Sinopsis Ashoka Samrat episode 160 by Sally Diandra. Masih di ruang sidang kerajaan Magadha, ketika Bindusara hendak memberikan hukuman untuk Khurasan, tiba tiba Dharma menghentikannya “Samrat, aku ingin mengatakan sesuatu, apakah boleh ?” pinta Dharma tulus “Ya, tentu saja boleh !”, “Aku mohon, tidak ada hukuman mati lagi” ucapan Dharma membuat semua orang tertegun terutama Bindusara “Aku telah memberikan hukuman mati untuk anak kandungku dengan tanganku sendiri karena dia seorang pengkhianat !” sela Helena kesal “Dengan hukuman mati, hanya penjahatnya saja yang mati tapi bukan kejahatannya dan jika hal ini dilakukan setelah kematian pangeran Justin maka panglima Khurasan tidak akan melakukan hal ini, Samrat” jelas Dharma “Hukuman itu sangat penting untuk seorang penjahat dan seorang pengkhianat besar, Dewi Dharma” sela Chanakya “Jika kita tidak bisa memberikan kehidupan pada seseorang maka kita tidak mempunyai hak untuk mengakhiri hidupnya” jelas Dharma lagi “Aku setuju dengannya tapi kita tidak bisa membiarkan begitu saja seorang pengkhianat dari keluarga kerajaan, panglima Khurasan akan diberikan hukuman dan dia akan tinggal di dalam penjara maka dia akan mengingat kalau Rani Dharma telah menyelamatkan hidupnya dan salah satu matanya akan di congkel, dengan begitu dia tidak akan pernah lupa bahwa dia menderita kebutaan karena cintanya yang berlebihan pada putrinya dan melakukan kejahatan yang kejam, bawa dia pergi !” perintah Bindusara lantang, Noor dan Siamak terlihat cemas dan tegang, sementara Charumitra merasa iri dengan perhatian Bindusara ke Dharma, sedangkan Helena juga merasa kesal, tak lama kemudian Khurasan dibawa pergi oleh Aakramak dan para prajuritnya dari ruang sidang
“Aku rasa sidang cukup sampai disini saja !” ujar Bindusara dan ketika mereka hendak meninggalkan singgasana Bindusara, tiba tiba suara Helena menghentikan mereka “Tunggu !” semua orang menoleh kearah Helena “Samrat, aku ingin menyambut dan mengucapkan selamat datang untuk menantu dan cucuku” ujar Helena penuh dengan kepura puran “Ibu, kamu memang luar biasa” puji Bindusara tulus, Helena segera menghampiri Dharma dan Ashoka, salah satu pelayannya memberikan nampan aarti ke Helena, kemudian Helena memberikan tilak di kening Dharma dan melakukan aarti untuknya, Dharma tersenyum sambil menyentuh kaki Helena “Aku berharap kerajaan Magadha akan semakin sejahtera dengan semua pemikiran pemikiranmu, Rani Dharma” ujar Helena, Noor dan Charumitra merasa heran dan iri dengan perlakukan Helena ke Dharma, sementara Radhagupta yang berada dibawah juga merasa heran dengan apa yang dilakukan oleh Helena “Chanakya, perempuan yang selama ini berada dibelakang mereka dan ingin mencelakai mereka sampai kemarin, kali ini malah melakukan aarti untuk mereka berdua” bisik Radhagupta “Aku tahu, memang sangat sulit untuk membuka kedok Dewi Helena” bisik Chanakya sambil memperhatikan Helena yang saat ini menghampiri Ashoka, Bindusara merasa senang melihat perlakukan ibunya pada istri dan anaknya ini, sementara Sushima merasa iri dengan apa yang dilihatnya, Helena kemudian melakukan aarti untuk Ashoka, Ashoka menyentuh kakinya sambil tersenyum, Helena pun membalas senyuman Ashoka dengan senyum yang penuh kepura puraan
“Sebelum aku memberikan restuku, aku ingin mengakui sesuatu, terus terang aku tidak pernah menyukai Ashoka, dulu pada suatu waktu kita pernah meragukan Chanakya, saat itu aku pernah meminta pada Samrat Bindusara untuk hati hati dengan Ashoka karena aku tidak percaya dengan Chanakya pada waktu itu, aku fikir Chanakya sedang membuat sebuah rencana untuk membuat seorang anak yang biasa menjadi seorang Samrat !” Helena kemudian mengatupkan kedua tangannya di depan dahinya sambil menunduk seraya berkata “Chanakya, aku meminta maaf karena aku tidak mempercayai kamu karena dulu sebelumnya kamu juga pernah membuat seorang anak yang biasa yang bernama Chandragupta Maurya menjadi seorang Samrat, aku pernah mendiskusikan hal ini dengan kamu tapi kamu tidak menceritakan yang sebenarnya padaku tentang siapa sebenarnya Ashoka” ujar Helena sambil tertunduk “Dewi Helena, apapun yang kamu lakukan pada saat itu adalah untuk favor anakmu dan apa yang aku lakukan adalah untuk Magadhaku !” sela Chanakya “Sebenarnya kamu tidak perlu melakukan hal itu, Rajmata Helena” timpal Ashoka “Seseorang yang memang ditakdirkan menjadi Samrat dari dulu tidak memerlukan tahta apapun untuk disebut sebagai Samrat, aku adalah Samrat Vanraj dari dulu dan masih akan diingat sebagai Samrat Vanraj, apapun yang aku lakukan adalah untuk memberikan kehormatan untuk ibuku dan menyatukan kedua orang tuaku, tahta kerajaan tidak akan pernah menjadi tujuanku, tahta itu diperlukan untuk melayani bangsa kita dan aku hanya ingin membantu ayahku dan menolong saudara saudaraku, aku ingin melayani kerajaan Magadha, aku ingin membuat bangsaku damai” ujar Ashoka panjang lebar, Bindusara dan Dharma tersenyum senang mendengarnya
“Mengapa kita semua khawatir tentang putra mahkota yang akan menduduki tahta kerajaan mulai dari sekarang ? Ketika saatnya tiba, aku akan mengumumkan siapa putra mahkotaku” ujar Bindusara “Samrat, kalau begitu aku ingin menghabiskan waktuku dengan cucuku jadi aku akan membawanya jalan jalan” kemudian Helena meminta Subhrasi untuk mendadani Dharma dengan dandanan seorang Ratu, tak lama kemudian Helena membawa Ashoka dan Subhrasi membawa Dharma, mereka berempat keluar dan berlalu dari ruang sidang itu.
Helena mengajak Ashoka menyusuri koridor, semua prajurit yang sedang berjaga menundukkan kepalanya memberikan hormat pada Ashoka, disepanjang perjalanan Helena teringat ketika Ashoka selalu menggagalkan semua rencananya, ketika Ashoka membantu keluar semua keluarga kerajaan dari istana yang terbakar, kemudian ketika Ashoka berhasil menangkap Vrahmir, juga ketika Ashoka berhasil menyatukan keluarganya, sambil berjalan Helena menahan marah sambil melirik kearah belakang melihat Ashoka melalui ujung ekor matanya dengan tatapan sinis, sementara Ashoka mengembangkan senyumnya sambil membalas para prajurit yang menghormatinya, hingga akhirnya mereka sampai di sebuah kamar kerajaan yang sangat indah, Helena menatap kamar itu dengan perasaan sedih, Ashoka tertegun melihat keindahan dan kemewahan kamar itu “Rajmata Helena, siapa yang memiliki kamar ini ?”, “Kamar ini dulunya kamar Justin tapi sekarang aku ingin kamu yang menempatinya” Ashoka tersenyum senang begitu mendengar ucapan Helena “Rajmata Helena, aku benar benar tidak tahu kalau kamu ternyata sangat menyayangi aku” Helena tersenyum penuh dengan kepura puraan “Kamu akan melihatnya lebih banyak lagi, Ashoka” Ashoka segera memeluknya dengan perasaaan senang, sementara Helena merasa terpaksa berbuat baik untuk Ashoka, Helena pura pura senang padahal dalam hatinya sangat kesal dan marah dengan Ashoka
Di kamar Subhrasi, Subhrasi merasa marah pada pelayannya karena dia telah menghilangkan barangnya, saat itu pelayan Subhrasi sedang membongkar bongkar dupatta milik Subhrasi “Aku seharusnya lebih berhati hati , aku seharusnya tidak mempercayai siapapun !” tepat pada saat itu Dharma menemuinya dengan pakaian seorang Ratu dan menanyakan tempat suatu benda, Subhrasi segera menyuruh pelayannya berhenti, tiba tiba dupatta yang dipegangnya jatuh, Dharma mencoba untuk mengambil dupatta itu tapi Subhrasi mencegahnya “Jangan, biarkan saja ! Aku harus mulai menyesuaikan diri dengan keadaan seperti ini” ujar Subhrasi sambil mengambil dupatta itu dan segera menghampiri Dharma “Rani Subhrasi, aku tahu kalau kamu pasti kesal denganku” Dharma mulai membuka pembicaraan “Dulu aku pernah bertanya padamu, apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu, kamu bisa membicarakannya dengan aku tapi kamu tidak melakukannya, Rani Dharma” ujar Subhrasi kesal “Sebenarnya aku ingin menceritakan segalanya ke kamu tapi situasinya sedang kacau saat itu, jika kamu berada didalam posisiku dan jika nyawa pangeran Drupata dalam bahaya maka kamu pasti akan melakukan hal yang sama seperti yang aku lakukan” jelas Dharma “Ini bukan tentang kejujuran tapi aku ini seorang manusia, aku tidak bisa memikirkan hal ini dengan tenang, aku tidak bisa menerima semuanya dengan secara tiba tiba begitu saja berubah, aku memang bukan istri pertama Samrat Bindusara tapi aku selalu membagi cintanya dengan kedua istrinya yang lain dan aku akan melakukan hal yang sama sekarang tapi aku perlu waktu untuk menerima semua ini” ujar Subhrasi dengan linangan airmata “Aku tahu, kamu adalah wanita yang sangat baik, jangan khawatir meskipun Ashoka akan menjadi seorang pangeran, dia tidak akan merenggut apapun dari saudara sudaranya, aku telah mengajarkan padanya tentang harga diri” ujar Dharma “Kamu telah hidup dengan semua kesulitan kehidupanmu selama 14 tahun, saat ini saatnya untuk kamu bahagia, Samrat Bindusara telah menunggumu sejak lama, ayolah temui dia” ujar Subhrasi sambil menyeka airmatanya kemudian memberikan dupatta merah mudanya untuk Dharma dan mengajak Dharma untuk melihatnya di cermin riasnya, mereka berdua saling tersenyum senang satu sama lain
Tak lama kemudian, Bindusara menemui mereka berdua, Bindusara merasa kagum melihat kecantikan Dharma “Sungguh sangat menakjubkan, kamu memang sangat cantik, dulu ketika aku melihatmu 14 tahun yang lalu, kamu itu sama cantiknya seperti sekarang” Dharma tersipu malu sementara Subhrasi merasa cemburu dengan perhatian Bindusara “Rani Subhrasi, terima kasih kamu telah membantu Rani Dharma berdandan secantik ini” Subhrasi tidak suka dengan perhatian Bindusara yang secara terang terangan ditunjukkan didepannya untuk Dharma, Bindusara mendekati Dharma dan mengulurkan tangannya kearah Dharma, Dharma tersipu malu dan menyambut uluran tangan Bindusara kemudian mereka berdua saling berpegangan tangan tepat didepan Subhrasi, Subhrasi merasa jengah melihat semua ini, kemudian Bindusara segera mengajak Dharma keluar dari kamar Subhrasi, Subhrasi benar benar merasa cemburu melihat kemesraan mereka berdua.
Sementara itu di kamar Helena, saat itu Nicator, ayah Helena ada disana “Helena, apakah kamu lupa kalau Ashoka itu adalah salah satu alasan dibalik kematian Justin dan kamu dengan sengaja memberikannya kamar almarhum Justin ? Aku tidak pernah berfikir kalau kamu akan seperti bunglon, apakah kamu telah menerima kekalahanmu dari Chanakya ? Bukankah kamu ingin menjadikan Siamak menjadi seorang Samrat saat ini ?” Nicator nampak kesal dengan apa yang telah diperbuat oleh Helena, Helena segera menghampiri ayahnya itu “Ini adalah tujuan dalam hidupku untuk menjadikan Siamak menjadi seorang Samrat, Chanakya telah memainkan sebuah permainan yang sangat pintar tapi aku akan mengalahkannya” ujar Helena tenang “Aku yakin Chanakya pasti akan berusaha menunjukkan ke Bindusara seberapa besar miripnya Ashoka seperti dirinya tapi aku akan menunjukkan ke Bindusara seberapa besar tidak miripnya Ashoka dengan dirinya, seberapa besar dia sangat berbeda dengan sifat sifat Bindusara” ujar Helena dengan senyum sinisnya “Ashoka yang telah menyatukan kedua orangtuanya itu akan menjadi alasan dari perpisahan mereka juga dan tentang Siamak, aku yakin Rani Noor tidak akan membiarkan pengorbanan cintanya menjadi sia sia, aku ingin ayah meninggalkan istana ini karena Chanakya bisa saja menjebakmu, ketika tiba waktunya, kami pasti akan meminta bantuan ayah dari luar” Nicator mengangguk menyetujui saran putrinya.. Sinopsis Ashoka Samrat episode 161 by Sally Diandra