Otak Keledai by Meysha Lestari. Seekor Singa dan seekor Rubah pergi berburu bersama-sama. Setelah berputar-putar mencari mangsa mereka tidak menemukan apapun jua. Dengan putuas asa, Singa melirik rubah. Dia terlihat meninbang untuk menjadikan rubah sebagai makanan pengenyang perutnya. Di lirik begitu rupa oleh hewan pemangsa terganas, Rubah menjadi sedikit keder juga. Dia lalu mengusulkan pada Singa agar mengirim pesan pada Keledai. Singa setuju, atas saran Rubah, Singa menulis surat pada Keledai, menyuruhnya datang menemui dirinya karena dia ingin menghentikan permusuhan antara kedua keluarga dan ingin menjalin persekutuan dengannya.
Setelah membaca pesan Singa, dengan menahan haru, Keledai berangkat menemuinya…seorang diri.. di tepi hutan. Begitu tiba di sana, Singa tanpa kenal ampun lalu menerkamnya tanpa ampun. Keledai akhirnya merenggang nyawa di hadapan singa dan Rubah. Singa menyerigai senang. Dan rubah tersenyum lega, karena kini dia telah terhindar dari menjadi santapan sang Singa.
Setelah selesai membunuh Keledai, Singa terlihat sedikit kelelahan. Dia tidak langsung menyantap Keledai, tapi meninggalnya di bawah penjagaan Rubah. Sebelum pergi, Singa berpesan, “ini akan menjadi santapan makan malam kita. Tolong awasi selama aku pergi untuk tidur siang. Jangan menyentuhnya atau membuatnya berkurang sedikitpun juga. Terkutuklah kau kalau sampai melakukan itu!” Rubah dengan menurut mengangguk memastikan kalau dirinya akan mengikuti pesan Singa.
Tapi setelah lama pergi dan tidak juga kembali, Rubah jadi hilang sabar. Dia menatap daging Keledai yang sangat mengiurkan tapi terlarang untuk di sentuhnya. Sementara perut rubah terus berbunyi memberi tanda kalau lapar. Rubah berpikir ..dan terus berpikir. Bagaimana caranya agar bunyi di perutnya berhenti tanpa harus membuat Singa marah. Akhirnya, Rubah memberanikan diri untuk mengambil otak keledai dan memakannya. Setelah kenyang dia duduk di samping Keledai sambil terus mengawasinya seperti yang di perintahkan Singa.
Saat SInga kembali, dia sangat lega melihat kondisi keledai yang tidak kurang suatu apa. tapi saat dia menelitinya lebih lanjut, dia melihat lubang di atas kepala Keledai dan menyadari kalau otak Keledai sudah tidak ada. Dengan suara mengerikan dia menegur Rubah, “apa yang sudah kau lakukan dengan otaknya? Kenapa otak Keledai ini hilang?”
Lalu dengan tatapan takut, Rubah berkelit, Otak, yang Mulia Singa? Otak apa? Keledai ini tidak punya otak. Kalau dia punya otak, pasti dia tidak akan jatuh dalam perangkap kita!”