta pertamanya telah merasuki kehidupannya” ujar Shagnui Bai sambil tertawa terbahak bahak lalu meninggalkan Jodha yang masih termangu tidak percaya dengan ramalan Shagnui Bai.
Kelahiran MEHRUNISSA cinta kedua Salim.
Sementara itu jauh dipadang gurun yang tandus, tampak sebuah rombongan melalui pada gurun tersebut. Rombongan tersebut berisi sepasang suami istri Riyaz Beg dan istrinya Asmat yang sedang hamil tua beserta ke tiga anak laki laki mereka yang masih kecil kecil dan para pelayan mereka. Ketika hari mulai gelap mereka memutuskan untuk berkemah di padang gurun tersebut, tapi sayangnya mereka diserang oleh segerombolan perampok, semua barang bawaan mereka dijarah oleh perampok, akhirnya mereka berlima melanjutkan perjalanan mereka dengan berjalan kaki, Asmat yang sedang hamil anak ke empatnya tiba tiba merasakan konstraksi di perutnya, dia bisa merasakan kalo saat ini adalah saatnya melahirkan.
Ketika mereka sedang istirahat disuatu tempat, tiba tiba datanglah serombongan orang yang dipimpin oleh Mallik Masood. Mallik Masood langsung menolong mereka dan membawanya ke tempatya dan disanalah Asmat melahirkan seorang anak perempuan dan Riyaz memberinya nama Mehrunissa ( bakal cinta keduanya Salim ).
Tapi kelahiran Mehrunissa benar benar membingungkan mereka karena semua barang bawaan mereka telah dirampok dan mereka harus menghidupi 3 orang anak yang masih kecil kecil, Riyaz dan Asmat merasa tidak mampu membesarkan 4 orang anak yang masih kecil kecil, oleh karena itu Riyaz mengambil keputusan untuk meninggalkan Mehrunissa dijalan dengan harapan ada orang yang mau mengasuhnya sebagai anaknya sendiri.
Dengan hati yang berdebar debar dan bingung, Riyaz mengambil Mehrunissa yang sedang tertidur dalam pelukan Asmat, Asmat hanya bisa menangis, dirinya tak kuasa menghentikan keputusan suaminya. Lalu malam itu Riyaz keluar rumah dan berjalan menjauh dari tempat Asmat melahirkan tadi, setelah dirasa sudah cukup jauh lalu Riyaz menaruh Mehrunissa yang hanya dibungkus dengan sebuah selimut tebal itu dijalanan yang berdebu dan meninggalkannya disana dengan hati yang berat. Keesokan harinya rombongan Mallik sedang mencari tempat untuk melakukan sholat. Ketika setelah selesai sholat, Mallik mendengar ada suara tangisan bayi yang memecah keheningan dipadang gurun tersebut.Lalu Mallik berhasil mencari kearah sumber tangisan bayi, Mallik sangat terkejut karena dirinya mengenali bayi yang dibuang ini adalah anak Riyaz yang baru saja dilahirkan semalam.
Akhirnya Mallik membawa ke Mehrunissa ketempatnya kembali dan menyerahkan Mehrunissa pada ibunya sendiri yaitu Asmat, “Kenapa kalian membuang anak kalian sendiri ??? ini adalah sebuah dosa !” tegur Mallik tapi kemudian Riyaz menceritakan alasannya membuang Mehrunissa. Malliik memberikan solusi pada Riyaz untuk mencari pekerjaan di kerajaan Mughal di Agra. “Saya jamin, kamu pasti akan mendapatkan pekerjaan di Agra, kebetulan aku akan ke pengadilan Kerajaan Mughal, aku akan menghadap Yang Mulia Raja Jalalludin Muhammad Akbar” kata Mallik Masood, Riyaz dan Asmat sangat bahagia mendengarnya, “Aku tidak akan pernah meninggalkan putri kita Mehrunissa, Asmat” kata Riyaz Beg.
Di Agra, Rashid sekeluarga akhirnya memutuskan meninggalkan rumah mereka di Agra, mereka pergi dengan menggunakan gerobak sapi dengan semua barang bawaan mereka, Zil Bahar dan Nadira tampak sedih harus meninggalkan Agra, sementara di perjalanan ketika Nadira sedang duduk didalam gerobaknya, dia bertemu Salim yang sedang membawa tempayan air, mereka hanya saling memandang satu sama lain.
Sementara itu di Kuil, Jodha sedang melakukan pemujaan pada Dewi Kaali beserta beberapa pendeta untuk memohon kesembuhan bagi Qadir, Jodha berdoa terus menerus sekuat tenaga sambil menangis. Sedangkan diistana, ketika para tabib sedang mengobati Qadir, tiba tiba saja tangan Qadir bergerak gerak sampai sampai menjatuhkan gelas disebelahnya, tepat pada saat itu di Kuil Dewi Kaali tiba tiba saja bunga yang ada ditangan patung Dewi Kaali jatuh kebawah sebagai isyarat bahwa doa Jodha dikabulkan.
Tabib yang dikejutkan dengan suara benda jatuh, segera menghampiri Qadir untuk mengecek kondisinya dan tak berapa lama kemudian Qadirpun membuka matanya “Neneeeeeek …. “ ujar Qadir, tabib tersenyum bahagia melihat Qadir yang sudah pulih dari komanya. Tabibpun segera memberitahukan berita baik ini ke Jalal.
Didalam ‘Hojra’ (kamar Jalal) Jalal sedang mengadakan pembicaraan yang cukup serius dengan Todar Maal yaitu mengenai bagaimana caranya mengontrol Negara yang sering membuat kerusuhan, Jalal juga menekankan pengamanan yang super ketat untuk Jodha selama Jodha ada di Kuil untuk melakukan doa pada Dewi Kaali. Tiba tiba salah satu prajuritnya menemui Jalal, memberitahukan bahwa tabib ingin bertemu dengan Jalal, Jalalpun mengijinkan.
Dengan senyum yang tersungging diwajahnya, tabib tersebut memberitahukan Jalal bahwa saat ini Qadir sudah siuman. “Oh yaa ??? kalo begitu itu artinya Sekhu Baba akan segera kembali ke istana” ujar Jalal bahagia, “Lebih baik … untuk menyambut kepulangan Sekhu Baba kita hias ruangan ini dengan emas dan perak, aku ingin semuanya kemilau dimana mana !” perintah Jalal, lalu mereka bertiga pun segera menemui Qadir yang masih terbaring lemah dikamar, “Yang Mulia, bolehkah aku bertemu dengan nenekku ???” pinta Qadir begitu melihat Jalal, Jalal langsung menyuruh pengawalnya untuk mempersiapkan semuanya untuk memulangkan Qadir ke rumah nenek Fatima dan membawa Salim kembali ke istana. Ketika Jalal sedang membicarakan soal rencana kepulangan Salim, Rukayah datang menemuinya,
“Yang Mulia, bolehkah aku ikut menjemput Salim ?’ pinta Rukayah, “Karena saat ini Jodha sedang mengadakan doa pemujaannya di Kuil” Rukayah mencoba meyakinkan Jalal, akhirnya Jalal mengabulkan permintaan Rukayah, “Pergilah …. Bawalah Sekhu Baba pulang” kata Jalal kemudian berlalu meninggalkan Rukayah, setelah Jalal berada jauh darinya, Rukayah mengatakan pada dirinya sendiri : “Ini saat yang tepat untuk meracuni pikiran Salim agar dia melawan Jodha !’ ujar Rukayah dengan senyum sinisnya.
Salim menjalani hukumannya dalam kemiskinan bersama nenek Fatima Bi. Salim mampu menghadapi kehidupannya dengan berani, sampai akhirnya mereka dikejutkan oleh kehadiran Keluarga Kerajaan seperti Rukayah, Todar Maal dan Rahim yang akan menjemput Salim pulang ke istana, karena Qadir sudah sembuh ,,, Qadir langsung menyeruak keluar menghampiri neneknya, nenek Fatima dan Qadir sangat bahagia, merekapun berpelukan satu sama lain, sementara Salim juga keluar dari rumah nenek Fatimah dan lansgung memeluk Rukayah, Rukayahpun membalas pelukan Salim,
“Salim hukumanmu sudah berakhir, sekarang kamu bisa pulang ke istana” kata Rukayah, “Oh yaaa ???? lalu mana ayah mana ibu ?? kenapa mereka tidak datang menjemputku ??” tanya Salim, dengan pikiran jahatnya Rukayah langsung membawa Salim ketempat yang agak jauh dari orang orang yang mengikutinya, agar mereka tidak bisa mendengarkan ucapannya yang meracuni Salim. “Salim, ayah ibumu sedang melakukan suatu hal yang sangat penting dari pada menjemputmu untuk pulang ke istana” kata Rukayah,
Salim sangat sedih mendengarnya tapi dia bahagia dia bisa pulang ke istana. Kemudian Salim berpamitan dengan nenek Fatima, “Nenek, aku janji …. suatu saat nanti kita pasti akan bertemu lagi” kata Salim, lalu Rukayah menyuruh untuk mengganti pakaiannya dibantu para pelayan, “Sekarang kamu adalah Pangeran Kesultanan Mughal” kata Rukayah, Salim merasa senang dan bangga bisa pulang kembali ke istana dengan menggunakan kuda putih kesayangannya… Sinopsis Jodha akbar episode 382