Sinopsis Ashoka Samrat episode 152 by Sally Diandra

Sinopsis Ashoka Samrat episode 152 by Sally Diandra.  Di kerajaan Magadha, Bindusara saat itu masih menikmati makan siang bersama kedua istrinya di ruang makan, namun saat itu hanya Noor yang duduk di meja makan bersama Bindusara sementara Charumitra hanya berdiri disana “Para istriku harus berkompetisi untuk memberikan aku hadiah yang terbaik, kita akan lihat siapa yang akan menang kali ini” Noor dan Charumitra merasa semakin tertantang untuk menarik perhatian Bindusara dengan hadiah yang akan mereka berikan. Tak lama kemudian mereka keluar dari ruang makan dan mulai menyusuri koridor, tepat pada saat itu Ashoka sudah menunggu Bindusara di ujung koridor. Ashoka mengucapkan selamat ulang tahun pada ayahnya ini “Terima kasih, temanku !” ujar Bindusara senang “Samrat, aku ini memang teman yang tidak baik karena aku tidak bisa memberikan kamu hadiah apapun tapi aku ingin bertanya sesuatu padamu”, “Katakan saja, Ashoka !” ujar Bindusara lantang “Aku membutuhkan restumu untuk tidak mengecewakanmu” pinta Ashoka “Aku tidak bisa meresteui kamu, Ashoka karena aku sudah memberikan restuku padamu tadi, aku selalu bersamamu, apapun yang kamu lakukan, kamu akan berhasil ! Aku berdoa apapun jalan yang kamu ambil, ibumu akan bangga padamu” ujar Bindusara sambil mengelus kepala Ashoka kemudian pergi meninggalkan Ashoka sendirian, kedua istri Bindusara, Noor dan Charumitra hanya melirik sekilas ke arah Ashoka kemudian mengekor di belakang Bindusara, Ashoka terharu mendengar kata kata ayahnya

Di kamar Subhrasi, Subhrasi sedang bersiap siap untuk pesta dibantu oleh Dharma “Shevika bagaimana jika Samrat Bindusara tidak menyukai hadiahku ?” ujar Subhrasi cemas “Anda telah bekerja sangat keras untuk membuatnya, saya yakin Samrat Bindusara pasti akan menyukainya” puji Dharma tulus “Jika dia menyukai hadiahku maka aku akan memberikan kamu hadiah karena kamu telah menolong aku banyak sekali” tepat pada saat itu Drupata memasuki kamar ibunya dan berkata “Ibu, saat ini ayah sedang menunggu kita” Subhrasi kemudian menyuruh Dharma untuk tetap di dalam kamar sambil membersihkan kamar Subhrasi, lalu pergi meninggalkan Dharma seorang diri, sepeninggal Subhrasi, Dharma berkata pada dirinya sendiri “Hari ini aku hanya ingin melihat Samrat sekali saja tapi aku kira rasanya itu tidak mungkin” ujar Dharma sedih

Ashoka samrat coverDiruang keluarga, Bindusara tertegun ketika memasuki ruang keluarga karena di depan pintu masuk ada hiasan bungan rangioli di lantai yang dibentuk begitu indah, Subhrasi dan Niharika memberikan ucapan selamat ulang tahun padanya, Bindusara sangat berterima kasih pada mereka berdua “Sekarang giliranku untuk memberikan restuku padamu, Samrat” ujar Helena, Bindusara segera mengampiri ibu tirinya itu dan menyentuh kaki Helena seraya berkata “Restumu selalu aku perlukan, ibu” Helena memberikan restu untuk Bindusara, kemudian Siamak, Drupata dan Sushima mendekat ke ayahnya, mengucapkan selamat ulang tahun, Bindusara memeluk ketiga anaknya ini, Ashoka terharu melihat kebersamaan mereka dari depan pintu. Kemudian Helena memberikan Bindusara sebuah hadiah lukisan gambar dirinya dan anak anaknya lalu berkata “Ini adalah masa depan Magadha, tapi aku minta maaf, Samrat ,,, aku tidak tahu kalau ternyata Maharani Dharma mempunyai anak ketika aku membuat lukisan ini, aku tidak pernah ingin menyakiti perasaanmu, aku minta maaf yang sebesar besarnya” ujar Helena dengan tampangnya yang pura pura sedih, sesaat Bindusara juga hanya terdiam sambil memperhatikan lukisan tersebut, sedangkan Ashoka juga merasa semakin sedih karena tidak bisa dekat dengan ayahnya kandungnya sendiri

“Ibu, jangan memalukan aku dengan mengatakan maaf seperti itu” ujar Bindusara “Samrat, aku tahu kalau kamu sangat menyukai bunga bunga oleh karena itu aku telah membuat parfum beraroma bunga untuk kamu, parfum ini akan selalu bersamamu selamanya” sela Charumitra sambil membuka kain yang menutupi hadiahnya untuk Bindusara berupa 2 botol parfum, Bindusara membauinya “Hmmm ,,, wangi sekali” Charumitra senang melihat suaminya menyukai parfumnya, sementara itu Noor memberikan Bindusara perlengkapan memanah dan berkata “Samrat, kamu juga sangat menyukai berburu, maka perlengkapan memanah ini akan selalu bersamamu sekarang” Bindusara sangat senang mendapat hadiah dari kedua istrinya, Bindusara mengucapkan terima kasih pada Charumitra dan Noor, kemudian Subhrasi memberikan hadiah kain yang berhiaskan perhiasan yang dibuatnya sendiri “Aku tidak tahu kalau kamu bisa membuatnya, Maharani Subhrasi ?” tanya Bindusara kagum sambil mengenakannya di tubuhnya “Sejujurnya Shevikalah yang telah membantu aku membuat perhiasan ini” ujar Subhrasi tulus “Hadiah ibuku ternyata disukai Samrat Bindusara dan dia juga mengenakannya” bathin Ashoka dalam hati, tak lama kemudian Niharika juga memberikan hadiah berupa belati, diikuti oleh Sushima yang memberikan pena tinta yang menggunakan bulu merak dan Siamak juga memberikan hadiah untuk Bindusara berupa buah buahan dan berkata “Ayah, aku tahu kalau ayah sangat menyukai buah buahan ini oleh karena itu aku telah menanamnya dan ini adalah buah pertama yang dihasilkannya dan aku memberikannya padamu “Waaah, ini hadiah yang sangat manis, terima kasih Siamak”, “Bagaimana ayah bisa mengatakan seperti itu ? Ayah kan belum melihat hadiahku” sela Drupata sambil menunjukkan ladu untuk Bindusara “Apakah ini kamu yang membuatnya ?” Drupata segera menggelengkan kepalanya “Tidak, Shevikalah yang membuatnya, aku membantunya tapi aku tidak memakan salah satu dari mereka” ujar Drupata polos, semua orang tersenyum senang melihat tingkah Drupata “Nah ini hadiah yang paling berharga untukku” ujar Bindusara sambil memakan ladu tersebut dan berkata “Yaa ladu ini sangat enak dan gurih” ketika sedang menikmati ladu, Bindusara melihat ada sebuah hadiah lagi yang tertutup kain yang belum dibukanya, Bindusara penasaran kemudian melihatnya dan menyingkirkan kain tersebut dan menemukan sebuah kerajinan tangan dari tanah liat yang menyimbolkan seorang ibu dan anak

Bindusara memperhatikan benda tersebut “Maharani Subhrasi, darimana benda itu datangnya ?’ ujar Helena penasaran “Aku tidak tahu siapa yang membawanya kesini, Rajmata ,,, ketika aku kesini, tidak ada seorangpun disini” ujar Subhrasi bingung “Ashoka, apakah kamu yang membuat benda ini ?” tanya Bindusara penasaran “Tidak, tidak Samrat, bukan aku yang membuatnya” Bindusara langsung menduga kalau hadiah itu dari Dharma, Ashoka senang ketika ayahnya bisa menduga demikian karena Ashoka teringat ketika ibunya membuat kerajinan tangan tersebut, namun tiba tiba Khurasan menghampiri dan berkata “Hadiah ini dari aku, Samrat” Ashoka sangat marah begitu mendengar ucapan Khurasan “Aku yang telah membuatnya” ujar Khurasan sambil melirik kearah Helena, Helena hanya tersenyum “Hebat ! Aku tidak tahu kalau kamu ternyata mempunyai banyak keahlian, bawalah ini semua ke kamarku” ujar Bindusara “Ini adalah tahap terakhir untuk mengakhiri perang ini, inilah saatnya untuk mengembalikan kehormatan ibuku !” bathin Ashoka dalam hati geram, kemudian Ashoka meninggalkan ruangan tersebut, Helena dan Khurasan curiga dengan perilaku Ashoka

Ashoka keluar dari ruangan melewati koridor dengan perasaan marah, sejenak Ashoka berhenti kemudian menghantamkan tangannya ke sebuah pilar dengan perasaan kesal dan marah, tepat pada saat itu Khurasan menghampirinya dan bertanya “Ada apa ? Apa yang terjadi, Ashoka ?”, “Tidak ada apa apa” ujar Ashoka dingin “Apakah kamu ingin mengatakan sesuatu, Ashoka ?” Ashoka menatapnya tajam “Kamu tahu apa yang aku sembunyikan, kamu mendengarkan apa yang aku bicarakan dengan putri Ahenkara, aku katakan padamu jangan ikuti aku terus ! Jika aku ingin menipu kamu maka aku sudah pergi menghadap pada Samrat Bindusara tapi aku tidak melakukannya, meskipun kamu tidak mempercayai aku maka biarkan aku menghadap ke Samrat Bindusara, kamu bisa mengatakan padamu kalau aku telah menipumu, dia pasti akan menghukum aku !” ujar Ashoka kesal sambil hendak pergi namun Khurasan segera mencegahnya “Aku percaya padamu, Ashoka ,,, karena kamu anak yang jujur, aku hanya mengujimu saja, perlu waktu untuk mempercayai seseorang tapi sekarang aku sudah benar benar percaya sama kamu, kalau kamu tahu segalanya tentang Dharma dan anaknya maka katakan padaku” ujar Khurasan “Aku tahu kalau mereka akan melakukan sesuatu pada pesta perayaan ulang tahun Samrat Bindusara tapi mereka akan menghubungi aku karena membutuhkan bantuanku tapi jika kamu terus menerus mengikuti aku maka ,,,” Ashoka tidak menyelesaikan kalimatnya “Baiklah, aku tidak akan mengikuti kamu tapi jika kamu tahu sesuatu maka ,,,” Ashoka langsung memotong ucapan Khurasan “Maka aku akan memberitahukan padamu terlebih dulu” Khurasan menganggukkan kepala dan segera meninggalkan Ashoka

Disebuah gudang perbekalan, Radhagupta sedang menanti kedatangan Ashoka, tak lama kemudian Ashoka menghampiri Radhagupta dan berkta “Aku tahu apa yang Chanakya inginkan tapi aku tidak bisa menggunakan ibuku untuk membuka kedok Khurasan karena itu bisa melibatkan ibuku dalam bahaya, apakah tidak ada cara yang lain ? Aku ingin bicara dengan Chanakya” ujar Ashoka cemas “Chanakya selalu mengkhawatirkan kamu dan ibumu, jika dia mempunyai cara yang lain maka dia pasti akan menyarankannya, jika kamu tidak bisa melakukan hal ini maka ini berarti kamu tidak mempunyai keberanian untuk mendapatkan penghormatan” Radhagupta mencoba meyakinkan Ashoka “Apa yang kamu katakan ? Aku tidak bisa melihat ibuku menderita, dia pantas untuk di hargai, Khurasan sedang menikmati semuanya, dia itu sangat dihormati dan ibuku disebut sebagai penjahat padahal ibuku tidak bersalah !” ujar Ashoka geram “Ashoka, kamu harus percaya pada Chanakya, ketika Khurasan berhadap hadapan dengan Maharani Dharma maka Samrat Bindusara harus ada disana juga” Ashoka heran dengan ucapan Radhagupta “Bagaimana bisa ?”, “Chanakya akan memastikan Samrat Bindusara ada disana”, “Ketika aku sangat membutuhkan Chanakya, dia tidak ada bersamaku” Ashoka merasa sedih “Kamu tidak boleh meragukan gurumu sendiri, Ashoka ,,, jika dia tidak ada disini pasti ada sebuah alasan dibalik semua ini, dia selalu bersamamu setiap saat, kami tahu apa yang kamu lakukan ini tidaklah mudah tapi kadang kamu memang harus berjalan sendirian, jika kamu percaya pada dirimu sendiri maka tidak ada seorangpun yang bisa menghentikan kamu untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan” Ashoka kemudian menyentuh kaki Radhagupta seraya berkata “Restuilah aku untuk membuat apa yang tidak mungkin menjadi mungkin” Radhagupta memberikan restunya, kemudian Ashoka meninggalkan tempat tersebut.. Sinopsis Ashoka Samrat episode 153 by Sally Diandra.

.