Sinopsis Ashoka Samrat episode 40 by Jonathan Bay. Para ratu sedang bercengkerama ketika pelayan Charumitra datang memberitahu kalau Bindu telah tiba di Patliputra dan Ashok juga datang bersamanya. Mendengar itu para Ratu terkejut. Subrashi bertanya, “Ashok? Bagaimana Samrat bisa bertemu Ashok?” Charu menjelaskan kalau Bindu pergi untuk bertemu Ashok, “aku tidak tahu mengapa samrat sangat perhatian dengan anak biasa.” Subhrasi dengan wajah lugunya balik bertanya, “kalau beliau menyukai anak itu memang apa masalahnya?” Charumitra menyahut, “kau memang lugu, kau tak kan mengerti. Samrat memberikan penghormatan kerajaan pada jasad ibunya dan sekarang membawa anaknya kemari.” Noor berpikir kalau dirinya akan melakukan sesuatu pada Ashok. Charu dan Subhrasi menatapnya dengan penasaran.Kasturi membawa Dharma ke dapur istana dan memperkenalkan pada semua orang di sana. Kasturi memberitahu Dharma kalau tugasnya adalah memeriksa sayuran. Dharma mengangguk. Seorang pelayan datang dan memberitahu kalau Bindusara akan tiba di Patliputra bersama Ashok. Dharma tersenyum senang, “Ashok?” Kasturi mengangguk sambil tersenyum.
Dharma melakukan tugasnya. Para pelayan juga melakukan pekerjaannya masing-masing sambil membicarakan Ashok. Mereka bercerita bagaimana Ashok tiak percaya ibunya meninggal lalu bertekad akan membacakan doa keselamatan untuknya sambil berdiri dengan satu kaki di depan mandir. Mendengar cerita pelayan itu, Dharma menitikan airmata.
Bindu tiba istana Patliputra bersama Ashok. rakyat berteriak mengelu-elukannya. Di belakang Bindu, terlihat Ashoka dan Sushim yang masing-masing mengendarai seekor kuda. Dharma iku hadir di antara khalayak. Dia tersenyum penuh kerinduan melihat Ashoka. Charumitra juga melihat kedatangan Ashok dan berguman panik, “sekrang aku harus menanggung konsekuensi dari kegagalan Sushim. Helena tidak akan membiarkan aku sekarang.” Sedangkan Helena sibuk dengan pemikirannya sendiri, “sekarang aku dapat segera menyingkirkan Bindu dari jalanku..” Sedangkan Justin memikirkan hal lain lagi, karena Bindu sudah pulang, dia merasa tidak akan punya kesempatan untuk memberitahu Noor tentang rencana pernikahannya dia takut Noor akan terluka. Noor merasa curiga bahwa Charumitra sedang merencanakan sesuatu. Sedangkan Subhrasi, memiliki pemikiran yang paling baik diantara semuanya, wajahnya berseri-seri melihat Bindu terlihat bahagia, “sekarang semuanya akan baik-baik saja. Samrat terlihat sangat bahagia. Aku berdoa semoga kebahagiaan selalu bersamanya.” Chanakya juga punya pemikiran sendiri. Dia lebih memikirkan Dharma dan Ashok, “Dharma dewi, lihatlah, setiap kali Ashok di tekan, setiap kali pula dia menunjukan kekuatannya dan bangki melebihi yang lainnya. Andaa masih meragukan nasibnya?” Anak-anak terlihat gembira melihat Ashok.
Dharma pergi ke Mandir. Setelah membunyikan lonceng, dia melangkah mendekati patung dewa, bersimpuh di depannya dan menyampaikan keluh kesahnya, “setiap kali aku kehilangan sesuatu dalam hidup, aku berpikir bahwa ada alasan di balik itu semua itu dan aku selalu pada-Mu. Aku menerima semua situasi berpikir kalau itu adalah keinginanmu. Aku ingin Ashok dekat dengan ayahnya..” setelah merasa lega, Dharma memberikan sembah dan beranjak pergi dari depan patung dewa. Baru beberapa langkah keluar dari puntu Mandir, Dharma mendengar suara Ashok memanggilnya, “Ma…!” Dharma kaget dan menoleh. Dia melihat Ashok memasuki mandir dari arah yang lain langsung menuju ke depan patung dewa. Dharma terkesiap. Ashok tidak melihatnya.
Begiti tiba di depan pantung dewa, Ashok segera menyampaikan keluhannya, “ma… anda pasti bahagia melihatku hidup tanpamu. Aku mencoba untuk hidup tanpamu. Aku tahu jika aku kesal pada dewa anda akan merasa buruk, karena itu aku minta maaf pada-Nya…” Dharma mengintip Ashok dari balik pilar sambil menangis. Ashok menyembah dewa sambil berkata, “maafkan aku dewa, anda mengambil sesuatu yang paling berharga dalam hidupku..ibuku. Karena itu aku marah padamu. Aku akan membutuhkan waktu untuk meredahkan marahku. Ketika kami tinggal di Vann, kami merasa bahagia. Mulai sekarang, aku akan memulai hidup baru. Jika anda ingin aku berdoa pada-Mu, maka kirimkan berkat ibuku padaku dengan cara apapun. Bisakah anda melakukan itu?” Dharma masih bersembunyi di belakang pilar sambil melihat Ashok bersujud di depan dewa. Dia hendak beranjak pergi ketika dupattanya tersangkut di pilar. Dharma menarik dupattanya hingga terlepas. Angin yang timbul dari tarikan dupatta itu menerpa bunga yang ada di atas pillar. Bunga itu jatuh menimpa kepala Ashok. Ashok bangkit dari sujudnya dan tersenyum melihat bunga itu. Ashok segera mengambilnya, mengusap kedua matanya dengan bunga itu, lalu menciumnya. Dharma tersenyum melihat bagaimana berkatnya sampai pada anaknya.
Setelah memberi sembah, Ashok berdiri dan melangkah pergi. Dharma cepat-cepat menyembunyikan diri. Saat akan keluar pintu mandir, Ashok berpapasan dengan Chanakya. Dengan wajah di selimuti kemarahan, Ashok menatap Chanakya. Dharma terlihat cemas. Chanakya sambil tersenyum berkata pada Ashok dengan ramah, “aku senang melihatmu kembali ke Patliputra, nak…” Ashok dengan wajah geram berkata, “aku tidak tahu mengapa anda membawaku kemari saat pertama kali. Tapi kali ini aku datang untuk ibuku.” Chanakya mengatakan kalau tujuannya juga sama. Ashok berkata karena Chanakya membawa mereka kesini maka ibunya harus kehilangan nyawa, “aku tidak mau tahu kenapa anda membawa kami kesini tapi aku tidak akan memaafkan anda. Aku telah menerima kenyataan kalau ibuku telah tiada dan kini aku hanya memikirkan masa depanku saja. Aku mohon padamu jangan ikut campur lagi dalam hidupku mulai sekarang. Aku akan menentukan tujuanku sendiri.” Chanakya tersenyum dan mengangguk. Ashok beranjak pergi. Dharma tertegun di balik pilar melihat apa yang telah terjadi antara Ashok dan Chanakya.
Di pengadilan, Perdana menteri membawa kasus lakshmi, pelayan Subhrasi yang terbunuh kehadapan Bindu. Perdana menteri mengatakan kalau dirinya melihat tanda bekas cakaran di tangan lakshmi, “saya pikir itu pembunuhan. Tapi harus ada alasan di baliknya. Setelah dilakukan penyelidikan, saya mendapati kalau ternyata dia jatuh dari jendela.” Semua terdiam. Bindu bertanya pada Chanakya, “achari, bagaimana menurut anda?” Chanakya menjawab kalau dirinya tidak tahu apa-apa tentang kejadian ini, “aku tidak diberitahu, tidak melihat mayatnya dan juga aku tidak melihat tempat di mana dia jatuh. Jadi aku tidak bisa mengatakan apa-apa samrat.” Bindu menanyai perdana menteri, “apakah anda tidak memberitahu achari, perdana menteri?” Perdana menteri memberi alasan kalau lakshmi hanyalah seorang pelayan jadi dia tidak membicarakannya dengan Chanakya. Chanakya menyela, “masalahnya adalah bukan pada statusnya sebagai pelayan, tapi yang menjadi pertanyaan adalah siapa yang berani melakukan pembunuhan di istana dan bagaimana dia di bunuh. Pasti ini ulah musuh. Cara dewi Subhadrangi terbunuh juga di tampilkan seperti kecelakaan..” Chanakya berkata pada perdana menteri kalau keamanan adalah tanggung jawabnya, “dan anda gagal!” Perdana menteri menyela, “anda meragukan pekerjaan saya, achari?” Chanakya berkata, “aku mempertanyakan anda. Sebuah peristiwa kematian terjadi di istana dan anda mengatakan kalau itu kecelakaan belaka.” Khorasan berdiri dari duduknya dan menyela, “ada apa achari? Akhir-akhir ini anda mulai tertarik dengan masalah orang kebanyakan.” Chanakya menjawab kalau karena masyarakat umumlah maka mereka ada, “ini adalah tanggung jawab kita untuk melindungi mereka.” Bindu menyuruh perdana menteri menyelidiki lagi kasus lakshmi dan bertanya pada menteri kalau ada lagi yang ingin dia sampaikan? Perdana menteri berkata kalau ada lowongan untuk posisi kepala militer. Bindu menyuruh perdana menteri mengurusi masalah pengangkatan senopati baru itu. Mendengar perintah Bindusara, Chanakya berpikir, “kenapa senopati Akramat di pecat? ada apa?”
Sushim memberitahu Charumitra bagaimana Bindusara menempatkan hidupnya dalam bahaya demi menyelamatkan Ashok, “ayah telah membawa Ashok kemari. Apa yang di lihat dari Ashok? Aku akan membunuh Ashok.” Charu melarang Sushim melakukan itu, “aku sedang terlibat masalah, “jangan membuat kesalahan lagi.” Sushim kesal, “lalau bagaimana dengan kemarahanku?” Charu menyuruh Sushim menyalurkan kemarahan paa musuhnya, “jika Ashok curiga kau telah mendorongnya, dia pasti akan mencoba untuk balas dendam. Dia akan menunggumu menyerangnya sehingga dia bisa menunjukan pada samrat kalau kau menentangnya. Ashok temanmu dan kau tidak setia padanya. Jangan memberi kesempatan untuk itu.”
Bindu hendak menutup sidang, ketika Helena muncul dan berkata kalau ada satu topik lagi yang tertinggal. Helena maju kedepan Bindusara dan berkata kalau dirinya ingin berbicara tentang raja Ujjain. Bindu berkata kalau dia baru akan pergi menemui Helena. Helena tersemyum dan menyampaikan kabar gembira yang di bawanya, “raja Ujjain telah mengirimkan lamaran dari keponakannya untuk Justin.” Semua tertegun mendengar kabar itu. Helena berkata kalau Justin sudah menyetujui lamaran itu dan bertanya apakah Bindu senang mendengarnya? Bindu merasa heran, “keponakan raja Ujjain berarti putri dari Shakti Raj yang adalah musuh kita dan aku telah membunuhnya. Bagaimana kalau mereka berencana membalas dendam?” Helena berkata kalau dia sudah menyelidikinya dan tidak melihat ada rencana apapun di belakangnya. Perdana menteri setuju dengan Helena, karena menurutnya pernikahan ini akan menguatkan magadha. Khorasan berkata, “kalau pangeran Justin sudah bersedia, apa guna membicarakannya lagi? Raja Ujjain tahu betapa kuat pasukan kita. Dia tak dapat menentang kita.”
Chanakya yang sedari tadi diam mengeluarkan pendapatnya, “Shakti Raj adalah musuh kita dan pengkhianat..” Chanakya bertanya pada Helena apakah dia tidak bisa mencarikan gadis lain untuk Justin? Helena berkata dia hanya memikirkan kebaikan Magadha, “jika kita menjalin hubungan baik dengan ujjain maka india akan semakin kuat. Dulu anda yang melamarku untuk Chandragupta, saat itu ayahku melawan Magadha dan dengan pernikahanku segalanya berubah.” Chanakya tidak mau banyak komentar lagi, dia menyerahkan keputusan kembali pada Helena, “jika anda sudah mengambil keputusan, lalu mengapa tidak? Silahkan lakukan pernikahan ini.” Bindu pun mengatakan hal yang sama, “jika ibu sudah menyetujui pernikahan ini, maka aku tidak punya masalah.” Bindu kemudian meminta perdana menteri mengirim surat pada raja ujjain, mengundangnya datang ke Magadha untuk mendiskusikan rencana pernikahan itu. Bindupun mengucapkan selamat pada justin yang terlihat tidak bahagia.
Ashok pegi ke sekolah kerajaan. Dia berdiri di halamanya sambil berkata penuh semangat, “aku akan melayani negaraku, tanahku dan ini akan terasa seperti aku sedang melayani ibuku.” Ashok berjongkok, menyentuh tanah dan mengambil berkah darinya… Sinopsis Ashoka Samrat episode 41 by Jonathan Bay