Sinopsis Ashoka Samrat episode 148 by Sally Diandra

Sinopsis Ashoka Samrat episode 148  by Sally Diandra. Di halaman istana kerajaan Magadha, setelah Ashoka, Sushima dan Siamak berhasil memecahkan ketiga kendil para ratu, tak lama kemudian ketiga anak Bindusara itu, Sushima, Siamak dan Drupata segera menghampiri ibu mereka masing masing dan menyuapkan mentega ke ibu mereka, kemudian para ibu juga menyuapkan mentega ke arah anak anak mereka masing masing, Ratu Charumitra bersama Sushima, Ratu Noor dengan Siamak dan Ratu Subhrasi dengan Drupata, semua orang tersenyum senang melihatnya termasuk Ashoka dan Dharma yang melihat mereka dari kejauhan dari tempatnya berdiri masing masing, setelah selesai suap suapan antara ibu dan anak, ketiga anak Bindusara menghampiri sang ayah kemudian secara bergantian menyuapkan mentega ke Bindusara, Bindusara juga bergantian menyuapkan mentega kepada tiga anaknya itu, tak lupa Siamak juga menyuapkan mentega pada ibu suri Helena, ibu suri Helena terharu karena teringat akan Justin, begitu pula Noor yang sempat melihat kebersamaan mereka, juga merasa sedih. Ashoka sendiri juga melihat ibunya yang sedang berdiri di teras sambil memandang ke arah mereka, Ashoka segera menghampiri Dharma dan menyuapkan mentega padanya kemudian meminta restu pada Dharma dengan menyentuh kaki ibunya, Dharma memberikan restuanya untuk anak semata wayangnya ini. Di tempat para petinggi kerajaan, Bindusara masih sibuk dengan keluarganya, Ashoka melihat kebersamaan mereka dan merasa terharu kemudian Ashoka menghampiri Bindusara “Ashoka, kamu telah membuat pesta perayaan Janmashtmi kali ini menjadi lebih special” ujar Bindusara sambil membuka tangannya untuk memeluk Ashoka, Ashoka segera menghambur dalam pelukan ayahnya itu, kemudian Bindusara memberikan restunya uintuk Ashoka, dari kejauhan, Dharma melihat semua ini dengan perasaan senang dan terharu

Malam harinya di koridor istana, nampak Ashoka sedang berjalan menyusuri koridor dimana ada Chanakya dan Radhagupta “Chanakya, saat ini kita sudah terlambat, lebih baik kita segera pergi dari sini” ujar Radhagupta “Lihat, Ashoka telah datang” ujar Chanakya kemudian melempar surat itu kelantai dan meninggalkan tempat tersebut, Ashoka segera menghampiri dan mengambil surat itu namun baru saja hendak membacanya tiba tiba Khurasan merebutnya begitu saja dari tangan Ashoka dan mulai membaca surat itu, Khurasan terlihat bingung, Ashoka pun terkejut dan bertanya “Apa yang tertulis di dalam surat itu ?” tanya Ashoka penasaran “Tidak ada apa apa !” ujar Khurasan sambil menyobek surat itu “Panglima Khurasan, berikan surat itu padaku, aku akan menaruhnya di tong sampah” pinta Ashoka “Sudah biarkan saja ! Lalu apa yang akan kamu lakukan kalau kalau kamu bertemu dengan Dharma dan anaknya ?” Ashoka tertegun “Tidakkah kamu ingat ketika mereka menghajarku karena mereka melihat kamu, biarkan mereka tenang dulu, mereka seharusnya tidak curiga kalau kamu bersama aku maka baru aku akan menemui mereka kembali dan akan mengabarkan hal ini pada Samrat Bindusara juga” Khurasan akhirnya setuju dengan pendapat Ashoka kemudian meninggalkan tempat tersebut setelah memberikan surat itu pada Ashoka, Ashoka tersenyum senang sambil membaca surat yang dijatuhkan Chanakya tadi.

Khurasan kemudian menemui ibu suri Helena dan Ratu Noor dikamar pribadi ibu suri Helena, Khurasan menceritakan pada mereka bagaimana Ashoka di hajar habis habisan oleh Dharma dan anaknya “Apakah kamu tidak melihat bagaimana wajahnya ? Mungkin bisa jadi itu adalah jebakan buat kamu” ujar Helena penasaran “Jika itu adalah sebuah sandiwara, maka Ashoka tidak mungkin menyakiti dirinya sendiri dengan begitu parah” bela Khurasan “Tapi aku merasa kalau Chanakya ada di belakang semua ini” ujar Helena penuh dengan kecurigaan “Ibu suri Helena, kamu harus mempunyai bukti atas apa yang kamu katakan itu kalau benar Chanakya terlibat dengan ini semua bersama Ashoka, apakah kamu pernah mendengar Chanakya mengatakan sesuatu ?” sela Noor, Helena segera teringat ketika Chanakya mengatakan padanya kalau sebuah jebakan telah dibuat di sekitar Bindusara agar dia percaya kalau Dharma itu adalah pengkhianat, Helena juga teringat ketika Chanakya membaca catatan keluarga pencatat data “Chanakya meyakinkan bahwa dialah yang akan membaca catatan itu, matanya berbicara ke arah Ashoka, kita harus mengecek catatan tersebut, mungkin kita bisa mendapatkan sesuatu di dalamnya”, “Tapi dimana catatan itu ?” Khurasan merasa penasaran, tiba tiba Noor teringat ketika Bindusara mengambil catatan tersebut dan menaruhnya dikamarnya sendiri, Noor segera menceritakan hal ini pada Helena dan ayahnya “Panglima Khurasan, kamu harus mengambil catatan itu dari kamar Bindusara karena kita tidak bisa mempercayai orang lain lagi” Helena mulai menyusun rencana “Tapi bagaimana aku bisa kesana ?”, “Serahkan saja padaku, aku bisa melakukan sesuatu untuk mengetahui ada rahasia apa antara Chanakya dan Ashoka !” ujar Helena dengan wajah penuh dengan tanda tanya

Di halaman istana, saat itu Bindusara dan Subhrasi sedang melihat Drupata yang sedang berlatih pedang bersama salah seorang prajurit, dari kejauhan Dharma juga melihatnya, tiba tiba Drupata terjatuh karena tak mampu melawan sang prajurit, Subhrasi berteriak dan hendak menolong anaknya itu namun langsung dicegah oleh Bindusara dengan mencengkram tangan Subhrasi seraya berkata “Dia itu adalah ksatria yang hebat, kamu akan lihat nanti” salah seorang prajurit meminta Drupata untuk bangun, Dharma terlihat tegang melihatnya, Drupata segera bangun dan mulai melakukan penyerangan kearah prajurit, Bindusara terlihat sangat senang melihat tingkah anak bungsunya ini sambil melirik kearah Subhrasi yang memandangnya dengan perasaan heran, sementara Dharma tidak tega melihatnya, Dharma segera pergi meninggalkan mereka. Tak lama kemudian Dharma memasuki kamarnya sendiri dan mulai menangis, tepat pada saat itu Ashoka juga ada disana sambil menengadahkan tangannya untuk menampung airmata ibunya agar tidak terjatuh “Ibu, apa yang terjadi ? Kenapa ibu menangis ? Apakah ada seseorang yang mengata ngatai ibu ?” Dharma terus menangis tidak menjawab pertanyaan Ashoka “Ibu, katakan padaku, apa yang terjadi ? Aku tidak bisa melihat ibu menangis seperti ini” sambil meredakan tangisnya Dharma mulai bercerita ke Ashoka “Tadi setelah ibu mendengar pembicaraan antara Samrat Bindusara dan Maharani Subhrasi, ibu baru menyadari kalau ibu ini bukanlah ibu yang baik” ujar Dharma disela isak tangisnya “Ibu, ibu adalah ibu yang terbaik di dunia dan aku selalu berdoa agar ibu selalu menjadi ibuku pada setiap kehidupanku, ibu telah membesarkan aku sendirian, ibu juga telah meregang nyawa ibu sendiri untuk melindungi aku agar aku bisa selamat” Ashoka mencoba menenangkan ibunya “Tapi sampai kapan ibu bisa melindungi kamu, nak ? Oleh karena itu ibu ingin mengatakan sesuatu padamu, selama ini ibu tidak pernah mengatakan hal ini sebelumnya karena ibu pikir kamu pasti akan terluka” Ashoka tersenyum sambil menatap ibunya “Ashoka, ibu ingin mengatakan sesuatu padamu dimana kamu berhak untuk mengetahuinya, kamu tahu, nak ,,, kamu itu bukan anak biasa tapi ,,,” belum juga Dharma menyelesaikan ucapannya tiba tiba Ashoka langsung menyahut dengan senyumnya yang menawan “Aku ini adalah seorang pangeran” Dharma terkejut mendengarnya .. Sinopsis Ashoka Samrat episode 148 by Sally Diandra