Sinopsis Ashoka Samrat episode 149 by Sally Diandra

Sinopsis Ashoka Samrat episode 149 by Sally Diandra. Siang itu Ashoka masih menemani ibunya yang sedang menangis dan ingin segera membuka identitas diri Ashoka yang sebenarnya namun tiba tiba Ashoka mengatakan kalau dirinya itu adalah seorang pangeran, sambil berdiri Ashoka berkata “Ibu, aku ini bukanlah seorang pangeran akan tetapi Samrat Vanraj dan ibu adalah ratuku, aku tidak tahu apa yang Samrat Bindusara dan Maharani Subhrasi bicarakan tapi keputusan yang ibu ambil untuk membawa aku kesini adalah keputusan yang terbaik dalam situasi seperti ini, hari ini siapapun aku ini, ini semua karena didikanmu, ibu” ujar Ashoka sambil meminta ibunya berdiri kemudian memeluk ibunya, Dharma terlihat bingung kemudian Ashoka berlalu dari sana.

Ketika Ashoka keluar dari ruangan Dharma, Ashoka melihat kalau ada seseorang yang berbuat kurang aja sama Ahenkara dihalaman istana, saat itu Ahenkara sedang menggendong adiknya yang masih bayi, Ashoka segera berlari agar sampai ditempat Ahenkara namun pada saat yang bersamaan Sushima datang dan menghampiri orang tersebut seraya berkata “Murahan kamu ! Beraninya kamu melakukan hal ini !” bentak Sushima sambil memukul orang itu hingga jatuh tersungkur di tanah, Ashoka hanya diam melihat mereka dari atas teras “Pangeran Sushima, kamu memukul temanmu sendiri demi seorang anak pengkhianat ?”, “Kamu tahu, kamu ini masih hidup karena kamu ini adalah temanku, sebelum aku lupa kalau kamu adalah temanku, sekarang tinggalkan tempat ini !” bentak Sushima lantang, teman Sushima itu segera meninggalkan tempat tersebut, Sushima berbalik ke arah Ahenkara sambil mengatupkan kedua tangannya didepan dada sebagai tanda permintaan maaf “Ahenkara, aku minta maaf atas nama temanku” ujar Sushima, Ahenkara hanya terdiam dan ketika Ahenkara hendak meninggalkan tempat itu, Sushima segera mencegatnya “Aku juga minta maaf untuk tingkah lakuku selama ini” saat itu Ashoka juga hendak pergi meninggalkan tempat itu tapi Sushima langsung berkata “Kamu tinggal disini dulu, Ashoka” ujar Sushima sambil menoleh kearah Ahenkara “Ahenkara, aku tahu kalau kamu tidak terlibat konspirasi itu tapi aku telah sangka padamu, aku tidak bisa mengontrol kemarahanku, aku merasa takut di dalam istana yang terbakar itu dan menjadi marah ke kamu, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan makanya aku melimpahkan kemarahanku ke kamu, baru kemudian aku tahu kalau konspirasi ini dilakukan oleh seseorang yang sangat dicintai oleh ayahku sendiri, oleh karena itu aku baru sadar bahwa cintamu itu mulia, aku sadar kalau aku tidak bisa hidup tanpa kamu, cintamu segalanya untukku, jika kamu masih mencintai aku maka maafkanlah aku” ujar Sushima dengan mengiba “Aku harus pergi !” ujar Ahenkara ketus, Sushima akhirnya mengijinkan Ahenkara meninggalkannya dan segera berlalu dari sana tanpa mempedulikan semua ucapan Sushima, Sushima kemudian menghampiri Ashoka “Ashoka, aku butuh bantuanmu, aku bukan membicarakan soal Ahenkara dan aku, kamu pernah cerita ke aku tentang Dharma dan anaknya, aku ingin janjimu itu bahwa ketika kamu tahu tentang mereka, kamu akan menceritakannya padaku terlebih dulu !” Ashoka tertegun “Mengapa ?”, “Karena aku ingin melindungi ayahku, aku tahu banyak musuh musuh di belakang ayahku, aku merasa ada seseorang yang sedang berkonspirasi, kita harus hati hati, jika musuh musuh itu tahu semuanya sebelum kita maka itu akan jadi berbahaya, jika kamu membutuhkan bantuanku maka katakanlah padaku, Ashoka” Ashoka tersenyum seraya berkata “Jika aku tahu semuanya tentang mereka maka aku akan mengatakannya padamu, pangeran Sushima”, “Tidak ada seorangpun yang bisa menghentikan aku menjadi putra mahakota !” bathin Sushima dalam hati

Sementara itu, Bindusara sedang duduk termenung di kamarnya ketika salah seorang pelayan Noor menemui Bindusara dan mengabarkan kalau Noor ingin ngobrol dengannya, Bindusara segera meninggalkan kamarnya menuju ke kamar Noor, sepeninggal Bindusara, Khurasan segera memasuki kamar Bindusara dan meminta para prajurit untuk mengikuti Bindusara dibelakang “Prajurit, Samrat Bindusara saat ini sedang dalam bahaya, ikuti dia, kalian harus tetap menemaninya !” para prajurit menuruti perintah Khurasan, Khurasan segera mencari catatan keluarga di kamar Bindusara, sedangkan Bindusara saat itu sedang menyusuri koridor menuju ke kamar Noor, Bindusara merasa heran ketika mengetahui para prajurit mengawalnya dibelakang “Ada apa ini ? Apa yang terjadi ?” tanya Bindusara heran “Panglima Khurasan, menyuruh kami untuk mengikuti anda, Samrat ,,, para musuh berada didekat anda” ujar salah satu prajurit “Kalau begitu seharusnya dia mengatakan padaku terlebih dulu !” saat itu Bindusara hendak berbalik ke kamarnya sendiri, namun pertanyaan pelayan Ratu Noor menyadarkannya “Samrat, lalu bagaimana dengan Maharani Noor”, “Aku akan bicara dengannya nanti !” ujar Bindusara kesal sambil terus berjalan kearah kamarnya sendiri, pada saat yang bersamaan Khurasan berhasil menemukan catatan keluarga si pencatat data di kamar Bindusara. Sementara pelayan Noor segera menemui Noor dan mengabarkan kalau Bindusara kembali lagi ke kamarnya, Noor nampak panik, saat itu Bindusara sudah sampai di kamarnya, Khurasan yang berhasil menemukan catatan keluarga tersebut merasa ada seseorang yang datang ke kamar Bindusara, Bindusara yang hendak memasuki kamarnya tiba tiba dicegat oleh Helena dipintu masuk “Samrat, apakah semuanya baik baik saja ?” tanya Helena pura pura peduli “Semuanya baik baik saja” ujar Khurasan yang saat itu menghampiri mereka “Panglima Khurasan, kamu seharusnya menginformasikan terlebih dulu padaku !” ujar Bindusara kesal “Aku datang ke kamarmu, Samrat ,,, tidak tahu kalau kamu berada di kamar Noor, makanya aku tidak datang kesana” bela Khurasan, tak lama kemudian Helena memberikan restunya pada Bindusara dan meninggalkan tempat itu dengan senyumnya yang mengembang.

Di salah satu koridor istana, saat itu Ashoka sedang ngobrol dengan Radhagupta “Radhagupta, aku yakin kita tidak akan tertangkap, tadi Maharani Dharma ingin menceritakan kenyataan yang sebenarnya padaku tapi aku menghentikan ucapannya karena ini bukan saat yang tepat karena jika dia membicarakan soal ini maka dia akan tahu kalau aku sudah mengetahuinya dan aku akan melakukan pekerjaan rahasia untuk melawan Khurasan, hal ini akan melibatkannya dalam sebuah permasalahan maka aku ingin tetap menjaganya sebagai sebuah rahasia untuknya, aku akan bicara dengan Chanakya dulu”, “Jangan ! Chanakya tidak ingin siapapun mencurigai kalian berdua” ujar Radhagupta sambil memberikan surat dari Chanakya, Radhagupta meminta Ashoka untuk menemukan jalannya sendiri.

Sementara itu seorang ahli bahasa sansekerta memenuhi undangan Helena dikamar Helena, saat itu Helena ditemani oleh sekutunya, Helena meminta si ahli bahasa untuk mengambil sumpah diatas api “Kamu harus bersumpah bahwa kamu hanya akan membaca kebenarannya saja dan tidak akan berbohong !” ujar Helena ketus, ahli bahasa itupun mengambil sumpah, kemudian dia membaca catatan tersebut “Samrat Bindusara telah menikah seorang anak Brahmana yang bernama Dharma, mereka memiliki seorang anak laki laki tapi nama anak laki laki itu tidak diketahui siapa namanya” ujar ahli bahasa, semua orang yang mendengarkannya merasa kecewa

Di ruangan pribadi Ashoka, Ashoka sedang membaca surat dari Chanakya “Misi para musuh adalah mencari kelemahanmu, buatlah dirimu menjadi kuat dan menangkan permainan ini” Ashoka mengerti maksud Chanakya “Musuh itu adalah Khurasan dan misinya itu ingin menangkap ibuku, oleh karena itu Chanakya ingin mengatakan kalau aku seharusnya melibatkan ibuku dalam hal ini tapi ini akan membuat nyawanya dalam bahaya, jika Chanakya berkata seperti ini pasti ada sebuah alasan dibalik semua ini” tepat pada saat itu Siamak menghampiri Ashoka dan bertanya “Ashoka, kamu kemana saja waktu perayaan Janmashtmi ?” Ashoka segera berdiri sambil menyembunyikan surat Chanakya dibalik punggungnya “Aku menemui teman teman lamaku” ujar Ashoka “Kamu bisa saja membawa teman temanmu itu kesini, aku juga ingin bertemu dengan mereka” ujar Siamak tulus “Bagaimana aku bisa membawa mereka kesini ? Mereka itu rakyat biasa”, “Kamu adalah temanku jadi kamu juga bagian dari keluarga, temanmu itu adalah temanku juga, ayahku bilang kita seharusnya bisa menerima teman dengan kelebihan maupun kelemahan mereka, kita seharusnya bisa menerima hubungan mereka juga, kamu adalah bagian keluarga kami jadi jangan berfikir seperti itu lagi lain kali, Ashoka” Ashoka senang mendengar ucapan Siamak sambil memeluknya erat dan berkata dalam hati “Aku sangat berharap kasih sayangmu akan tetap sama untukku setelah kamu tahu apa yang akan aku lakukan untuk menghukum kakekmu, panglima Khurasan” bathin Ashoka dalam hati… Sinopsis Ashoka Samrat episode 150 by Sally Diandra