Sinopsis Ashoka Samrat episode 117 by Sally Diandra

Sinopsis Ashoka Samrat episode 117 by Sally Diandra.  Chanakya sedang berada di ruang pribadinya bersama Radhagupta “Ibu suri Helena meminta pada Samrat Bindusara untuk membiarkannya yang membunuh Justin dengan tangannya sendiri maka dengan begitu dia membuktikan dirinya sebagai Ratu yang hebat, dalam beberapa tahun kedepan rakyat akan menyebut Justin sebagai seorang penghianat Magadha dan ibu suri Helena setelah memberikan kematian pada putranya sendiri akan menjadi Ratu yang agung dan siapapun yang mempunyai kepribadian yang hebat maka itu sangat tidak mungkin untuk menang melawan dia, kita bisa melawan seseorang tapi kita tidak bisa melawan pengikutnya, kehormatannya ada pada hati rakyat” ujar Chanakya

Helena memasuki sebuah ruangan dimana terdapat patung dewa dan dewi Yunani, kemudian Helena berkata pada salah satu dewa tersebut “Aku tidak akan memohon dengan cara berlutut, ramalan wanita tua itu ternyata menjadi kenyataan tapi aku tidak akan kalah dengan cara seperti ini !” tepat pada saat itu seorang pelukis datang menghampirinya dan berkata “Apakah anda memanggil saya, ibu suri ?” Helena menoleh kebelakang dan dilihatnya pelukis itu sedang berdiri dibelakangnya “Iya, aku memanggilmu ,,, aku ingin kamu melukis wajah pangeran Justin, dengan begitu aku akan tetap merasa kalau Justin masih tetap hidup” pinta Helena

Ahenkara memberikan sebuah surat pada Ashoka beserta kalungnya sebagai tanda untuk ibunya “Bagaimana jika surat ini tidak mencapai ibuku ?”, “Tidak usah berfikiran yang terburuk, kamu akan mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan ibumu hanya melalui surat ini saja” hibur Ashoka “Apa yang kamu lakukan ini adalah penghianatan, Ashoka” ujar Ahenkara cemas “Jika aku tidak menolong kamu maka aku merasa lebih buruk”, “Aku tidak ingin kamu dihukum dan aku akan merasa sangat bersalah karena semua ini gara gara aku” Ashoka tersenyum melihat kepanikan di wajah Ahenkara “Aku akan merasa lebih bersalah jika aku tidak menolong kamu” Ashoka kemudian pergi meninggalkan Ahenkara, Ahenkara tersenyum manis

Ashoka samrat coverNoor menemui Justin kembali, Justin melihatnya dan menyuruhnya pergi namun Noor tidak pergi, dibelakangnya telah berdiri Siamak, Justin terkejut, Justin teringat ketika Noor mengatakan padanya bahwa Siamak adalah anaknya, Justin sangat sedih dan terharu, Noor juga sangat sedih melihat pertemuan ayah dan anak ini, Justin segera berlutut didepan Siamak yang dibatasi oleh jeruji besi, Siamak hanya terdiam melihat Justin yang menangis kemudian mencium kedua tangannya “Kenapa kamu melakukan ini semua ? Kenapa ?” Justin terkejut dengan pertanyaan Siamak “Apapun yang akan kamu katakan tapi aku tahu pasti kalau kamu tidak akan membunuhku” mata Justin semakin berkaca kaca “Kamu itu bukan orang yang baik, kamu adalah orang yang jahat” Justin terus menangis mendengar ucapan anaknya ini dan berkata “Aku tidak tahu apa apa, Siamak” kemudian Justin berdiri dan membisikkan sesuatu di telinga Siamak, Siamak terkejut mendengarnya, Noor segera menggandeng lengan Siamak dan mengajaknya pergi dari penjara tersebut, Justin hanya bisa menatap nanar pada kedua orang yang dicintainya itu.

Bindusara berbicara pada dirinya sendiri “Dengan kematian Justin besok, maka semuanya akan berakhir dari kehidupanku, penderitaan akan luka luka ini tidak akan pernah menghilang, aku telah memaafkan dia tapi aku tidak bisa melupakannya” ujar Bindusara sedih. Sementara pada saat itu didalam penjara, Justin sedang dilukis wajahnya pada sebuah kanvas oleh seorang pelukis istana, Helena juga berada disana menemaninya dengan perasaan sedih, Helena tidak henti hentinya menangis, Justin hanya diam saja tidak bergeming sedikitpun.

Di kamar Noor, saat itu Noor sedang melihat keluar melalui jendela kamarnya, ayahnya panglima Khurasan segera menemuinya dan memanggilnya “Noor !” Noor langsung menoleh begitu mendengar suara ayahnya, Khurasan segera menggeret lengan Noor “Sudah berapa kali aku bilang tidak usah memikirkan pangeran Justin !” bentak Khurasan sambil mengangkat tangannya hendak menampar pipi Noor namun tiba tiba terhenti oleh teriakan Siamak “Berhenti !” Siamak menghampiri mereka berdua “Hati hati, kakek … kalau kamu menyentuh ibuku maka aku akan melupakan siapa kamu ini !” Khurasan dan Noor terperangah mendengar ucapan Siamak

Sushima, Charumitra dan Khalatak sedang berada di atas balkon dan melihat ke halaman dimana sang algojo yang hendak mengeksekusi mati Justin dan Raja Jiraj sedang mengasah pedangnya agar lebih tajam “Siamak akan melihat bagaimana gurunya mati sekarat besok pagi” ujar Sushima dengan perasaan senang “Ini bukan saat yang tepat untuk mendiskusikan hal ini, ini adalah waktunya untuk mengambil keuntungan pada situasi semacam ini, besok aku akan berbicara pada para Brahmana dan mereka akan memaksa Samrat Bindusara untuk menjadikan pangeran Sushima sebagai Raja berikutnya, besok pangeran Justin akan mati dan pangeran Sushima akan mempunyai kehidupan yang baru” ujar Khalatak, sementara Charumitra dan Sushima hanya tersenyum sinis membayangkan apa yang akan terjadi besok.

Siamak sedang duduk di tepi teras istana, Siamak juga sedang melihat sang algojo yang sedang mengasah pedangnya, Siamak merasa sedih, saat itu Ashoka datang menemuinya juga dan duduk disebelah Siamak seraya berkata “Aku tahu, bagaimana perasaanmu sekarang, bagaimanapun juga pangeran Justin adalah gurumu” Siamak teringat ketika Justin membisikkan ditelinga “Kamu harus menjadi Samrat, Siamak ,,, untuk melindungi ibumu” Siamak masih duduk disana dan berkata “Suatu saat nanti aku akan menjadi Samrat Magadha maka aku bisa melindungi ibuku” Ashoka tersenyum “Kamu akan menjadi Samrat yang hebat dan aku akan menjadi panglima perangnya dan kita akan membuat Magadha menjadi semakin kuat !”

Di dalam penjara salah satu prajurit menemui Justin “Pangeran Justin, waktunya hampir tiba” Justin kemudian dimandikan dan diberi makanan dan minuman yang enak enak, setelah selesai mandi Justin sedang menatap makanan dan minuman itu dan teringat ketika Bindusara mengumumkan hukuman mati padanya, ketika Siamak datang menemuinya, Justin menangis pilu, tangannya bergetar ketika hendak menyuapkan makanan itu ke mulutnya, rasanya berat sekali, begitu pula ketika hendak minum, rasanya susah sekali mengambil minuman tersebut, hingga akhirnya bisa diambilnya gelas yang berisi anggur dan meminumnya perlahan.

Dikamar Helena, Helena sedang memandangi lukisan wajah Justin yang telah selesai dibuat, tak lama kemudian salah satu prajuritny menghampiri Helena dan berkata “Rajmata Helena, sesaat lagi pangeran Justin akan segera dieksekusi” ujar prajurit itu kemudian pergi meninggalkan Helena seorang diri, Helena menyentuh lukisan Justin dan menangis pilu.

Bindusara menemui Justin di dalam penjara untuk yang terakhir kali “Apakah kamu punya permintaan terakhir, Justin ?” Justin menatap Bindusara tajam dan mulai menutup matanya, disana dilihatnya Noor yang sedang menangis, Siamak dan Helena kemudian Justin membuka matanya dan berkata “Permintaan terakhirku adalah ibuku lebih baik jangan ada disana ketika aku sedang dihukum mati”, “Itu tidak mungkin karena aku telah memenuhi permintaan ibumu, dialah yang ingin membunuhmu dengan tangannya sendiri” Justin terkejut “Jika ibuku memiliki pemikiran seperti itu maka pasti ada suatu alasan di balik itu semua” Bindusara segera meninggalkannya, Justin memandang kepergian saudara dengan perasaan sedih. Sinopsis Ashoka Samrat episode 118 by Sally Diandra.  

.