Sinopsis Ashoka Samrat episode 151 by Sally Diandra. Di kerajaan Magadha, di ruang sidang ,,, setelah mengatakan bahwa dirinya akan memberikan pengumumman pada semua orang pada hari ulang tahunnya nanti, Bindusara segera meninggalkan ruang sidang, semua orang berdiri sementara semua orang yang hadir disana mulai bertanya tanya dalam hati “Apakah Bindusara telah mengetahui sesuatu tentang Dharma ?” bathin Helena dalam hati “Jika itu mengenai Dharma maka Bindusara tidak akan mengatakan kalau kita akan mendapat bahagia” bathin Niharika juga, begitu pula dengan ratu yang lain yang juga bertanya tanya dalam hati, mereka penasaran pada pengumuman yang akan disampaikan oleh Bindusara nanti “Aku tidak tahu rencana apa yang dimiliki oleh Samrat Bindusara untuk mengetahui kebenaran yang sesungguhnya tapi besok aku menyingkirkan semua tuduhan yang ditujukkan ke ibuku, besok aku akan membawa kenyataan yang sebenarnya tentang Khurasan di hadapan semua orang, aku akan mengembalikan kehormatan ibuku kembali, besok aku akan menyatukan kedua orangtuaku, pada ulang tahun ayah, kehidupan ayah yang baru akan dimulai dimana kami akan bersama sama dengannya, keluarga kami akan lengkap dan setelah itu semua kami akan mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian dalam kehidupan kami bersama” bathin Ashoka dalam hati sambil melirik ke arah Khurasan dengan tatapan tajam dan menahan amarah
Malam harinya, Dharma sedang berada dikamarnya sendiri “Besok adalah ulang tahun Samrat Bindusara, semua orang pasti akan memberikannya hadiah tapi aku ,,, aku sangat dekat dengannya tapi ,,, tapi sekarang dia tahu kalau kami masih hidup dan semuanya telah berubah dalam waktu yang tidak begitu lama, Chanakya telah membawa kami kesini dan menjaga kami, aku telah berusaha lari dari kenyataan yang sebenarnya tapi ternyata aku tidak bisa, pada saat ini aku tahu kalau aku adalah istri Samrat Bindusara dan aku akan memberikan hadiah padanya” saat itu Ashoka menemui ibunya, ibunya sedang membuat hadiah dari tanah liat, Dharma segera menutup hadiah yang dibuatnya untuk Bindusara dengan sebuah kain putih, Dharma tidak ingin Ashoka mengetahuinya, Ashoka segera duduk di samping Dharma dan bertanya “Ibu, ibu sedang membuat apa ?”, “Ini belum selesai, Ashoka” ujar Dharma canggung “Bagaimana jika ibu tidak bisa menyelesaikannya ?” Dharma tertegun “Kenapa kamu berfikiran seperti itu, Ashoka ?” Ashoka tersenyum “Kadang kita tidak bisa membuat apa yang kita inginkan, kita ingin sesuatu terjadi itu menurut keinginan kita tapi ternyata itu tidak terjadi” Dharma tersenyum “Kita seharusnya berusaha untuk mengatur semuanya, Ashoka” Ashoka memandang ibunya dengan perasaan sedih “Bagaimana bisa mengatakan pada ibu kalau aku akan menggunakan dirinya untuk menjebak Khurasan” bathin Ashoka dalam hati “Jika kamu hanya mempunyai satu kesempatan maka kamu harus memutuskan, jika kesempatan itu sangat penting untuk digunakan atau jika kita bisa meninggalkan semuanya atas keinginan kita sendiri” Ashoka hanya terdiam “Ada apa masalah apa, Ashoka ?” Dharma mulai penasaran dengan sikap Ashoka “Aku ingin memberikan kejutan untuk Samrat Bindusara besok, tapi aku tidak tahu apakah aku bisa memberikan kejutan itu untuknya ?” Dharma tersenyum “Apa yang akan kamu berikan padanya ?”, “Aku akan katakan ke ibu nanti” ujar Ashoka dengan senyumnya yang menawan kemudian meninggalkan ibunya seorang diri sambil memohon restu dari belakang dengan mengatupkan kedua tangannya, begitu Ashoka sudah keluar dari kamar Dharma, Dharma berujar pada dirinya sendiri sambil melirik kebelakang “Dia tidak tahu kalau dia itu sedang berusaha memberikan kejutan ke ayahnya sendiri, aku berharap dia akan berhasil nanti” ujar Dharma haru
Tak lama kemudian Ashoka keluar dari kamar ibunya, dalam perjalanan menyusuri koridor istana, Ashoka teringat ketika ibunya dinyatakan meninggal yang sebenarnya itu adalah jenazah Nirjara, kemudian ketika Niharika mengatakan pada saat disidang kalau Dharma adalah seorang penjahat, Ashoka juga teringat ketika Chanakya mengatakan “Jika kamu membawa ibumu ke hadapan khalayak umum tanpa bukti bukti apapun untuk membuktikannya tidak bersalah maka Samrat Bindusara pasti akan menghukumnya” Ashoka mencoba mencari jalan keluar “Aku tahu apa yang Chanakya inginkan, dia ingin agar aku membawa ibu dan Khurasan kehadapan Samrat Bindusara pada saat yang bersamaan tapi aku tidak bisa melibatkan nyawa ibuku dalam bahaya, untuk menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh Khurasan, aku tidak bisa menggunakan ibuku” bathin Ashoka dalam hati
Sementara itu di kamar pribadi Helena, Helena sedang terkenang akan Justin, saat itu Helena sedang memandangi kain putih bekas gambar telapak tangannya yang bersimbah darah Justin setelah membunuh Justin, Helena menangis mengingatnya “Jika apa yang Ashoka katakan itu benar maka besok aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan, Bindusara akan melalui penderitaan yang sama seperti yang aku alami ketika aku harus membunuh anakku dengan tanganku sendiri, Bindusara akan membunuh kekasihnya juga” saat itu Noor menghampiri Helena “Rajmata Helena, apa yang kamu pikirkan tentang keinginan terakhir Justin ?” sela Noor, Helena teringat ketika Justin mengatakan “Ibu, pikirkan tentang anakku dan cucumu yang akan menduduki tahta Magadha, dia akan menjadi Samrat dan itu akan memenuhi impian kita selama ini”, “Apakah kamu berjanji pada Justin kalau kamu akan menjadikan Siamak menjadi Samrat Magadha ?” ucapan Noor menyadarkan Helena dari lamunannya “Tapi bagaimana jika Samrat Bindusara mengumumkan kalau Sushima yang akan menjadi putra mahkotanya ?” ujar Noor lagi “Menjadi seorang putra mahkota dan menjadi seorang Samrat adalah sesuatu yang berbeda, Maharani Noor ,,, besok kita akan menghadirkan Dharma dan anaknya sebagai penjahat, Bindusara pasti akan terganggu jiwanya, aku tidak akan bisa melihat anakku Bindusara dalam penderitaan maka aku akan mengambil alih semuanya dan tidak ada seorangpun yang akan bertanya padaku karena semua orang mengira aku ini adalah Dewi, aku akan menguasai semua orang, aku tidak harus menunggu berhari hari karena aku hanya menunggu besok saja” ujar Helena sambil menyeringai senang
Keesokan harinya ketika matahari mulai terbit, Helena berkata pada semua istri Bindusara yang dikumpulkan dikamarnya “Aku ingin membahagiakan Samrat Bindusara hari ini, aku tidak ingin dia merasa kesepian, peristiwa ini harus sangat mengesankan” ujar Helena “Apa yang akan kita lakukan, Rajmata Helena ?”, “Kita akan membuat suasana pagi hari Bindusara menjadi suatu hal menyenangkan, sebagai istri pertama Samrat Bindusara, Maharani Charumitra akan menemaninya pagi ini” Charumitra segera berlalu dari sana dan menuju ke kamar Bindusara yang saat itu sedang melakukan pemujaan pada Dewa Matahari, Charumitra memberikan ucapan selamat ulang tahun dan mendoakan suaminya agar diberi umur panjang, Bindusara sangat berterima kasih pada Charumitra dan keluar kamar bersama istri pertamanya itu, semua ruangan di istana sudah di dekorasi dengan bunga bunga untuk menyambut pesta ualng tahunnya, Bindusara sangat menyukai hal ini, sementera itu Khalatak dan para pendeta sudah berjejer rapi di sepanjang koridor ketika Bindusara melewatinya, Helena telah memberikan instruksi ke Khalatak “Perdana Menteri Khalatak nanti begitu Samrat Bindusara melewati koridor, kamu harus melakukan doa doa untuknya” tak lama kemudian Bindusara datang kesana, salah seorang pendeta melakukan aarti dan tilak untuk Bindusara, Bindusara dan Charumitra lalu meninggalkan tempat itu, kembali Helena memberikan instruksi yang lain kali ini untuk Noor “Maharani Noor, kamu akan menyambut Samrat Bindusara di meja makan, kemudian Maharani Subhrasi akan mendekorasi kamar Samrat Bindusara dan akan menyambut Samrat Bindusara di kamarnya bersama dengan anaknya” Subhrasi mengangguk dan pergi dari tempat itu segera.
Sepeninggal Subhrasi, Helena berkata pada Noor yang saat itu merasa gelisah “Maharani Noor, aku tahu kalau kamu ingin sebagai orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun pada Bindusara akan tetapi matahari terbit cuma sekali tapi cahayanya akan tetap bertahan sampai sore, dengan cara yang sama kamu akan tetap bersama sama dengan Bindusara sampai sore, jika Ashoka mengatakan kebenaran tentang Dharma yang akan berusaha untuk menemui Bindusara untuk meyakinkannya maka kamu akan tetap bersamanya, jadi sekarang pergilah dan temani suami itu” Noor mengangguk dan segera meninggalkan tempat tersebut.
Bindusara sampai di ruang makan, Noor sudah ada disana menyambutnya “Permulaan hari ini sangat baik, Maharani Noor” Noor kemudian memberikan ucapan selamat ulang tahun untuk Bindusara “Samrat, aku telah membuat makanan kesukaanmu” Bindusara segera duduk di meja makan bersama Noor “Kenapa Maharani Noor hanya menyediakan dua kursi ? Kalau begini caranya tidak ada orang lain yang bisa duduk disana bersama sama mereka” bathin Charumitra dalam hati dengan kesal
Kembali di kamar pribadi Helena “Panglima Khurasan, hanya kamu yang pernah melihat Dharma jadi kamu harus berhati hati, aku ingin Bindusara menghukum Dharma dan anaknya dengan tangannya sendiri dan untuk itu kamu harus bisa menangkap mereka hidup hidup” Khurasan hanya mengangguk, sementara Niharika hanya terdiam memperhatikan mereka “Maharani Niharika, apakah ada masalah ?” tanya Helena penuh selidik “Mengapa Maharani Noor tidak terlibat dalam rencana kita ?”, “Dia sedang menjalankan bagiannya, Maharani Noor dan Maharani Charumitra sedang mencoba untuk mencuri perhatian Samrat Bindusara maka mereka harus memastikan kalau tidak ada seorangpun yang bisa menemui Samrat Bindusara, untuk membuat rencanamu berhasil, kita harus menjaga rahasia ini” jelas Helena “Panglima Khurasan, lebih baik kamu berjaga jaga diluar dan perhatikan siapa saja yang datang ke istana !”, “Lalu siapa yang akan mengawasi Ashoka ?” tanya Khurasan “Maharani Niharika ! Ashoka tidak tahu kalau Maharani Niharika bergabung bersama kita, dia pasti sedang menyiapkan pesta ulang tahun untuk Samrat Bindusara jadi dia pasti akan didekat kita saja” ujar Helena dengan senyumnya yang mengembang.. Sinopsis Ashoka Samrat episode 152 by Sally Diandra