Sinopsis Ashoka Samrat episode 264 by Kusuma Rasmana

Sinopsis Ashoka Samrat episode 264 by Kusuma Rasmana. Di biara Wiswawidyalaya, Ashoka dan para pendukungnya membahas tentang rencana penyergapan kepada Dhananjaya si Penagih Pajak saat menuju sebuah kota didekap pegunungan. Acharya Dewaratha menyebut tentang dua jalan yang mungkin dipakai untuk mencapai kota itu, sambil mereka bersama memperhatikan denah sebuah kota. Kaurwaki yang baru datang memberi saran agar mengambil rute yag melewati hutan. “Dhananjaya akan ditemani para pengawal pada rute utama ini. Hutan yang ada disana akan memudahkan untuk meloloskan diri. Kita semua dapat bersembunyi di tempat itu. Penduduk kota yang dituju adalah para pembangkang yang selalu melawan Kichaka, itu akan membantu kita”, kata Kaurwaki menjelaskan. Yang lain yang heran bagaimana Kaurwaki dia bisa tahu hal itu. “Bagaimana bisa kau tahu semua itu?”, tanya Ashoka.
Kaurwaki yag teringat percakapan Kichaka dan Amadya, berusaha tidak menanggapi pertanyaan itu. Melihat itu Dewaratha berusaha mengamati mimik Kaurwaki, namun Kaurwaki berusaha tenang dan minta mereka semua percaya kepadanya. Akhirnya Ashoka mengambil kesimpulan hasil keputusan pertemuan itu bahwa mereka akan mengambil rute yang melalui hutan.
“Kita akan menyerang Dhananjaya segera saat kita bisa melihatnya”, kata Ashoka. Mereka pun mengepalkan tangan sambil bersorak “Jay Janani!” (Jayalan ibu pertiwi) dalam bentuk nyanyian yel-yel penggugah semangat.

Sementara itu di istana Maghada di Pattaliputra, Raja Bindushara sedang berbincang dengan Ratu Dharma mengenai persiapan Dharma pergi berziarah (tirthayatra).
“Aku tidak ingin ditemani para prajurit, Yang Mulia”, kata Dharma. “Baiklah, aku akan minta beberapa orang yang akan menemanimu selama perjalanan. Orang-orang itu tidak terikat lagi dengan tanggungjawab terhadap keluarganya. Aku akan mengaturnya untuk keberangkatanmu malam ini”, kata Raja Bindushara, lalu meninggalkan Dharma.
Sepeninggal raja, Kasturi, kepala pelayan Dharma datang ke kamar itu dan menyatakan semua persiapan yang diminta ratu sudah tersedia, Dharma pun sangat berterima kasih kepadanya.
“Kau telah banyak membantuku dalam segala hal. Mohon laporkan kepada Samrat bila kau sudah menemukan petunjuk tentang kematian Acharya Canakya, selama ketidak hadiranku di istana ini”.
Kasturi pun mengangguk menyanggupi perintah itu.

Sementara itu di istana Taksashila, Kichaka yang ditemani Amadya Rakhshasa menunggu perkembangan langkah yang disusun untuk menjebak Ashoka dan pendukungnya.
Kichaka yang ragu bertanya, “Bagaimana kau bisa berasumsi Kaurwaki dapat membodohi kita?”.
Amadya menjawab, “Orang yang baik punya kebiasaan berani mengorbankan dirinya, dan bukan mengorbankan orang lain. Kaurwaki tidak akan sanggup melihat orang tak berdosa mati didepan matanya. Itulah sebabnya aku sangat menekankan apa yang aku curigai itu. Aku tahu dia akan mulai mengubah pendiriannya dan akan membantu Ashoka. Aku hanya ingin melihat reaksinya. Itulah alasan aku sengaja menyebut tentang para pemberontak yang tinggal di kota itu, karenanya dia pasti akan menyampaikannya kepada Ashoka”.
Kichaka tersenyum sumringah mendengar penjelasan Amadya.

Di biara Wiswawidyalaya, Ashoka tersenyum memperhatikan para pendukungnya yang sedang berpamitan kepada keluarga masing-masing, dengan melaksanakan ritual tilak. Acharya Dewaratha mengingatkan dia agar dia kembali hidup-hidup untuk menyelesaikan tujuannya.
“Kau harus tetap hidup untuk menghancurkan Kichaka”, katanya sambil memberikan restu kepada Ashoka.
Kaurwaki yang datang dengan nampan ritual, memberikan aarti kepada Ashoka. Melihat itu Ashoka berjanji bahwa Kaurwaki segera akan bisa memberikan tilak aarti kepada ayahnya, begitu rencana ini selesai.
Sementara Kaurwaki dalam hati meminta maaf kepada ayahnya karena harus melakukan hal yang menurut perasaannya tidak baik.
“Aku tiba bisa menjadi orang egois”, bathin Kaurwaki.
Sambil bersorak Jay Janani (Hidup Ibu Pertiwi), Ashoka dan beberapa pendukungnya pun mulai berangkat mengambil rute hutan menuju sebuah kota yang telah ditentukan untuk menyergap Dhananjaya dan komplotannya.

Di istana Takhsashila, Kichaka dan Amadya masih berbincang tentang Kaurwaki yang mungkin merasa bisa membodohi mereka.
Dengan sumringah dia berujar, “wajah Kaurwaki mungkin akan bagus kita lihat saat dia mengerti akan kebodohannya itu. Ketika dia menyadari telah mengakhiri segala kemauannya dengan menipu Kichaka”.
Amadya hanya tersenyum mendengar kata-kata Kichaka. Pada saat yang sama, Ashoka dan rombongannya sudah memasuki sebuah kota yang ternyata sudah kosong sepi tanpa penghuni. Dia memerintahkan para pendukungnya untuk menyebar dengan tetap dengan kesiagaan penuh.

Kichaka melanjutkan kata-katanya, “Ashoka akan menyadari kesalahannya dengan percaya kepada Kaurwaki, dia begitu angkuh dan arrogan merasa bisa lolos dari semua kesulitan. Sekarang dia akan tahu bahwa dia telah menentukan hari kematian bagi diri dan orang-orangnya”. Amadya menanggapi Kichaka, “Akan sangat terlambat bagi Ashoka bahwa ia telah masuk perangkap”.
Sementara itu Ashoka dan para pendukungnya akhirnya tahu ternyata kota yang diselidiki itu kota mati yang kosong, dikelilingi tanah gersang dan tandus.
Ashoka yang merasa ada yang tidak beres segera memerintahkan para pendukungnya agar segera meninggalkan kota mati itu secepatnya. Namun saat baru melangkah, mereka mendengar derap kaki kuda menuju arah mereka dengan cepat. Merasa mendapat bahaya, salah seorang pendukungnya melemparkan tombak ke arah penunggang kuda. Si penunggang kuda pun jatuh dari kudanya dan tewas.
Ashoka yang melihat ciri-ciri penunggang kuda yang tertembus tombak itu mengenali bahwa itu bukan Dhananjaya melainkan orang lain. Ashoka memberitahu pendukungnya bahwa ini pasti perangkap, semua pendukungnya kaget mendengarnya. Namun kekagetan mereka bertambah seketika muncul puluhan prajurit mengurung mereka dari segala arah. Dari sebuah arah muncul Dhananjaya, si Penagih Pajak, mentertawakan Ashoka dan pendukungnya yang terkurung.

“Orang-orang ini yang ingin membunuhku?”, ejek Dhananjaya.
“Aku tidak menyangka kau bisa sebodoh ini!”, kata Dhananjaya menyeringai, “Aku hanya heran ayahmu bisa mengirimmu ke Takhsashila”.
Ashoka berteriak menantang Dhananjaya untuk bertarung, namun si Penagih pajak yang pengecut ini tidak mau menanggapi, “Prajuritku cukup untuk membantai kalian semua”.
Terjadilah pertarungan Ashoka bersama pendukungnya melawan para prajurit Takhsashila suruhan Dhananjaya. Dhananjaya merasa ngeri dan runtuh nyalinya saat menyadari prajuritnya satu persatu mati di tangan Ashoka dan pendukungnya. Si kecil Arjuna mendapat kesempatan menyerang Dhananjaya dari belakang, namun dua orang prajurit menghalanginya. Dhananjaya merampas belatinya dan menyabetkan ke leher Arjuna. “Aku benci kawanan tikus”, teriak Dhananjaya menyeringai. Ashoka yang sempat melihat berteriak marah, “Arjunaaaa!” tapi Dhananjaya hanya tertawa mengejek Ashoka. Ashoka yang marah mengamuk menghadapi prajurit, dia menyambar tombak dan melemparkannya ke arah Dhananjaya, namun Dhananjaya selamat oleh dua tameng prajurit pengawalnya itu. Ashoka berusaha mendekati Dhananjaya sambil mengamuk menyabetkan pedangnya melawan prajurit yang menghalanginya.

Masih di istana Takhsashila, didepan Kichaka, Amadya berkata,”Semua orang percaya tujuan Kaurwaki, begitu mereka tahu tipuan Kaurwaki, kepercayaan orang-orang akan terguncang. Aku akan menghancurkan Ashoka, ini akan menjadi kemenanganku atas Chanakya”.
Amadya kaget, demikian juga Kichaka karena seperti mendengar suara gemerincing gelang kaki perempuan, namun tidak ada siapa pun yang datang ke sana.
Di biara Wiswawidyalaya, para perempuan dan Kaurwaki sedang berdoa didepan Lingga Shiwa demi keselamatan Ashoka dan para pendukungnya. Kaurwaki berdoa sambil memikirkan Kichaka akan tahu pengkhianatannya, bila mengetahui Ashoka dan pendukungnya memilih rute yang terpendek dan mudah melewati hutan.
“Dia pasti akan menghukum ayah, mungkinkah ada cara untuk melindungi ayah?”, bathinnya dalam hati. Kaurwaki membuka matanya, melihat para perempuan tengah khusuk berdoa dengan mata terpejam, dia segera pergi meninggalkan tempat itu.

Di tengah bukit gersang dekat mulut sebuah gua rahasia, diluar biara Wiswawidyalaya, Bhami, istri Kichaka diam-diam menemui Acharya Dewaratha dan menginformasikan bahwa Kichaka dan Amadya telah memamfaatkan Kaurwaki untuk menjebak Ashoka di suatu tempat. “Selamatkan Ashoka sebelum terlambat”, katanya.
Pembicaraan itu diam-diam diketahui oleh Kaurwaki, yang sembunyi dibalik sebuah batu.
“Itu berarti, Amadya tahu bahwa aku telah menguping pembicaraannya. Aku telah melakukan apa yang seharusnya tidak aku lakukan, sekarang pasti Ashoka sedang dalam kesulitan besar”, bathin Kaurwaki.
Sementara itu Ashoka dan para pendukungnya masih bertarung melawan prajurit suruhan Dhananjaya. Beberapa pendukung terkapar dan tewas ditangan para prajurit Taksashila, demikian juga para prajurit suruhan Dhananjaya sebagian besar tewas dalam bentrokan berdarah itu. Ashoka sangat sedih dan marah melihat kenyataan orang-orang tidak bersalah harus mati.    Sinopsis Ashoka Samrat episode 265