Sinopsis Ashoka Samrat episode 150 by Sally Diandra

Sinopsis Ashoka Samrat episode 150 by Sally Diandra. Di kerajaan Magadha, setelah kemarin Helena dan sekutunya merasa kecewa dengan surat yang dibaca oleh ahli bahasa sansekerta, rupanya ada cerita di balik kejadian itu. Radhagupta rupanya menyimpan catatan asli yang dibacakan oleh Chanakya tempo hari, saat itu Radhagupta sedang berbincang bincang dengan Aakramak “Kalau Chanakya sudah kembali nanti maka aku akan memberikan catatan keluarga ini pada Samrat Bindusara” Aakramak menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju kemudian berlalu dari sana, tak lama kemudian Radhagupta mengganti catatan keluarga yang asli dengan catatan keluarga yang palsu yang sesuai seperti yang dibaca oleh Chanakya, disembunyikan catatan yang asli itu dibelakang punggungnya yang tertutup dengan kain putih sambil berkata “Meskipun jika nanti ibu suri Helena mendapatkan catatan keluarga ini, maka dia tidak akan mendapatkan apa apa di dalamnya” ujar Radhagupta sambil tersenyum senang

Di kamar pribadi Helena, setelah ahli bahasa sansekerta membaca catatan keluarga Bindusara yang mengatakan kalau Dharma adalah istri Bindusara dan tidak diketahui nama anak mereka, Helena dan sekutunya merasa kecewa, sementara Khurasan semakin marah “Aku akan bunuh orang ini !” ujar Khurasan kesal “Aku tidak akan menceritakan apapun pada orang lain, jangan bunuh aku !” si ahli bahasa benar benar ketakutan ketika melihat Khurasan mengangkat pedangnya “Aku tidak akan meninggalkan jejak !” ketika Khurasan hendak membunuh si ahli bahasa, Helena langsung menghentikannya dan menyuruh Niharika untuk menuangkan minuman untuk si ahli bahasa itu, Niharika segera menuangkannya dan memberikan gelas itu padanya, dengan perasaan was was dan takut si ahli bahasa langsung meminum habis minuman itu “Rajmata Helena, dia bisa sangat berbahaya untuk kita” ujar Khurasan kesal namun Helena tetap bersikeras menyuruh ahli bahasa itu segera meninggalkan kamarnya, sang ahli bahasa sangat berterima kasih padanya dan segera meninggalkan kamar Helena, namun ketika sampai di depan pintu kamar, tiba tiba orang itu jatuh tersungkur di lantai sambil memegangi lehernya dan tewas seketika itu juga, rupanya Helena telah memberi racun pada minuman tersebut “Itulah cara yang berbeda untuk menyingkirkan bukti bukti, panglima Khurasan” ujar Helena dingin “Aku yakin kalau Chanakya telah membuat sebuah rencana tapi tidak meninggalkan jejak apapun” feeling licik Helena kembali bermain “Ashoka tidak menceritakan apa apa juga” sela Noor “Iya betul dan ayahmu sendiri juga telah sepakat dengan Ashoka, dia seharusnya menanyakan padanya” timpal Niharika “Aku tidak bisa memaksa Ashoka karena bisa jadi nanti dia mencurigai aku” bela Khurasan “Aku tahu siapa orangnya yang bisa membuat Ashoka membuka mulut tentang apa saja tanpa ragu ragu, dia adalah Ahenkara, kita harus menggunakan Ahenkara dan mintalah padanya untuk mengorek cerita tentang Dharma dari Ashoka, dia pasti akan menceritakan semuanya” ujar Helena sambil menyeringai senang

Sementara itu, Ahenkara sedang berada di dekat sungai dan teringat pada kata kata Sushima kalau dia masih mencintainya sampai saat ini maka maafkanlah dia, Ahenkara sedih, perasaannya bimbang dan ragu “Aku tidak bisa mempercayai dia, bagaimana perlakuannya ke aku selama ini, bagaimana aku bisa melupakan itu semua, dia memang telah menyelamatkan aku dari Indrajeet tapi sekarang aku merasa berhutang budi padanya, sedangkan Ashoka dia telah menyelamatkan aku berulang kali tapi aku tidak pernah merasa berhutang budi padanya, ini memang wajar, dia telah menolong aku berulang kali” Ahenkara merasa bingung “Ayah, aku yakin kamu pasti melihat aku, katakan padaku ayah apa yang harus aku lakukan, bagaimana aku menentukan jalan hidupku” tepat pada saat itu Niharika menghampiri Ahenkara “Ketika kamu ingin mendapatkan kedamaian maka kamu harus membantu orang lain, Ahenkara ,,, tunjukkan pada mereka bagaimana memecahkan masalah mereka, ayahmu sering mengatakan hal itu kan ?” Ahenkara segera berbalik dan melihat ibunya yang telah berdiri didepannya “Aku juga ingin melayani Ujjain, bu”, “Ibu bukan membicarakan soal Ujjain tapi seseorang yang selalu bersama kamu yaitu Ashoka, ibu dengar kalau Ashoka itu sedang mencari Dharma tapi ibu merasa kalau dia mencoba untuk lebih dekat dengan mereka maka mereka bisa saja melukai Ashoka karena Dharma dan anaknya itu adalah seorang pengkhianat” ujar Niharika “Ashoka pernah mengatakan padaku kalau Maharani Dharma itu bukan penjahat”, “Ibu telah bertemu dengan wanita itu, dia itu sangat pintar, Ashoka jatuh dalam jebakannya, Dharma bilang kalau dirinya adalah istri Samrat Bindusara dan dia ingin balas dendam padanya, itulah mengapa dia menggunakan keluguan Ashoka, sekali dia bisa mendapatkan apa yang dia inginkan maka dia akan membunuh Ashoka juga” Ahenkara merasa sedih mendengarnya “Ibu ini tidak suka kan dengan Ashoka, lalu mengapa ibu memikirkan dia ?” tanya Ahenkara penuh selidik “Iya, memang betul, ibu memang tidak menyukainya tapi ibu tidak bisa melupakan kalau kamu selamat dan hidup, itu semua karena Ashoka, ibu tidak bisa begitu acuh padanya” Niharika tersenyum senang kemudian memeluk ibunya seraya berkata “Aku akan menolong Ashoka, ibu” Niharika tersenyum sinis

Saat itu Ashoka sedang berjalan jalan di jalan setapak yang mengarah ke sungai, Ashoka sedang menimbang nimbang surat Chanakya untuknya, tiba tiba Ashoka berpapasan dengan Ahenkara di jalan, saat itu Ahenkara terlihat bingung ketika bertemu dengan Ashoka “Putri Ahenkara, apakah kamu ingin mengatakan sesuatu” tanya Ashoka “Kamu ingat kalau aku pernah berjanji padamu kalau aku dapat kesempatan maka aku ingin membantu kamu, dan saat ini aku mendapat kesempatan itu tapi janji dulu padaku kalau kamu tidak akan marah setelah mendengar ini semua” ujar Ahenkara sambil memegang tangan Ashoka dimana ada bekas luka tanda janji mereka, dari kejauhan Niharika dan Khurasan rupanya memperhatikan mereka berdua, kemudian Ashoka mengucapkan janjinya “Ashoka, aku tahu kalau kamu sedang berusaha bertemu dengan Maharani Dharma dan anaknya, kamu pikir mereka itu tidak bersalah tapi mereka itu sangat pintar dan mereka termasuk orang yang nggak punya harga sama sekali, mereka ingin membalas dendam pada Samrat Bindusara, jika kamu tahu sesuatu tentang Maharani Dharma dan anaknya, kamu bisa mengatakannya padaku, ibuku pasti akan melindungi kamu, ibuku bilang kalau Maharani Dharma itu bukanlah wanita yang baik baik” ujar Ahenkara tulus “Ibumu pasti menggunakan kamu, aku akan menjawabnya” bathin Ashoka dalam hati “Ashoka, aku ingin tahu tentang Maharani Dharma dan anaknya, apa yang kamu tahu tentang mereka ?” saat itu Ashoka bisa merasakan kalau Khurasan sedang memperhatikan mereka berdua dari tempat persembunyiannya, Ashoka tahu kalau ini semua hanya jebakan mereka semata “Aku telah ketemu sama Maharani Dharma dan anaknya tapi mereka merasa kalau ada seseorang yang bersamaku, oleh karena itulah mereka menghajar aku dan meninggalkan aku begitu saja, mereka ingin bicara dengan Samrat Bindusara” Ahenkara nampak antusias dengan cerita Ashoka “Kapan mereka akan bertemu dan bicara dengan Samrat Bindusara ?”, “Mungkin pada ulang tahun Samrat Bindusara” ujar Ashoka tenang sambil melirik ke arah tempat persembunyian Khurasan

Di kamar pribadi Helena, Khurasan dan Niharika segera melaporkan apa yang telah didengarnya barusan dari Ashoka sendiri “Ulang tahun Bindusara itu besok” ujar Helena sambil merencanakan apa yang akan mereka perbuat “Dharma akan datang untuk bertemu dengan Bindusara besok” timpal Noor “Jika Dharma bisa menemui Bindusara maka semuanya akan berakhir” ujar Khurasan “Tidak ! Ini tidak akan terjadi, sebelum mereka bisa bertemu dengan Bindusara, kita harus menemukan mereka terlebih dulu” sela Helena sinis

Semua orang telah hadir di ruang sidang kerajaan Magadha, perdana menteri Khalatak bertanya tentang undangan untuk bertemu di ruang sidang “Aku telah memanggil semua orang, aku ingin membuat sebuah kejutan untuk Samrat Bindusara tapi mereka pikir mungkin ijinnya akan diperlukan, besok adalah ulang tahun Samrat Bindusara, aku rasa aku tidak bisa hadir di ulang tahunnya yang berikutnya karena aku sudah tua sekarang jadi aku ingin merayakan ulang tahunnya kali ini dengan meriah dan mewah” ujar Helena sambil menyeringai senang “Ibu, aku bisa mengerti perasaanmu tapi aku rasa aku tidak ingin merayakan hari ulang tahunku ini” sela Bindusara “Bukan seperti itu, Samrat ,,, aku bukannya rindu sama Justin, cinta seorang ibu tidak akan pernah berakhir tapi kenyataan terbesarnya adalah dia itu seorang pengkhianat jadi aku harus membunuh rasa keibuanku dan memilih keadilan untuk itu, seseorang yang tidak berfikir tentang perasaanku, aku tidak akan memberikannya ijin untuk mempermainkan perasaanku, dan kebahagiaan akhirnya datang pada perayaan Janmashtmi, aku ingin melanjutkan itu semua” Helena kemudian menoleh ke Bindusara “Samrat Bindusara, aku sangat menyayangimu, oleh karena itulah aku ingin semua orang merayakan pesta ulang tahunmu”, “Rajmata Helena itu benar, Samrat ,,, aku juga ingin melakukan hal itu” sela Noor, namun kemudian Bindusara bertanya pada Khurasan “Panglima Khurasan, kamu mendapat kabar kalau nyawaku dalam bahaya bukan ?” Khurasan segera berdiri seraya berkata “Jangan khawatir, Samrat ,,, pada pesta ulang tahunmu nanti penjagaan akan kami perketat” bela Khurasan “Hanya orang orang yang mendapat undangan, yang boleh memasuki istana, tamu tamu undangan akan kita kurangi saja untuk kali ini” ujar Helena lagi “Baiklah, kalau begitu ,,,, aku bahkan mempunyai satu pengumumman pada hari ulang tahunku nanti dan itu akan mengejutkan semua orang dan juga membuat mereka semua bahagia” ujar Bindusara sambil tersenyum senang, sementara Helena dan sekutunya juga semua orang yang hadir di ruang sidang itu termasuk Ashoka dan Dharma merasa tegang dan terkejut… Sinopsis Ashoka Samrat episode 151 by Sally Diandra