Sinopsis Ashoka Samrat episode 116 by Sally Diandra. Di tempat latihan Siamak sedang memegang pedangnya seraya berkata “Aku bangga bila menumpahkan darahku untuk menjadi seorang ksatria, untuk mengikuti jejak nenek moyangku yang agung yang darahnya mengalir dalam pembuluh darahku !” dari kejauhan Helena melihat Siamak dengan tatapan haru dan sedih, Helena teringat bagaimana dulu dia membuat Justin belajar kata kata itu ketika Justin masih kecil, Helena semakin menangis sedih sambil berjalan kearah Siamak, Siamak kaget melihat kedatangan Helena yang tiba tiba duduk berlutut didepannya dan memeluknya erat sambil menangis, tak lama kemudian Helena melepas pelukkannya dan menatap cucunya kandungnya itu, Siamak menghapus air mata yang mengalir di pipi Helena seraya berkata “Jangan takut, karena aku juga tidak takut, aku tidak bisa percaya ketika mengetahui bahwa pembimbingku yang melakukan semua ini, aku tidak bisa percaya dengan semua ini, tangan yang mengajarkan aku bertarung ternyata bisa membunuhku, jangan khawatir aku bersamamu, ibu suri ,,, aku akan menjagamu” Siamak kemudian memeluk Helena yang hanya terdiam sambil memperhatikan Siamak sambil menangis.
Di balai pengobatan istana, Ashoka segera menghampiri ibunya dan memeluknya erat “Ada apa Ashoka ?”, “Kadang kadang aku merasa aku kehilangan ibu” Dharma terkejut sambil melepaskan pelukkannya di Ashoka “Kenapa kamu berfikiran seperti itu ?”, “Memanglah mudah untuk memilih diantara baik dan buruk tapi bagaimana untuk memilih antara baik dan baik ? Hari ini aku baru menyadari apa yang Samrat Bindusara berikan ke Ahenkara itu adalah sebuah tempat untuk tinggal tapi dia merasa seperti dikurung, dia tidak mendapat ijin untuk bertemu dengan ibunya, keputusan Samrat Bindusara itu memang baik dengan menghormati politik yang berlaku tapi Ahenkara tidak bersalah, maka mengapa dia harus mengalami semua ini ? Setelah kematian ayahnya, ibunya pasti akan sangat dibutuhkannya” ujar Ashoka sedih “Ketika kamu bingung maka pilihlah yang sesuai dengan kata hatimu, pikiranmu bisa mempengaruhinya dengan kemarahan tapi hatimu selalu mengatakan apa yang benar dan apa yang terbaik untuk orang lain” ujar Dharma sambil membelai pipi Ashoka lembut “Aku akan membuat Ahenkara bertemu dengan ibunya, aku akan bicara dengan Samrat Bindusara” Ashoka segera meninggalkan ibunya “Aku berdoa semoga kamu tidak kehilangan dirimu sendiri dalam sebuah permainan politik” ujar Dharma sambil memandangi kepergian Ashoka
Helena menemui Bindusara di ruang pribadinya yang saat itu sedang berdiskusi dengan Chanakya “Samrat, aku ingin mengatakan sesuatu” Bindusara dan Chanakya saling berpandang pandangan satu sama lain begitu Helena mengucapkan hal itu “Silahkan, ibu ,,, katakanlah” Helena terlihat tegang “Aku mempunyai satu permintaan, aku bisa mengerti apa yang kamu alami saat ini, aku bisa melihat ketakutan yang ada di mata istri istri dan anak anakmu, apa yang terjadi memang salah tapi aku adalah ibu kandungnya Justin dan bagaimana aku bisa melihat anakku mati sekarat ?” mata Helena berkaca kaca ketika mengucapkan hal itu “Aku juga saudaranya, ibu ,,, aku telah mengambil keputusan ini untuk melindungi Magadha, aku juga sedih dan terluka, aku tidak merasakan penderitaan seperti ini ketika aku bertarung di medan perang, aku bisa mengerti penderitaanku ini tapi tidak di depan kalian semua, aku tidak bisa membayangkan bagaimana malunya menjadi ibu seorang penghianat, dia telah merencanakan semua ini dan kamu tidak bisa mengerti apapun, dia bukanlah saudara yang baik, tidak juga seorang anak yang baik, dia telah melakukan tindakan kejahatan yang begitu besar dan kamu menginginkan aku untuk memaafkannya ? Dia pasti akan mendapatkan hukuman mati !” ujar Bindusara geram “Tidak, Samrat ,,, dengarkan aku dulu, aku ingin memberikan kematian pada seseorang yang pernah aku lahirkan, aku ingin akulah yang membunuh Justin ! Aku akan menghukumnya agar rakyat kita tahu bahwa meskipun aku adalah ibu kandung Justin tapi pada mulanya aku adalah Ratu dan istri mendiang Samrat Chandragupta dan ini adalah rumahku dan jika seseorang mencoba untuk mengacaukannya maka aku tidak akan memaafkannya meskipun dia adalah anakku sendiri” Ashoka yang saat itu berdiri didepan pintu, merasa terkejut begitu mencuri dengar pembicaran mereka, di dalam ruangan Helena menangis, Bindusara segera berdiri dari singgasannya dan mendekat kearah Helena sambil mengatupkan kedua tangannya yang diletakkannya didepan dada “Maafkan aku, ibu ,,, maafkan aku yang telah meragukanmu tapi hari ini kamu membuktikan bahwa kamu tidak hanya seorang ibu tapi seorang malaikat, tidak ada yang bisa mencintai Magadha melebihi cintamu, kamu adalah salah satu contoh untuk semua ibu” ujar Bindusara
Ashoka sedang berjalan jalan di halaman istana dan berkata pada dirinya sendiri “Selama ini aku mempelajari bagaimana seorang ibu melindungi anak anaknya, mereka siap menanggung resiko demi anak anaknya tapi apa yang aku lihat barusan ? Ibu suri Helena malah siapa membunuh anaknya sendiri ? Aku pikir ini bukan saat yang tepat untuk bicara dengan Samrat Bindusara, baginya Ahenkara adalah anak seorang penghianat, jika aku bicara dengan Samrat Bindusara sekarang maka dia akan lebih memperketat penjagaan tapi bagaimana bisa aku membiarkan Ahenkara hidup seperti ini ? Aku harus membuat Ahenkara bertemu dengan ibunya bagaimanapun caranya !”
Di dalam penjara, Justin kedatangan seorang tamu kehormatan yang tak lain adalah adiknya sendiri Bindusara, Justin tertegun ketika melihat kedatangannya “Justin, aku telah belajar dari kamu bagaimana memenangkan sebuah perang, kamu adalah kakakku yang sudah aku anggap seperti ayahku sendiri, aku selalu bangga mempunyai saudara seperti kamu tapi mengapa tiba tiba semuanya berubah sekarang ? Kita selalu makan dalam satu piring bersama sama” Justin teringat masa kecilnya bersama Bindusara ketika dia memberikan makanannya pada Bindusara, sementara ibunya selalu menegurnya karena memberikan makanan itu ke Bindusara “Bagaimana perasaan kasih sayang kita berubah menjadi sebuah kebencian, Justin ? Aku mencoba mencari jawabannya tapi aku tidak bisa menemukan jawaban itu, seorang saudara yang biasanya selalu mengambil resiko dalam kehidupannya untuk menyelamatkan saudaranya yang lain, sekarang telah siap untuk membunuhnya ?” Justin hanya diam saja mendengarkan ucapan Bindusara “Apakah kamu tidak memikirkan ibumu ? Kamu telah menghancurkan semuanya dalam satu kali hentakan ! Jika kamu bertanya padaku maka aku akan memberikan padamu tahtaku, aku telah kehilangan banyak hal gara gara tahtaku ini” ujar Bindusara sedih “Hebat kamu, Bindusara ! Kamu ingin memberikan tahtamu untukku sebagai amal ? Bindusara yang agung ! Katakan semua ini pada seseorang yang mempunyai nilai nilai itu ! Aku telah siap untuk mati dengan kerelaanku, itulah mungkin yang membuat aku tidak berhasil untuk mendapatkan mahkotamu tapi aku telah mengguncang pemerintahanmu ! Dan kamu adalah seorang Raja yang lemah didepan rakyatmu sendiri dan ini adalah kemenanganku, Bindusara !” ujar Justin dengan bangganya “Aku merasa kasihan mendengar ucapanmu itu, Justin ,,, hukuman matimu akan segera ditentukan tapi aku meyakinkan padamu bahwa aku tidak mempunyai perasaan marah padamu, aku memaafkan kamu untuk semua yang telah kamu lakukan padaku, ini bukan karena kamu pantas menerimanya tapi aku mempunyai hak untuk hidup dengan penuh kedamaian” ujar Bindusara kemudian meninggalkan Justin, Justin sebenarnya sedih mendengarkan semua ini tapi dia harus berpura pura menentang Bindusara, ini semua demi ibunya, Helena…Sinopsis Ashoka Samrat episode 117 by Sally Diandra
.