Sinopsis Ashoka Samrat episdoe 63 by Jonathan Bay

Sinopsis Ashoka Samrat episdoe 63 by Jonathan Bay. Nicator tiba di istana Magadha. Dia memasuki aula dengan di iringi beberapa pelayan yang membawakan hadiah. Bindu tersenyum ramah menyambutnya, “selamat datang di istana Patliputra.” Nicator menjawab, “aku sangat berterima kasih bahwa anda telah mengundangku untuk hadir di pernikahan cucuku. Waktu berlalu dan aku sudah lama tidak melihat cucuku dan puteriku.” Bindu tersenyum, “aku mengerti, karena itu aku mengundang anda kemari.  Nicator mengataka kalau dia membawa hadiah untukk Bindu, yaitu anggur dan buah kering. Bindu takjub, “anda masih ingat kalau aku menyukai buah kering.” Nicator dengan bersahaja menyahut, “sudah menjadi kewajibanku untuk mengingat apa yang anda suka.” Nicator kemudian menyapa Helena. Helena menghampiri Nicator dan keduanya saling berpelukan. Helena berkata, “aku sudah memnunggu saat saait ini selama bertahun-tahun.” Nicator berkata  kalau dirinya sangat senang mendengar tentang pernikahan Justin. Dia lalu memberikan hadiah pada Justin dan Agni sambil berucap, “aku berdoa semoga kalian berdua selalu berbahagia..”

Sinopsis Ashoka SamratRaja Ji juga menyambut Nicaktor dan mengucapkan selamat datang, “kami dari pihak wanita, seharusnya kami yang memberi anda hadiah.” Nicator menyahut sambil tersenyum, “jangan menganggapku sebagai tamu, tapi sebagai anggota keluarga.” Justin memberitahu Nicator kalau mereka sedang membangun istana baru untuk dirinya dan Agni, “jika anda meresmikannya, maka kami akan menganggapnya sebagai berkah. Tentu saja, jika Samrat tidak keberatan.” Bindu dengan senang hati menjawab, “aku tidak ada masalah.” Perdana menteri berkata kalau hari ini akan tercatat dalam sejarah. Chanakya menimpali, “ini akan di lihat bagaimana perubahan masa depan di buat karena hari ini.” Nicator berkata ada Chanakya kalau dirinya masih ingat segalanya. Chanakya menyahut, “itu bagus! Tidak seharusnya anda melupakan kesalahan yang anda buat.” Nikcator menjawab, “jangan khawatir, aku tidak datang untuk mengulangi kesalahan yang pernah ku buat.” Setelah berbasa-basi, Bindu megajak semua otang untuk makan siang.

Nicator melakukan pooja untuk peresmian pembuatan istana baru. Justin dan Agni saling pandang. Noor kesal melihatnya tapi tidak bisa berbuat apa, karena Khorasan selalu mengawasinya. Helena dan Raja Ji saling lempar pandang dan slempar senyum. Chanakya mengawasi mereka berdua. Sushim duduk berdampingan dengan Ahenkara. Ahenkara berkata, “istnan ini akan menjadi istana terbaik. Orang-orang Ujjain sangat bagus dalam membuat bangunan.” Sushim setuju. Sambil melirik Ahenkara, Sushim berkata, ” orang-orang Ujjain juga sangat cantik.” Ahenkara tersipu. Sushim tersenyum melihatnya. Drupat datang untuk duduk di samping Sushim dan mengatakan sesuatu yang membuat Sushim tersenyum dan menepuk bahunya dengan penuh kasih sayang.

Dharma juga hadir di upacara peresmian istana baru itu. Dia berdiri jauh bersama para pelayan yang lain. Dharma terlihat gelisah. Dia berpikir, “aku harus memberitahu Chanakya bahwa Ashok tahu kalau aku masih hidup.” Dharma melihat Radhagupta dan berpikir untuk bericara denganya setelah upacara pooja.

Setelah ritual pooja selesai, Nicator menghampiri Justin dan berkata, “istana ini akan membawa berkah untuk  hidupmu, Justin…” Perdana menteri berkata pada Chanakya kalau sekarang musuh Magadha terlah menjadi teman tanpa adanya pertumpahan dara, “kenapa anda terlihat tegang, achari?” Chanakya tidak menyahut. Dia hanya mengawasi apa yang ada di depannya. Justin melangkah ke tengah lingkaran di mana batu pertama di letakan ketika kakinya tersandung dan dia hilang keseimbangan. Justin jatuh dengan kepala terantuk batu. Darahnya menitik di batu. Noor yang tanganya telah di pegangi Khorasan sejak tadi, memberontak hingga cekalan tangan Khorasan terlepas dan berkari dengan cepas kearah Justin sambil berteriak, “Justin!” Semua orang terkejut melihat reaksi Noor. Dengan gugup Noor merubah nada suaranya dan bertanya, “kau baik-baik saja, pangeran Justin?” Justin tidak menyahut. Dia berdiri sambil mengusap keningnya yang terluka. Helena dan raja Ji menarik nafas kesal. Agnisika menatap Noor dengan tatapan tidak suka.  Chanakya berkat pada perdana menteri, kalau akhirnya masih ada darah yang tertumpah. Untuk meredakan ketegagan, Helena berkata, “menumpahkan darah adalah tanda yang baik, betul tak ayahanda raja?” Nicator mengangguk setuju. Justin dan Nicator kemudian melanjutkan upacara riual.

Setelah upacara, radhagupta menghampiri Chanakya dan membisikan sesuatu. Chanakya dan Dharma bertemu ditempat yang sunyi di dampingi Radhagupta. Dharma memberitahu kalau Ashok tahu dirinya masih hidup, “tapi aku telah memintanya untuk berjanji agar tidak mengatakan kebenaran ini pada siapapun. Tapi aku takut, Ashok akan mengatakan hal ini pada Samrat Bindusara.” Chanakya berkata kalau dirinya akan membuat Ashok mengerti. Dharma kemudian meninggalkan Chanakya. Chanakya berpikir, “sekarang yang paling penting adalah menenangkan Ashok dulu.”

Ashok pergi di mandir. Dia membunyikan lonceng, lalu menyembah. Kemudian dia membunyikan lonceng lagi dan membalikan badan hendak pergi. Tapi langkahnya terhenti saat melihat Chanakya.  Chanakya mendekati Ashok. Ashok memberinya salam, “aku datang untuk menemui anda.” Chanakya mengangguk, “aku telah mengetahui segalanya dari ibumu.” Ashok berkata kalau dirinya punya satu masalah, “maukan anda membantuku memecahkannya?” Chanakya mengangguk. Ashok berkata, “karena anda aku terpisah dengan ibuku. AKu berjanji di depanmu kalau aku akan memenuhi janji-janjinya. Tapi hari ini, ibuku memintaku berjanji yang aku tidak bisa tepati. Dia ingin aku menganggapnya sudah meninggal, padahal aku tahu dia masih hidup. Aku akan memaafkan anda dari kesalahan anda karena membawaku ke mari. AKu akan menjadi pelayanmu seumur hidupku.. hanya saja, buatlah ibuku mengerti kalau aku tidak bisa memenuhi janji ini. Bujuk dia agar mau membiarkan aku hidup bersamanya. Tolong bantulah aku!” Ashok memohon pada Chanakya. Chanakya dengan berat hati berkata, “aku tidak bisa membantumu.” Ashok dengan kecewa berkata, “kalau orang berkuasa tidak bisa membantuku, maka aku berjanji akan menjadi orang yang sangat berkuasa sehingga orang-orang tidak memerlukan bantuan anda. Aku akan menjadi yang terhebat sehingga aku tidak membutuhkan anda lagi. Tidak akan ada orang yang menderita. Tidak ada anak yang akan menganggap ibunya mati dan semua orang akan mendapat keadilan! AKu akan menjadi sangat kuat!” Dengan perasaan terluka, Ashok meninggalkan Mandir dan Chanakya. Radhagupta mendekati Chanakay dan berkata, “jika seperti ini, Ashok akan semakin membencimu, achari.” Chanakya menyahut, “jika dengan membenci aku dia bisa mendapatkan apa yang pantas dia dapatkan, maka biarkan saja. Aku ingin dia mengikuti takdirnya. Dan aku bisa mengorbankan apa saja untuk itu. Takdirnya lebih penting untuk India.” Chanakya menatap kepergian Ashok dengan terbatuk-batuk. Radhagupta menatapnya dengan cemas.

Ashok pergi ketempat yang sepi. Dia terduduk sedih di bawah pohon. Ashok teringat bagaimana Dharma memintanya untuk berjanji. Sambil menangis sedih Ashok berkata, “kenapa, ma..kenapa?” Bindu dan rombongannya melintas di tempat itu. Dia melihat Ashok dan menyuruh rombongannya berhenti. Bindu mendekati Ashok dan bertanya, “Ashok? Kau baik-baik saja?” Ashok menarik nafas dan meyahut, “aku baik-baik saja, Samrat.” Bindu mengatakan kalau dirinya bisa melihat kalau Ashok sedang tegang. Ashok memberitahu Bindu kalau dirinya punya mmasalah yang tidak bisa di pecahkan. Bindu menyuruh Ashok mengatakan masalahnya. Ashok menjawab, “jika aku mengatakan masalahku pada anda, maka aku akan mengharap solusi dari anda. Dan jika anda tidak bisa memberikan solusi maka aku akan menjadi sedih.” Bindu menyahut, “jika aku tidak bisa memberimu solusi, maka aku akan membantumu melihat masalah itu dari sudut pandang yang lain.” Ashok dengan sedikit ragu bertanya pada Bindu, “jika seseorang yang dekat dengan hati anda meminta anda melakukan sesuatu yang sangat sukar untuk anada, maka apa yang akan anda lakukan?” Bindu menjawab, “jika kau percaya pada orang itu, maka tidak seharusnya kau berpikir, dan lakukan saja apa yang dia minta untuk kau lakukan. Apakah kau percaya pada orang itu?” Ashok terbayang kembali saat bersama Dharma dan bagaimana dia meminta dirinya untukmenganggapnya sudah mati, “tidak, aku tidak percaya padanya. Tapi…”

Bindu menatap Ashok dan berkata, “aku juga pernah bingung seperti dirimu ketika aku seusia denganmu. Ayahku chandragupta maurya membawaku ke atas tebing…~Kilas balik memperlihatkan bagaimana seorang prajurit memohon ampun pada Chandragupta tapi Chadragupta malah memberi panah pda Bindu dan menyuruhnya agar membunuh prajurit itu. Bindu muda bertanya, “kenapa?” Chadragupta menjawab, “jangan tanya alasannya!” ~ Aku tidak tahu apa dosanya, tapi aku percaya pada ayahku. Itulah pertama kalinya aku membunuh orang.” Ashok bertanya, “apa dosa prajurit itu?” Bindu menjawab, “dia membunuh orangtuanya.” Asok bertanya lagi, “lalau kenapa samrat Chadnragupta tidak megatakan alasannya?” Bindu menjawab, “dia ingin menguji kepercayaanku padanya. Dan aku lulus.” Ashok teringat bagaimana Dharma meminta Ashok agar tidak bertanya dan hanya memintanya untuk tidak mengatakan pada siapapun kalau dirinya masih hidup. Ashok tercerahkan. Dengan perasaan lega dia berkata, “aku hilang kepercayaan padanya beberapa saat lalu, tapi kini aku mendapatkannya kembali.” Bindu tersenyum dan berkata, ‘”ayo kita pergi makan siang!” Ashok bingung. Di aberpikir, “kalau aku pergi dengan samrat bindusara.. maka aku tidak bisa bertemu ibuku sebelum kompetisi…”.. Sinopsis Ashoka Samrat episdoe 64 by Jonathan Bay