Sinopsis Ashoka Samrat episode 105 by Sally Diandra. Masih di sekolah anak bangsawan, ketika Bindusara hendak memberikan pedang kerajaan Chandragupta Maurya tiba tiba Sushima menginterupsi “Samrat, bagaimanapun juga pedang itu adalah milik kakekku Chandragupta Maurya, maka sebagai cucunya bisakah aku yang memberikan pedang itu untuk Ashoka ?” semua orang yang tadinya terkejut mendengar ucapan Sushima, langsung bernafas lega “Mengapa tidak ?” ujar Chanakya, Sushima maju ke depan dan mengambil pedang itu dari tangan ayahnya dan ketika akan memberikannya pada Ashoka, Sushima berkata “Kamu tidak bisa bertarung dengan serangga dengan menggunakan pedang ini, lalu apa yang akan kamu lakukan ?” Sushima mengejek Ashoka “Kamu bisa saja dengan mudah membunuh tapi akan lebih sulit bila memenangkan sesuatu tanpa membunuh siapapun dan aku mempunyai kemampuan untuk itu” Ashoka membalas ejekan Sushima dengan tersenyum dan dengan terpaksa Sushima memberikan pedang itu ke Ashoka, Ashoka mengatupkan kedua tangannya didepan dada lalu menerimanya sambil menyeringai senang kemudian di letakkannya pedang itu di kaki Bindusara, Bindusara memberikan restunya seraya berkata “Aku sangat bahagia, kamu bisa meminta sesuatu, Ashoka” Ashoka tersenyum sambil membawa pedangnya “Aku akan memintanya pada saat yang tepat, Samrat” kemudian Ashoka berbalik dan mengacungkan pedangnya keatas di depan teman temannya, mereka semua mengelu elukan nama Ashoka sambil menaburkan bunga bunga ke arah Ashoka, sementara Sushima kesal, benci dan marah melihat kebahagiaan Ashoka
Ashoka mendatangi balai pengobatan dimana ibunya berada, saat itu Dharma sedang melakukan pooja untuk Dewa Siwa, Ashoka segera mencari ibunya sambil membawa pedang sang kakek “Ibuuuu !!!!” Dharma terkejut mendengar panggilan Ashoka, Dharma segera menghampiri Ashoka yang berlari kearahnya, Ashoka meletakkan pedang tersebut di kaki ibunya untuk meminta restu, Dharma tersenyum bangga “Ibu, aku telah memenuhi janjiku, Samrat Bindusara telah mengumumkan bahwa aku adalah ksatria hebat dan dia memberikan pedang Chandragupta Maurya padaku” ujar Ashoka sambil berlutut dan menengadahkan wajahnya menatap ibunya, Dharma memberikan restunya seraya berkata “Kamu pantas menerimanya, nak” ujar Dharma sambil mengambil pedang itu dan diberikan pada Ashoka “Pedang ini akan memberikan kesuksesan padamu tapi sebuah senjata bisa menyingkirkan sisi kemanusiaanmu, benda ini bisa membuat hatimu sekeras batu” Ashoka tersenyum “Aku tidak akan membiarkan itu terjadi, ibu ,,, tapi ibu lihat kan musuh seperti apa yang bisa kita berikan hukuman” Dharma menyentuh pipi Ashoka seraya berkata “Sebuah hukuman yang diberikan pada mereka bukanlah sebuah penderitaan akan tetapi hukuman yang sebenarnya adalah ketika kamu berhasil membuat penjahat merasa apa yang telah mereka lakukan itu salah, cobalah sentuh hatinya bahwa dia itu bersalah dan dia mau bertobat, itulah hukuman sesungguhnya” sesaat Ashoka memikirkan sesuatu sambil memegang pedangnya “Jalan yang aku pilih ini sangatlah sulit untuk menghindari kekerasan, bagaimana jika aku menjadi panglima perang dan pergi berperang, itu adalah tanggung jawabku untuk melindungi tanahku dan kekerasan yang terjadi” Dharma kembali memegang pipi Ashoka “Jalan yang kamu temukan saat ini memang beralasan untuk pergi berperang, dilain pihak kamu juga akan menemukan sebuah jalan dimana kamu menghindarinya”, “Bagaimana jika ternyata disana tidak ada cara lain selain melakukan peperangan ?” Ashoka semakin penasaran “Kedamaian itu bisa dibawa tapi itu sangatlah sulit dan kamu bisa memenangkannya hanya ketika kamu membawa kedamaian”, “Baiklah, aku mengerti semua yang ibu katakan” ujar Ashoka sambil memegang lengan ibunya “Ibu mempunyai keyakinan bahwa kamu akan mengikuti jalan yang ibu lakukan selama ini, kamu tidak akan berbuat kekerasan tapi akan membebaskan orang orang dari penderitaan seperti yang kamu lakukan pada ibu ketika kamu lahir” ujar Dharma sambil memegang kepala Ashoka
Pelayan memberitahu Khurasan yang saat itu sedang berdiri di koridor istana kalau Siamak tidak terlihat dimanapun “Dia itu pergi ke gudang, dia sedang menangis sedih disana, ayoo kita lihat kesana” Khurasan bergegas menuju ke gudang bersama pelayan dan benar saja Siamak sedang berada disana, Siamak teringat ketika para prajurit musuh menyerang ibunya di dalam istana yang terbakar itu dan dia tidak bisa berbuat apa apa, Khurasan memasuki gudang sambil memanggil manggil namanya “Siamak ! Siamak !” Siamak bersembunyi di balik kotak dan tanpa sengaja Siamak menyentuhnya hingga menimbulkan bunyi, Khurasan yang tahu kalau cucunya itu sedang bersembunyi, segera menghampirinya seraya bertanya “Apa yang kamu lakukan disini, Siamak ?”, “Mereka akan membunuh kita semua, kakek” Siamak ketakutan “Tidak akan terjadi apa apa, Siamak ,,, kita semua selamat” ujar Khurasan sambil duduk berlutut didepan Siamak “Bagaimana kalau mereka menyerang kita lagi ? Kita ini tidak sekuat mereka” Khurasan tersenyum “Bersikaplah yang wajar, kamu tidak boleh ketakutan seperti ini, kamu ini seorang Khursanni, kamu harus menjadi seorang Samrat, kamu tidak boleh berkata seperti ini, janganlah menangis” Khurasan menyeka air mata yang membasahi pipi cucunya, Siamak juga mengusapnya pelan, kemudian Khurasan mengajak cucunya keluar dari gudang itu. Sepeninggal mereka, tiba tiba Charumitra keluar dari lorong yang ada di gudang tersebut, rupanya Charumitra mendengarkan semua pembicaraan Khurasan dan cucunya, Charumitra tersenyum sinis.
Di kamar Sushima, Sushima sendang ngobrol dengan perdana menteri, tak berapa lama kemudian Charumitra menemui mereka berdua seraya berkata “Kita telah mendapat kesempatan, aku tadi melihat Siamak ketakutan dan Khurasan menemuinya dan mengatakan agar jangan menangis” Sushima kelihatan heran “Aku tidak menyangka kalau dia itu begitu pengecut rupanya” Charumitra tersenyum sinis “Aku tidak menceritakan hal ini pada semua orang, dengan begitu kamu bisa mengejeknya, Sushima ,,, kamu harus membuktikan bahwa kamu itu anak yang pemberani, kamu bisa bertarung dengan segala rintangan yang ada, dengan begitu ayahmu bisa mulai melihat sisi Samrat dalam dirimu, kamu harus menemukan cara siapa yang berada di balik konspirasi ini maka ayahmu akan terkesan padamu, Ahenkara bisa menolong kamu dalam hal ini” Sushima nampak berfikir keras begitu mendengar rencana ibunya.
Dikamar Ahenkara, Ahenkara masih terbaring lemah ditemani beberapa pelayan, Ahenkara masih shock mengetahui konspirasi yang dibuat oleh ayahnya, Sushima menghampirinya, para pelayan segera meninggalkan mereka berdua “Bagaimana kabarmu ?” Ahenkara segera bangun melihat kedatangan Sushima, Sushima duduk disebelahnya “Pernah sekali aku berfikir bahwa kamu akan mengira kalau aku ini penghianat juga tapi kemudian aku sadar bahwa cinta kita lebih kuat dari apapun” Ahenkara terlihat sedih sambil menggenggam tangan Sushima “Aku tidak tahu kalau ayahku terlibat dengan semua ini, aku tidak mengikutinya karena aku pikir lebih baik aku mati daripada berhianat padamu” Sushima memandang kearah Ahenkara sambil melepas genggaman tangan Ahenkara “Apakah kamu tahu siapa yang terlibat dengan ayahmu ?”, “Aku tidak tahu apa apa, jangan curiga padaku, cintaku ini suci” Ahenkara nampak cemas dan kembali menggenggam tangan Sushima “Aku tidak akan mencurigai kamu, aku juga sangat mencintaimu” Sushima memeluk Ahenkara “Kamu akan membawaku pada tujuanku oleh karena itu aku harus menjagamu” bathin Sushima dalam hati
Dikamar Bindusara, Justin sedang ngobrol dengan Bindusara “Samrat, saat ini ibuku masih pingsan, aku tidak tahan melihat dia menderita seperti itu, aku ingin pergi ke Mandir dimana ibuku biasanya berdoa disana, aku ingin berdoa untuknya” ujar Justin cemas “Aku juga mengkhawatirkannya, aku akan menemani kamu” Justin panik “Tidak ! Tidak usah, kamu sangat dibutuhkan disini, kamu harus melindungi Magadha, aku akan pergi sendirian kesana” akhirnya Bindusara mengijinkan Justin pergi seorang diri, Justin segera berlalu dari sana dengan senyum penuh arti
Di kamar Chanakya, Chanakya sedang berdiskusi dengan Radhagupta “Radhagupta kita membutuhkan Vrahmir, dia bisa menceritakan banyak hal pada kita” tepat pada saat itu Ashoka menemui mereka “Salam Chanakya” ujar Ashoka sambil mengatupkan kedua tangannya didepan dada, Radhagupta segera meninggalkan mereka berdua “Ashoka, apakah kamu ingin aku pergi ke Samrat Bindusara bersamamu agar dia bisa menanyakan padaku tentang ayahmu begitu ?” Ashoka tersenyum “Aku memang menginginkan itu juga tapi untuk kali ini aku ingin fokus pada satu permasalahan yang ada, aku merasa ada seseorang dari keluarga kerajaan yang terlibat dengan semua konspirasi ini” Ashoka merasa penasaran “Itu benar, Ashoka ,,, kita harus mencari tahu kebenaran yang ada, Samrat Bindusara juga ingin tahu tentang mereka”, “Aku ingin membantumu dalam permasalahan ini, Chanakya” Chanakya menyeringai senang “Siapa yang kamu curigai, Ashoka ?” sesaat Ashoka berfikir “Satu satunya yang aku curigai adalah ibu suri Helena, kemudian pangeran Justin, ketika aku memikirkan tentang mereka , aku mendapatkan beberapa pertanyaan tentang mereka” Chanakya tersenyum seraya berkata “Caramu menyelamatkan semua orang, aku sungguh sungguh terkesima” ujar Chanakya bangga “Aku berharap aku bisa menjadi seorang penyelamat bagi Samrat Bindusara, kasih sayang yang dia berikan padaku membuat aku ingin menghadapi semua permasalahan dan bahaya sebelum Samrat Bindusara mengalaminya” ujar Ashoka mantap
Chanakya dan Ashoka menemui Bindusara di kamarnya “Samrat, Ashoka ingin mengatakan sesuatu padamu” ujar Chanakya “Samrat, aku telah memberikan nyawaku ini untuk melindungi tanah ini dan untuk ibu pertiwi, rajanya sangatlah penting, untuk itulah aku ingin menjadi pelindungmu” Bindusara tertawa kecil seraya berkata “Kamu itu belum begitu besar, Ashoka” Ashoka heran “Aku telah menyelamatkan kamu juga sebelumnya kan, Samrat ,,, percayalah padaku, aku tidak akan membiarkan bahaya apapun yang akan datang padamu” Bindusara melihat keseriusan dalam diri Ashoka “Tapi itu sangatlah sulit, Ashoka”, “Kamu telah menyebutku sebagai seorang ksatria yang hebat dan tidak ada yang sulit bagiku, kamu berjanji padaku untuk memberikan aku apapun yang aku inginkan, aku menginginkan ini, Samrat” ujar Ashoka serius “Penuhilah janjimu, Samrat” sela Chanakya “Baiklah, mulai sekarang kamu akan selalu bersamaku seperti sebuah bayangan” Ashoka sangat berterima kasih pada Bindusara sambil mengatupkan kedua tangannya didepan dadanya “Inilah jalan bagi Ashoka untuk menjadi seorang Samrat” bathin Chanakya dalam hati… Sinopsis Ashoka Samrat episode 106 by Sally Diandra.
.