Sukma yang Tertawan

Sukma yang tertawan. Apa jadinya jika sukma seseorang tertawan, lalu orang itu meninggal? Yang Jelas, roh orang itu akan gentayangan. Ini real story. Kisah nyata. tentang betapa pentingnya sukma bagi seorang manusia. Karena sukma adalah identitas.

Beberapa waktu lalu ada kejadian seru di rumah terapi ibu Ningsih Tinampi. Jika Anda sering menonton video terapinya Bu Ningsih Tinampi, Anda pasti kenal dengan seorang wanita muda bernama Ulfa. Dia berasal dari Bangkalan Madura. Mbak Ulfa Pasien lama. Kalau tidak salah, mbak Ulfa ini jadi pasien sejak tahun 2019, sebelum covid. Saya sedikit banyak mengikuti proses teraminya meski tidak secara intensif.



Setahu saya dulu, mbak Ulfa ini menderita sakit yang cukup parah dan tidak sembuh-sembuh meski sudah berobat ke mana-mana. Hingga akhirnya dia berobat pada bu Ningsih Tinampi.

Setiap datang ke rumah terapi, pasti kesurupan. Yang membuat kesurupan adalah sukma dukun santet yang oleh Bu Ningsih di ikat dalam tubuh mbak Ulfa sehingga tidak bisa keluar.

Kenapa sampai di ikat? Agar dukun ini tidak menyantet mbak Ulfa lagi. Ataupun kalau masih mampu menyantet maka santet yang dikirimnya tidak bekerja maksimal.

Dukun itu sangat jahat. Karena selain menyakiti, niatnya adalah untuk menjadikan mbak Ulfa tumbal. Untuk itu bu Ningsih Tinampi terus menerus mengulur waktu hingga jatuh tempo waktu penumbalan.

Berkat keseriusan bu Ningsih membantu mbak Ulfa, jatuh temponya meleset. Karena meleset, entitas yang membuat perjanjian dengan dukun marah. Akhirnya sang dukun sendiri yang termakan oleh perjanjian itu dan meninggal.

Meninggalnya dalam kondisi sukmanya masih terikat dalam tubuh mbak Ulfa. Sukma dukun itu sengaja masih di tawan oleh bu Ningsih Tinampi dan tidak dilepaskan.

Karena tidak bisa melepaskan diri, akhirnya sukma dukun itu mengajak mbak Ulfa datang ke Bu Ningsih. Sampai disana, mabka Ulfa langsung kesurupan oleh sukma sukun yang sudah meninggal yang masih tertawan dalam tubuh mbak Ulfa. Sukma dukun itu hanya ingin satu hal. Minya bu Ningsih Tinampi membebaskan dirinya. Agar dia bisa melanjutkan perjalanan sesudah matinya. (MayZulaikha)