Sinopsis Ashoka Samrat episode 41 by Jonathan bay. Setelah mengambil berkat dari tanah, ashok berdiri dan melangkah ke halaman Sekolah di mana aktivitas belajar mengajar sedang berlangsung. Ada siswa yang berlatih bertarung, menulis dan berlatih pedang. Ashok tersenyum penuh semangat. Tiba-tiba dia melihat Sushim. Sushim pun melihatnya. Keduanya saling menatap penuh kegeraman. Ashok ingat bagaiaman Sushim mendorongnya dari tebing. Kemarahan Ashok memuncak, tanganya tergenggam. Tapi sebelum dia melakukan sesuatu, bayangan Dharma muncul di depannya dan mengingatkan Ashok agar tidak melakukan kekerasan, “menangi musuhmu dengan cinta, membunuh kemarahan dengan ketenangan, membunuh kebencian dengan perdamaian, ciptakan kesejahteraan dan jangan berkelahi.” Setelah berkata begitu, bayangan Dharma menghilang. Ashok tersenyum damai. Dia menatap Sushim dengan senyum yang sama. Sushim terlihat heran. Lalu Ashok melangkah melewati Sushim tanpa perduli untuk menyapanya.
Siamak melihat Ashok, dengan gembira dia menyapa, “temanku..!” Ashok balas menyapanya dengan kegembiraan yang sama, “pangeran Siamak..” Sushim dengan kesal hendak menghampiri mereka, tapi temannya menghalangi. Pada Ashok siamak berkata, “aku senang melihatmu. Kau tidak akan pergi lagi kan?” Ashok menjawab, “tidak. Aku tidak akan pergi dari sini sejak hari ini karena Samrat mempunyai harapan padaku.” Perbincangan Ashok dan Siamak terganggu oleh teriakan Sushim. Keduanya menoleh. Mereka melihat Sushim sedang bertarung pedang dengan lawannya. Pada lawannya Sushim berteriak, “aku memanggilmu teman lalu kau pikir kau sederajat denganku?” Siamak datang melerai, “apa yang anda lakukan kak Sushima? Hentikan sebelum dia terluka…” Sushim menatap siamak dengan kesal, dia melirik kearah Ashoka yang juga sedang menatap dirinya dengan kesal. Lalu tanpa basa-basi, Sushim mendorong tubuh Siamak, sementara pedangnya mengores tangan lawannya. Lawan Sushim meringis kesakitan. Guru datang, “apa yang terjadi di sini?” Melihat lawan Sushim terluka, guru menyuruh orang membawanya ke klinik. pada Sushim sang guru berkata dengan nada menjilat, “untung aku yang melihat kejadian ini, kalau achari Sristh, sudah pasti dia akan melaporkan ini pada Samrat.” Mendengar teguran Sang guru, Sushim dengan marah pergi dari sana, tanpa perduli panggilan sang guru. Saat lewat di samping Ashok, dia membuang pedang itu di depannya. Hati Ashok terluka melihat ketidakadilan itu.
Chanakya sedang berjalan di lorong istana bersama Radhagupta. Sambil berjalan dia memikirkan tindakan helena yang menjodohkan Justin dengan keponakan raja Ujjain, “ibu suri Helena ingin menikahkan Justin dengan keponakan raja Ujjain, pasti ada alasan lain lagi..” Khorasan berpapasan dengan mereka dan menyapa Chanakya dengan sinis, “anda pasti senang sekarang, achari Chanakya. Samrat telah membawa Ashok kemari. Kenapa anda begitu perhatian dengan anak itu?” Chanakya balas bertanya, “anda kepala tentara magadha dan merasa terganggu oleh seorang anak? Anda seharusnya kosentrasi pada keamanan bukan pada anak-anak.” Khorasan berkata kalau Chanakya tidak bisa menunjuk jari pada hasil kerjanya. Chanakya dengan diplomatis menjawab kalau jari akan di tunjukan bila seseorang membuat kesalahan, “dan anda pasti telah melakukan kesalahan juga. Jangan paksa aku menemukannya kalau tidak itu akan menjadi sesuatu yang tidak baik bagimu.” Setelah berkata begitu Chanakya meninggalkan Khorasan yang masih tertegun.
Para ratu sedang berkumpul. Pelayan membawa ladoo. Charumitra mengambil ladoo itu dan mencicipinya. Charu memuji kalau ladoo itu sangat lezat. Pelayan memberitahu kalau juru masak baru yang mebuatnya. Pelayan itu menawarkan laddo pada Noor dan Subhrasi, keduanya sama-sama mengatakan kalau ladoo itu sangat lezat. Seorang pelayan lain datang memberi kabar kalau akan ada pernikahan di istana. Subhrasi bertanya, “pernikahan siapa Sitara?” Sitara, si pelayan menjawab kalau Justin yang akan menikah. Noor terkejut. Charu bertanya, “pangeran Justin mau menikah? di usia ini?” Subhrasi bertanya menikah dengan siapa? Pelayan memberitahu kalau dia menikahi keponakan raja ujjain, putri Agnisika. Justin menyetujui pernikahan itu begitu pula samrat Bindusara. Noor sangat marah mendengarnya. Charu berkata, “itu sebabnya ibu suri Helena membeli begitu banyak perhiasan, pernikahan itu telah di putuskan sebelumnya.” Subhrasi bertanya kenapa Justin tidak menikah sebelumnya? Noor tersedak dan terbatuk-batuk. Subhrasi segera bangkit membantunya, “kau baik-baik saja?” Noor menepiskan tangan Subhrasi dan pergi dari sana di ikuti pandangan heran. Terutama Charu, “apa yang membuat ratu Noor begitu setelah mendengar berita ini?”
Justin sedang berbincang-bincang dengan prajurit ketika Noor datang dengan wajah marah. Justin menjadi was-was dan segera menyuruh semua orang pergi. Sambil melotot Noor menghampiri Justin. Justin terlihat salah tingkah. Noor berkata, “aku benar-benar tidak menyangka kalau pangeran Justin akan menikah dan aku mendengar kabar ini dari seorang pelayan.” Justin berkata kalau dia ingin memberitahu Noor. Noor menyela, “apa ini yang kau sembunyikan dari aku Justin? kau akan menikah? kau bahkan tidak berpikir untuk memberitahu aku…” Justin hendak menyahut, “tidak Noor..” Noor mendorong tubuh Justin, “katakan Justin…kenapa kau lakukan itu?” Justin mengangkat wajahnya, dia ternampak Bindusara yang saat itu juga sedang memandang kearah mereka berdua..
Di sekolah, guru sedang mengajar. Ashok dan Sushim menghadiri kelas yang sama. Guru sedang berbicara, dan Sushim menyela sambil menunjuk Ashok, “kami saling mengenal satu sama lain. Tapi Ashoka murid baru di sini. Dia bukan berasal ari keluarga bangsawan. maka dia harus mengenalkan dirinya sendiri dengan cara ini keretakan antara anak bangsawan dan anak biasa akan berkurang.” Guru kemudian meminta Ashok memperkenalkan diri. Ashok maju kedepan dan mengenalkan dirinya, “namaku Ashoka. Ibuku meninggal beberapa hari lalu tapi pemikirannya masih hidup dalam diriku.” Sushim bertanya, “bagaimana dengan ayahmu?” Ashok mengatakan kalau di tidak ingin membicarakan ayahnya. Sushim mengejar, “kau tidak mau atau tidak bisa?” Inderjeet menimpali, “apakah ayahmu pergi meninggalkan dirimu dan ibumu atau kau anak yatim?” Sushim dan teman-temanya tertawa mengejek. Ashok menjadi marah. Siamak juga terlihat marah.
Bindu menghampiri Justin dan Noor. Noor masih meminta jawaban Justin. Justin yang melihat kedatangan Bindusara mencoba menjawab secara formal, “ratu Noor, aku sedang menunggu kembalinya Samrat sebab aku tiak bisa menikah tanpa izinnya, benarkan Samrat?” Noor terkesiap begitu tahu Bindusara datang. Justin tersenyum pada Bindu, Bindupun balas tersenyum, “aku tahu kau teman baik Justin. Tapi kalau masalah pernikahan keluarga kerajaan, kita harus membahasnya lebih dulu baru memutuskan. Kau punya hak mengetahuinya. Karena itu kau harus membantu ibu suri menyiapkan pernikahan Justin.” Noor menganggguk dan tanpa bicara apa-apa beranjak pergi meninggalkan Justin dan Bindu. Justin terlihat tegang, tapi Bindu seperti tidak menyadarinya. Dia tersenyum sambil menepuk pundak Justin dengan akrab.
Anak-anak meminta Ashok bercerita tentang ayahnya. Sushim berkata lantang, “mungkin ibunya tidak mengatakan padanya siapa ayahnya atau mungkin ibunya bahkan tidak tahu siapa ayahnya.” Anak-anak kembali tertawa mendengarnya. Ashok menjadi sangat geram dan hendak memukul Sushim ketika guru menghentikannya. Guru berkata, “kau tak boleh memukul anak Samrat yang dengan izinnya kau bisa belajar di sini. Kau belajar di sini, tapi bukan berarti kau pangeran.” Ashok memprotes guru, “kenapa anda menghentikan saya? Tidakkah anda dengar hal sampah apa yang mereka katakan?” Guru membentak Ashok, “kau bicara pada orang yang lebih tua seperti ini? Aku tidak bisa menerima kelakuan seperti ini. jangan menatap mataku. Lihat kebawah dan minta maaflah pada pangeran Sushim kalau tidak aku akan merasa kalau kau telah menghinaku.” Ashok dengan sangat terpaksa akhirnya meminta maaf pada Sushim. Sushim menyuruh Ashok mengatakannya dengan keras, “aku tidak bisa mendengar.” Dengan mata berkaca-kaca menahan marah Ashok meminta maaf lagi. Sushim menyahut, “bagus. Tapi aku masih merasa kalau kau belum menyadari kesalahanmu, jadi minta maaf lah lagi dengan menyebut namaku.” Ashok menurut, dia berkata, “maafkan aku pangeran Sushim.” Sushim menyerigai, “jangan pernah berbicara padaku dengan nada tinggi. Kau pasti datang kesini dengan merayu samrat, tapi aku akan tetap mengingatkan mu akan derajatmu dan bagaimana kau telah di hina hari ini. Kau akan selalu mendapat hinaan setiap hari.” Ashok menangis sedih. Inderjeet berkata, “lihatlah dia menangis!” Anak-anak tertawa terbahak-bahak. Kecuali Siamak yang terlihat sangat marah pada Sushim.
Noor masuk kekamarnya dengan emosi. Semua barang dia buang hingga berserakan. Dia juga membakar selimut tidurnya. Justin menatanginya dan meminta Noor menghentikan aksinya, “Noor…Noor apa yang kau lakukan?” Noor menepiskan tangan Justin dengan marah, “lepaskan aku! Aku mencintaimu. Menempatkan diri dalam bahaya tetapi kau membuang aku. Kau telah mengkhianati aku demi putri Agnisika. Siapa dia? Apa nilainya di hadapanku?”
~Agnisika di perlihatkan sedang menari di sekitar api dengan irama yang rancak dan gerakan-gerakan yang tegas dan kasar. Saat tariannya berhenti, terlihat kalau wajahnya yang cantik menyimpan kemarahan dan kebencian…~
Justin memberitahu Noor kalau Helena memaksanya menikahi Agnisika, “dan aku terpaksa harus setuju demi menyelamatkan cinta kita. Agni bukan apa-apa bagiku. Aku mencintaimu dan akan selalu mencintaimu. Aku akan selalu menghormatimu dan akan membuat agnisika sebagai keset saja.” Noor menyahut, “lalu bagaimana jika suatu saat dia mendapat tahu tentang kita dan melapor pada samrat..” Justin memastikan kalau Agnisika tidak akan melakukan hal seperti itu, “karena kami sudah bicara dengan raja ujjain bahwa dia tidak boleh bicara tanpa izin dariku.”
Di saat bersamaan, Agnisika sedang menari ketika prajurit datang. Agnisika dengan kejam menghunus pedang di leher prajurit itu sambil membentak, “beraninya kau menghentikan tarianku!” Prajurit itu mengatakan kalau raja ujjain yang menyuruhnya. Agnisika membungkam mulut prajurit itu dengan menekan mata pedang ke lehernya.
Noor mengancam Justin, “apa yang kau katakan… dan kalau itu tidak terjadi, maka kau tak akan bisa membayangkan apa yang akan kulakukan. Aku punya satu rahasia yang akan dapat menghancurkan dirimu.” Justin dengan penasaran bertanya, “rahasia apa itu?” Nootrberkata akan memberitahu Justin di saat yang tepat….Sinopsis Ashoka Samrat episode 42 by Jonathan bay