Panah Asmara Shahenshah by Fatimah Zahra

Panah Asmara Shahenshah by Fatimah Zahra. Hujan sangat lebat diluar istana. Cuaca yang sangat dingin bertepatan dengan Musim dingin tahun ini. Jodha merapatkan dupattanya, ia sedang melamun di depan jendela dan memandang hujan diluar. Beberapa hari yang lalu ia baru saja sembuh dari racun Benazir yang membuatnya pingsan selama seminggu. Jodha mulai mengingat bagaimana Raja Jalal sangat marah padanya karena menuduh Benazir wanita beracun saat itu, hingga memutuskan untuk tidak menemui Jodha lagi, walau dia mati sekalipun. Jodha meraba dadanya yang terasa sakit mengenang kejadian itu. Demi orang yang mengikat janji suci pernikahan dengannya, ia rela mempertaruhkan nyawanya, tapi lihat yang dilakukan Kaisar, ia bahkan tidak mempercayai istrinya sendiri. Tapi aneh, mengapa Jodha mau melakukan itu, sudah benar-benar cinta kah ia pada sang Kaisar. Jodha menepis sendiri perasaannya, dan meyakinkan dirinya bahwa ia hanya melakukan kewajibannya untuk selalu melindungi Kaisar. Tapi tetap saja itu melukai Jodha sangat dalam, walaupun berkali-kali Moti meyakinkan bahwa Kaisar tidak sejahat itu. ”Shahenshah mungkin salah pada awalnya Jodha, ia mengatakan itu karena ia begitu putus asa dengan perasaan yang ia sendiri mungkin tidak menyadarinya, tapi selama kau pingsan Jodha, apapun dilakukannya, berdoa siang malam pada Tuhannya, ia bahkan melakukan puja di depan Dewa Krisna demi kesembuhanmu. Ia bahkan meminta rakyatnya untuk berdoa, ia selalu berada disisimu ketika kau pingsan, maafkanlah shahenshah Jodha, jangan vlcsnap-2014-11-25-15h29m44s204menyakiti dirimu sendiri. Shahenshah sangat mencintaimu Jodha, aku bisa melihat di matanya, tapi seperti juga kau , ia terlalu keras kepala untuk mengakuinya”. Jodha membentak Moti yg berdiri di depannya, “ Berhentilah membelanya Moti,kau ini temanku atau temannya ?” Moti hanya tersenyum getir. Jodha kembali memandang hujan di luar jendela. Ia kembali dengan lamunannya hingga tak menyadari kehadiran Kaisar Jalal. Moti menyadari kehadirannya dan ingin memberitahu Jodha tapi Jalal menghentikannya dengan memberikan tanda diam dengan tangannya. “Apakah kau sangat merindukanku Ratu Jodha, hingga tak menyadari kehadiranku?” Jalal menggodanya. Jodha terkejut mendengar suara Jalal, dengan tenang ia membalikan badan, tapi tanpa disadarinya Jalal berdiri begitu dekat di belakangnya, Jodha memandang Moti dengan marah “mengapa kau tidak memberitahukanku, Moti.” Jalal yang menjawab “karena aku yang melarangnya?” Jodha memandang Jalal dengan pandangan sinis, “Dan mengapa kau datang ke kamarku Shahenshah, bukankah kau sudah bersumpah kau tidak akan ke kamarku lagi, bahkan jika aku mati sekalipun?” Jalal menunduk sebentar lalu berkata pada Moti. “Tinggalkan kami berdua ,Moti.” Moti segera berlalu dari hadapan mereka. Jalal kembali berkata pada Jodha dengan suara yang amat rendah, “Aku sungguh minta maaf untuk itu Ratu Jodha, kau tidak tahu betapa menyesalnya aku dengan tidak mempercayaimu, tapi itu adalah masa lalu, Maukah kau memaafkanku?” Sebenarnya Jodha sudah akan memaafkan Jalal, apalagi setelah mendengarkan cerita Moti tentang Kaisar yg selalu mendoakan dan berada disampingnya waktu itu, tapi Jodha berfikir lagi, “Tidak semudah itu Shahenshah, apakah kau tahu kau sudah sangat melukaiku?” Jodha berkata pada dirinya sendiri aku akan membalas mu yang mulia, kau akan dapat pelajaran kali ini. Dengan sedih jalal berkata “ Kalau begitu aku harus dihukum, katakan hukumanmu padaku Ratu Jodha, aku tidak akan menolaknya.” Jodha menantangnya “ Apa kau yakin Shahenshah ?, aku tidak akan memberikanmu hukuman yang ringan.” Jalal juga menantangnya sambil berkata “ Katakan saja Ratu Jodha!!” Jodha membalas “Heeemhh, baiklah Shahenshah, Kita akan bertanding memanah, dan siapapun yang menang ia harus mengakui perasaannya dihadapan semua orang.” Jalal dengan senyum licik berkata, “Aku setuju Ratu Jodha. Aku pasti akan mengalahkanmu dan kau harus mengatakan perasaanmu pada semua orang yang hadir.” Jodha tak kalah membalas “Oo,,,Oo, Bukan aku Yang Mulia, tapi kau yang akan kalah, kau mungkin hebat dalam menggunakan pedang, tapi aku tak pernah melihatmu menggunakan panah.” Jodha tersenyum dengan bangga. “Kita akan segera mengetahuinya Ratu Jodha, Bersiaplah, kita akan bertanding besok.” Jalal meninggalkan kamar Jodha dan mulai menyusun rencananya. Jodha tak kalah senang membayangkan apa yang akan terjadi besok, ia pasti menang.

Keesokan harinya……….Semua orang sudah berkumpul dilapangan, Atgah Khan sudah mengumumkan bahwa hari ini mereka diundang untuk menyaksikan pertandingan memanah antara Ratu Jodha dan Raja Jalal, semuanya tampak senang apalagi Ratu Hamidah dan Ratu Salimah. Ratu Hamidah berkata ”mereka sudah semakin dekat saja Salimah, aku senang akhirnya Jodha dan Jalal sudah mulai merasa dekat setelah insiden Racun Benazir kemarin.” Ratu Salimah pun tersenyum “Hanya saja aku heran Ibu, mengapa mereka memutuskan bertanding Panah hari ini? aku khawatir mereka bertaruh tentang sesuatu, mereka suka sekali berselisih dengan cara yang aneh.” Ratu Hamidah menepuk-nepuk bahu Ratu Salimah menenangkannya. “Tidak usah khawatir ratu Salimah, kita lihat saja.” Ratu Salimah pun mengangguk sambil tersenyum. Jodha dan Jalal sudah berada ditengah-tengah lapangan, Atgah Khan mengumumkan mereka akan menjalani tiga rangkaian pertandingan. Pertandingan pertama akan dimulai dengan membidik masing-masing papan sasaran dalam satu kali kesempatan. Kesempatan pertama diberikan pada Ratu Jodha . Jodha bersiap-siap, Jalal berkata “ Aku mendoakanmu Ratu Jodha.” Jodha hanya melirik Kaisar dan mulai mengangkat busurnya. Dengan sekali hentakan panah Jodha melesat ke papan sasaran dan tepat mengenai bulatan di tengahnya, penonton bersorak sorai dan mengelu-elukan namanya “Hidup Jodha Begum,,,Zindabad, zindabad.” Jodha kembali melirik Jalal dan tersenyum puas. Kini tiba giliran Jalal, ia pun bersiap dengan busurnya, sambil mengarahkan panahnya ke sasaran ia kembali menoleh ke arah jodha dan tak melepaskan pandangannya ketika anak panahnya melesat ke papan sasaran.” Penoton terperangah dan takjub, panah Raja Jalal tepat membelah anak panah yang diluncurkan Jodha pertama kali, dan yang membuat penonton tambah kagum, Kaisar melepaskan anak panahnya tanpa melepaskan pandangannya dari Ratu Jodha. Jodha hampir tak berkedip memandang Kaisar, benarkah yang kusaksikan ini, dari mana dia belajar memanah, bahkan lebih hebat dari seorang Rajput. Jalal berkata “apakah aku berhasil memanah hatimu Ratu Jodha ?” Jodha terperangah tapi ia cepat menguasai dirinya dan beringsut dengan kesal. Ada yang membuat hatinya sedikit bergetar dengan tatapan Kaisar. Pertandingan kedua adalah memanah dengan objek yang bergerak dan Jodha berhasil memanah 5 buah apel, tapi Jalal lebih hebat lagi dengan memanah kelima apel yang di panah Ratu Jodha sehingga sekarang pada satu apel terdapat 2 anak panah. Penonton kembali bersorak sorai dan memuji Rajanya. Tibalah pada pertandingan terakhir kali ini Raja Jalal yang memulai terlebih dahulu, targetnnya adalah sebuah apel yang diletakan di atas kepala salah seorang prajurit, mereka harus tepat disasaran, kalau tak ingin mengenai prajurit yang berdiri ketakutan. Dan Jalal berhasil mengenai apelnya, penoton pun kembali bersorak. Giliran Ratu Jodha , ia mulai bersiap dengan panahnya ketika Jalal mendekat dan berbisik “ Aku mencintaimu Ratu Jodha, kini giliranmu mengakuinya di depan semua orang” Jalal merusak konsentrasi Jodha, tapi anak panahnya sudah dilepaskan, dan melesat hanya menyenggol apel tadi hingga terjatuh. Jodha sangat kesal dan marah pada Jalal, dengan sengit tapi setengah berbisik ia pun berkata “ Kau curang shahenshah, tindakanmu bukan tindakan seorang ksatria” Jalal tertawa kegirangan “siapa suruh kau tidak berkonsentrasi Ratu Jodha, seorang Ksatria harus bisa menguasai emosinya dalam segala situasi dan kondisi, aku hanya mengujimu saja,,,Hahaha, Ayolah Ratu Jodha sekarang giliranmu mengakui perasaanmu padaku.” Dengan sengit Jodha berkata “ Kau curang,,,,curang,,,curaaang.” Jalal mendekati Jodha dan berbisik di telinganya “Apapun caranya, seorang Raja harus memenangkan perang, sekarang terimalah kekalahanmu, dan bertindaklah sebagai seorang Ksatria.” Jodha menyerahkan Busurnya pada Jalal dan bersiap-siap pergi dari sana, tapi kakinya tersandung karena terburu-buru, beruntung jalal cepat menangkap tubuhnya dan memegang tangannya sambil berkata “ itu bukan tindakan seorang Ksatria Ratu Jodha.” Setengah kesal Jodha berkata “Baiklah , Shahenshah permintaanmu adalah perintah.” Jodha maju ke depan arena dan menenangkan rakyatnya yang sedari tadi bergemuruh membicarakan mereka. “ Aku bahagia , ternyata suamiku bisa melebihi harapanku, dan dengan ini aku mengakui, dari dasar hatiku yang paling dalam,,,” Jodha berhenti sejenak dan memandang Kaisar “ Aku mengaggumi mu, Shahenshah.” Rakyat senang dan mulai bersorak-sorai, “Hidup Raja Jalal,,,,,Zindabad, zindabad.” Hamida dan Salimah juga tersenyum senang . Jalal terpaku di tempatnya, bukan kata-kata itu yang ingin di dengarnya, Ratu Jodha telah mengerjainya. Dengan wajah kesal Jalal kembali memandang Jodha, ia sudah akan menangkap tangan Jodha, tapi Jodha dengan cepat berlalu sambil menutup senyumannya dengan selendangnya, dan pergi meninggalkan Jalal yang terbengong-bengong. Awas kau Ratu Jodha, Jalal berkata dalam hati dan tersenyum senang, dia berhasil menggodaku lagi. Setelah beramah tamah dengan semua orang , Jalal dengan tergesa-gesa menyusul Ratu Jodha ke kamarnya.

Jodha menenangkan hatinya yang bergemuruh antara senang dan kesal. Senang karena ternyata Jalal adalah Ksatria yang luar biasa, ia tak pernah menyangka Jalal juga bisa memanah dengan hebat seperti seorang Rajput. Sebelum hatinya benar-benar tenang, Jalal sudah ada di kamarnya tanpa pengumuman dari prajurit yang ada di depan. “Kau adalah orang yang paling curang yang pernah kukenal Ratu Jodha, kau tidak menepati janjimu, aku berharap kau benar-benar mengakui perasaanmu di depan semua orang.” Dengan tenang Jodha berkata “ Bukankah aku sudah mengakuinya, Shahenshah. Memangnya perasaan seperti apa yang kau harapkan?” Jodha tersenyum senang. Kena kau kali ini shahenshah, hati Jodha tertawa keras. Jalal berdiri dengan bingung di tempatnya, dia berhasil menjebakku. Melihat itu Jodha semakin ingin menjahilinya, “Katakan padaku, apa yang akan kau lakukan jika ternyata kau yang kalah, apakah aku akan mengakui yang kau katakana padaku tadi di depan semua orang ?” Tantang Jodha lagi, sesaat Jodha teringat kembali kata-kata Kaisar di lapangan tadi, hatinya sedikit bergetar. Jalal dengan menyeringai berkata “Tentu saja tidak, tapi aku akan langsung menciummu di depan semua orang, walau tanpa seijinmu.” Pipi Jodha merona, ia menutupi kegembiraannya dengan kembali menggoda “oh ya ? benarkah kau akan melakukannya juga ?” “Tentu saja, dan aku akan melakukannya sekarang juga.” Jalal maju beberapa langkah. Jodha tersadar dan mundur menjauhi Jalal ia menjadi sangat ketakutan dan menyesali perkataannya, kenapa aku menantangnya tadi,,,ahh bodohnya aku, membangunkan Macan yang sedang tidur. Dengan cepat Jalal meraih tubuh Jodha dan mendekatkan wajahnya. Hay kanha dia mulai lagi dengan kegilaannya tolonglah aku, jerit Jodha dalam hati. Jalal sudah mendongakan wajah jodha kearahnya, sebelum Jodha benar-benar tersadar , Jalal sudah menciumnya di pipi. Dan itu adalah ciuman pertamanya yang membuatnya sangat gugup dan gemetar. Jalal menyadarinya dan tertawa menang. Jalal menghentikan tawanya dan melihat wajah Jodha yang ketakutan. Jodha berfikir Kaisar tadi akan mencium bibirnya. (penonton kecewa,,,hehehe). Sebenarnya Jalal juga gugup karenanya ia hanya mencium pipi Jodha dan menutupi kegugupannya dengan berkata “ Jadi kau sudah memaafkan aku Ratu Jodha? Karena kalau belum aku akan menciummu lagi.” Jalal sudah akan memajukan lagi wajahnya, tapi dengan cepat Jodha berkata “ Baiklah,,,,Baiklah kau menang, walaupun kau curang, aku memaafkanmu.” Jodha menjauhkan tubuhnya dari Kaisar sebelum ia melakukan tindakan yang nekat lagi. “Katakanlah dengan tulus Ratu Jodha, kalau tidak , kita dapat mengulangi lagi pertandingannya, dan kali ini aku akan membuatmu benar-benar bertekuk lutut.” Dengan cepat Jodha menjawab “ Kita dapat melakukannya lain kali , Shahenshah, karena aku Rajvanshi dan aku tidak mudah menyerah, sekarang izinkan aku beristirahat hari ini, kalau tidak aku akan pingsan lagi karena perbuatanmu.” Jalal tersenyum senang dan memandang takjub ke arah Jodha, tidak mudah memenangkan hatimu Ratu Jodha, tapi aku akan berusaha, sekarang aku punya tujuan untuk menaklukan hatimu. Ia pun melangkah dengan senang dari kamar Ratu Jodha. “Sampai Jumpa lagi, Ratu Jodha.” Jodha memandang kepergian Jalal dengan hati tak menentu. THE END.