Bila Saatnya Tiba bag 29 by Sally Diandra. Siang itu dikantor Jalal, tiba tiba saja salah satu rekan bisnis Jalal yang bernama Atifa datang ke sana dengan menahan isak tangis dan kegundahan dalam hatinya, tidak biasanya Atifa seperti ini karena biasanya dia selalu riang dan energik bila datang ke kantor Jalal bahkan kadang Atifa selalu to the point kalau ingin mengungkapkan keinginannya, seperti dulu ketika Jalal masih seorang diri sebelum bertemu dengan Jodha, dengan entengnya Atifa mengungkapkan perasaannya ke Jalal
“Jalal, ini sudah tahun ke dua kamu melajang, apakah tidak terbersit sedikitpun dalam benakmu untuk menikah lagi ?”, “Aku masih belum memikirkannya, Atifa” siang itu ketika mereka sedang menikmati makan siang disebuah restaurant tiba tiba saja Atifa mengungkapkan perasaannya “Kenapa, Jalal ? apakah nggak ada perempuan yang pantas untuk menjadi istrimu ?”Atifa terus mencecar pertanyaan ke Jalal “Bukan seperti itu Atfa, tapi aku masih belum ingin menjalin sebuah hubungan dengan seorang wanita” tiba tiba Atifa mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Jalal “Kalau wanita itu sudah lama kamu kenal bahkan menjadi salah satu rekan bisnismu, bagaimana ?” sesaat Jalal tertegun, “Aku mencintaimu, Jalal” ujar Atifa to the point sambil meremas tangan Jalal, namun Jalal tidak membalas genggaman tangan Atifa “Aku mau menjadi pendamping hidupmu, aku mau menjadi tempatmu berkeluh kesah, aku akan membahagiakanmu Jalal, aku janji” , “Tapi aku masih belum bisa berjanji Atifa, masih ingin seorang diri” , “Sampai kapan, Jalal ? sampai kapan kamu akan melajang seperti ini terus ?” Atifa mulai gelisah karena Jalal tidak juga memberikan jawaban yang pasti “Sampai aku jatuh cinta pada seorang perempuan” , “Apakah aku ini tidak pantas untukmu, Jalal ? apa kurangnya aku sehingga kamu tidak bisa mencintai aku ?” , “Atifa, disini bukan soal pantas dan tidak pantas, ini urusan hati, dan hati tidak bisa dipaksa, dan lagi aku sudah menganggapmu sebagai teman, aku harap kamu bisa mengerti” Atifa sebenarnya merasa terluka karena Jalal menolaknya mentah mentah, namun bukan Atifa namanya kalau tidak bisa mendapatkan keinginan, jiwanya yang ambius dalam segala hal mendorongnya untuk bisa memiliki Jalal menjadi miliknya namun dengan halus Jalal selalu menolak Atifa, hingga akhirnya ketika Atifa sudah berada pada titik tertentu Atifa menyerah dan memilih pria lain menjadi suaminya, namun siang ini Atifa datang ke kantor Jalal kembali, Atifa penasaran dengan kabar yang didengarnya bahwa Jalal kali ini telah menikah kembali secara diam diam.
Siang itu dikantor Jalal, Atifa menahan tangisnya didalam dada dan begitu Jalal sudah berada di depannya Atifa langsung menghambur ke pelukan Jalal dan memeluknya erat seakan enggan dilepaskannya, sementara Jalal kaget terperangah tidak percaya, perlahan Jalal melepaskan pelukan Atifa “Atifa … ada apa ?” , “Jalal … tolong aku Jalal, cuma kamu yang bisa menolong aku” dengan isak tangisnya Atifa memohon bantuan ke Jalal, “Ada apa Atifa ? apa yang terjadi ? ayooo …. lebih baik kamu duduk dulu, aku ambilkan air putih yaa biar kamu sedikit tenang” Jalal segera mengambilkan air putih dari dalam lemari esnya kemudian diserahkannya gelas tersebut ke Atifa, Atifa meminumnya perlahan, Jalal memberikan sekotak tissue untuk Atifa, Atifa langsung menyeka pipinya yang basah “Kalau kamu sudah tenang, kamu bisa menceritakannya ke aku, ada apa ?” Atifa yang semula tertunduk dengan derai airmatanya kemudian mendongakkan kepalanya dan memandang Jalal dengan wajah memelas “Aku masih mencintaimu Jalal tapi kenapa kamu mengecewakan aku ? kenapa kamu memilih perempuan lain sebagai istrimu ? apa hebatnya istrimu dibanding aku ? aku harus bisa memilikimu Jalal” bathinnya dalam hati
“Ada masalah apa, Atifa ? apa yang bisa aku bantu ?” Jalal benar benar dibuat bingung dengan sikap Atifa “Aku baru saja bertengkar dengan suamiku, kami bertengkar hebat lalu dia memukul aku Jalal” , “Dibagian mana yang luka Atifa ?” , “Disini dipunggung, memarnya masih terasa hingga sekarang, kejadiannya sudah beberapa hari yang lalu, kemarin ketika aku kesini, kamu nggak ada katanya ada perjalanan bisnis ke London” , “Yaaa … betul aku London kemarin selama seminggu” , “Kamu harus menolongku Jalal, cuma kamu yang bisa membantu aku dalam hal ini karena kalau aku pergi ketempat lain dia bisa menyerang aku lagi” , “Jadi selama ini kamu tinggal dimana ?” , “Aku tinggal di hotel, aku minta perlindunganmu, Jalal … bawalah aku kerumahmu, aku yakin aku akan aman disana” sesaat Jalal terdiam kemudian menghembuskan nafas berat “Atifa … aku sudah menikah” Atifa pura pura kaget mendengarnyaa “Menikah ??? dengan siapa ? kenapa aku nggak diundang ? kamu jahaaaat …” Atifa kesal dengan ucapan Jalal “Aku menikah dengan seorang perempuan yang aku cintai, Atifa … entah mengapa begitu pertama kali aku melihatnya aku langsung jatuh cinta padanya” , “Oh yaa … sampai segitunya lalu apakah dia juga mencintai kamu ?” Atifa terus berusaha mengorek seperti apa perempuan yang beruntung yang dinikahi Jalal “Tidak, awalnya dia tidak mencintai aku, perjuangan mendapatkan cintanya cukup berat hingga berdarah darah” Jalal berusaha mencairkan suasana dengan bercanda “Aaah Jalaaaal …. kamu lebay tapi akhirnya dia mencintai kamu kan ?” Jalal langsung mengangguk mantap “Aku sangat mencintainya Atifa” , “Siapa namanya ?” Atifa semakin penasaran “Jodha … itu dia” Jalal langsung menunjuk ke lukisan sosok Jodha yang sedang menari Bali yang terletak didinding depan sofa yang mereka duduki, Atifa langsung memperhatikan lukisan tersebut dari tempat duduknya kemudian Jalal menunjukkan foto Jodha yang lain yang telah dibingkai ketika mereka berdua sedang di London, dari foto itu dengan jelas Atifa bisa melihat Jalal sangat mencintai istrinya dimana Jalal memeluknya dari belakang dengan mencium pipinya sementara ekspresi wajah Jodha yang kaget dengan mimiknya yang lucu. “Istrimu cantik … dia sangat beruntung, apakah dia penari ?” , “Iyaa … dia seorang penari, pertemuan kamipun ketika dia sedang menari” , “Aku bahagia Jalal karena akhirnya kamu bisa mendapatkan seseorang yang bisa berbagi suka dan duka denganmu, tapi tidak seperti aku” kembali Atifa sedih dengan wajah yang pura pura dibuat sedih, Atifa langsung nangis bombay sambil merebahkan kepalanya dibahu Jalal, Jalal tertegun dan tidak tahu harus berbuat apa, Jalal benar benar bingung dengan Atifa apalagi ketika dia terus mendesak untuk tinggal dirumah Jalal, bagaimana dia harus menjelaskan semua ini ke Jodha ?
Sementara itu, siang itu Jodha sendiri sedang sibuk mengajar menggantikan pak Khaibar dosennya yang ngajar mata kuliah sejarah Eropa, “Bagaimana Jodha ? kamu suka mengajar ?” begitu kelas bubar, pak Khaibar langsung mendekati Jodha “Yaaa untuk permulaan bisa dikatakan lumayan, pak … lumayan grogi maksudnya” pak Khaibar langsung tertawa terbaha bahak “Kamu ini lucu juga, oh ya bagaimana kalau kita makan siang sambil membahas materi apa lagi yang harus kamu ajarkan besok ?” pak Khaibar sangat berharap Jodha mau memenuhi undangannya “Aduuuh harus siang ini ya, pak ? sayang sekali tadi saya sudah janjian dengan Moti sahabat saya, maaf sekali, pak … bagaimana kalau lain waktu saja ?” , “Baiklah tapi bagaimana dengan materi yang untuk besok ?” , “Hmm … besok pagi saja, pak … saya akan ke kampus pagi pagi, bagaimana ?” sesaat pak Khaibar terdiam “Baiklah, besok pagi atau nanti malam bagaimana ? kita bisa ketemu dimana dirumahmu atau makan malam dimana gitu ?” Jodha sedikit tercengang “Hmm … jangan nanti malam, pak … saya mau pergi sama Moti mungkin sampai malam, biasa perempuan” Jodha berusaha untuk tidak menyakiti perasaan Pak Khaibar “Baiklah, tidak ada pilihan lain, saya menyerah … saya tunggu kamu besok pagi” , “Siap pak ! saya permisi dulu” pak Khaibar langsung mengangguk dan Jodha segera berlalu dari sana. Jodha bergegas menuju ke kantin dimana Moti sudah menunggu disana, belum sampai dikantin kembali langkah Jodha terhenti oleh beberapa mahasiwa yang tadi ada dikelas yang Jodha ajar “Jodhaaa !” , “Ada apa Murad ?” , “Aku suka kamu jadi asdos pak Khaibar karena dengan begitu nilaiku nggak jeblok lagi” , “Yup ! kalo kita mau tanya tanya soal mata kuliah pak Khaibar juga bisa kan ?” pinta Danial teman Murad, Jodha menghela nafas panjang “Kalau kamu Qutub, kamu mau apa ?” , “Hehehehe … kalau aku mau liat kamu aja, liat kamu ngajar seperti tadi, bikin aku semangat masuk kampus, swear !” ujar Qutub, “Hmmm … kalian ini yaaa, mau belajar atau cuma main main ?” Jodha langsung pasang muka cemberut “Tapi jujur Jodha, kita lebih seneng diajar kamu ketimbang Mr. Killer Khaibar itu !” , “Huss !! ngaco kamu, udah aaah … aku pergi dulu yaa” , “Silahkan tuan putri, tapi jangan lupa bantu kami lhooo … “ , “Bereesss !” Jodha langsung berlalu dari kerumunan mereka.
Dari kampus Jodha dan Moti langsung meluncur ke sebuah toko buku yang satu tempat dengan cafe, kebetulan mereka berdua mau hunting buku disana, begitu masuk ke dalam tempat tersebut tanpa diduga diujung cafe, Jodha bisa melihat dengan jelas Syarifudin suami Bhaksi sedang bersama dengan seorang wanita yang usianya sepantaran dengan Jodha, sepertinya anak mahasiswa juga cuma dari cara mereka ngobrol terlihat akrab dan intim bahkan tak jarang Syarif merangkul bahu dan mencium rambut si gadis tersebut “Jodha, ayooo … kita masuk !” Moti langsung menggeret lengan Jodha, namun Jodha segera mengelak “Bentar Moti … aku mau ketemu sama iparku dulu” Moti keheranan melihat ulah Jodha, dilihatnya Jodha sedang menghampiri seorang pria yang sedang asyik berduaan dengan seorang perempuan. “Selamat siang Syarif … apa kabar ?” sesaat Syarifudin terbelalak begitu melihat Jodha didepannya … Bila Saatnya Tiba bag 30 by Sally Diandra