Takdir bag 37 by Tahniat. Benazir tersenyum sinis dan berkata, “kau mungkin telah merebut Jalal dariku, tapi kau tak kan bisa membuat dia melupakan kenangannya bersamaku. Setelah apa yang kami lakukan semalam….” Jodha menatapnya tak berkedip dengan rasa ingin tahu, “apa yang kalian lakukan semalam?” Benazir tertawa dan bertanya, “benarkah kau ingin tahu?” Jodha ingin mendengarnya, tapi takut. Maka cepat-cepat dia menggeleng , “tidak! Aku…aku..tidak perduali apa yang kalian lakukan. Aku hanya ingin tau, apa tujuanmu menemuiku.”
Benazir dengan senyum licik menyahut, “aku hanya ingin memberitahumu, Jalal tipe pria yang tidak akan pernah bisa mencintai wanita. Dia mungkin menyukai seorang wanita dan tergila-gila padanya, tapi bukan mencintainya. Dan itu biasanya tidak akan bertahan lama. Dan pernikahan… pernikahan tidak akan dapat mengikatnya. Wanita hanyalah permainan baginya. Ketika dia suka maka akan di puja, tapi begitu dia bosan, dia akan mencampakannya. Sudah banyak wanita yang merana karena mengharapkan cinta Jalal. Dan aku tidak ingin kau menjadi yang berikutnya.” Benazir menatap Jodha dengan tatapan menaksir, “saat ini dia mencampakkan aku, menyuruhku pergi dari hidupnya. Tapi seperti yang sudah-sudah… aku yakin dia akan mencariku lagi setelah bosan denganmu.” Jodha terpukul mendengar kata-kata Benazir tentang Jalal. Tapi dia sekuat tenaga dan sedaya upaya berusaha menyembunyikan perasaannya. Dia tidak ingin terlihat lemah dan terpengaruh oleh kata-katanya. Dia harus tegar.
Sambil tersenyum Jodha menyahut, “mungkin itu benar. Aku juga tidak berharap dia mencintaiku. Apakah dia tidak mengatakan padamu kenapa dia menikahiku? Kalau kau tahu, kau pasti tak merasa perlu repot-repot datang kesini untuk memberitahuku. ” Benazir terlihat sedikit kaget dengan reaksi Jodha. Dia sama sekali tidak menyangka, kalau Jodha tidak terpengaruh oleh kata-katanya tentang Jalal. Padahal sebelum nya dia mengira kalau Jodha pasti akan bersedih dan mengusirnya sambil marah-marah. Dan yang paling di harapkan Benazir adalah Jodha akan kabur meninggalkan Jalal. Karena itu adalah harapan satu-satunya agar Jalal bisa kembali kedalam pelukannya. Kalau Jodha kabur, Jalal akan sedih dan Benazir akan datang untuk menghiburnya. Tapi karena sambutan Jodha di luar dugaannya, Benazir tidak tahu harus bagaimana.
Benazir ingat apa yang di katakan Jalal malam itu, ketika dia secara tidak langsung mengusirnya dari rumahnya dengan mengantarnya menginap di hotel. Jalal dengan sepenuh hati mengatakan kalau dirinya telah menemukan pendampingi hidupnya, Jodha. Dia sangat mencintai wanita itu dan meminta Benazir agar tidak mengganggunya lagi demi kenangan mereka. Karena di hati Jalal kini hanya ada Jodha, tidak ada tempat untuk perempuan lain. Dan ketika Benazir merayu Jalal dan mengajaknya bercinta, Jalal menolaknya dengan alasan sekarang dia tidak ingin lagi menyentuh wanita lain selain Jodha. Dan Benazir merasa terhina oleh penolakan itu. Tidak ada seorang pun pria yang pernah menolak Benazir selama ini, baru Jalal saja. Dan Benazir menyukai Jalal, lebih dari pada pria-pria lain yang ada dalam hidupnya. Karena itu dia bersusah payah ingin merebut jalal kembali. Dengan memutuskan menemui Jodha untuk meracuni pikirannya. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Jodha tidak terpengaruh oleh kata-katanya.
Lalu dengan halus Jodha mengusir Benazir, “Maaf, aku harus pergi kerumah ibu, kalau kau ingin bertemu Jalal, dia ada di kantornya. Atau kalau kau ingin menunggunya di sini, aku tidak keberatan.” Benazir tersentak mendengarnya. Tapi bukan Benazir kalau tidak bisa mengatasi situasi seperti itu, dengan seulas senyum dia menyahut, “tidak usah. Aku akan pergi sekarang, pesawat ku sudah menunggu. Aku ke sini hanya untuk memperingatkanmu saja. Karena aku kasihan padamu. Dan tak ingin melihatmu menderita..” Jodha balas tersenyum ramah, “terima kasih atas perhatianmu. Tapi itu tidak perlu. Aku tidak akan menderita karena Jalal. Dan aku sudah tahu, pria seperti apa dia.” Lalu tanpa menunggu di usir dua kali, Benazir segera pergi meningglkan Jodha.
Setelah kepergian Benazir, Jodha terhenyak di sofa. Dengan sedih dia memikirkan semua kata-kata Benazir. Ada penyesalan dalam hatinya karena tidak bertanya apa yang di lakukan Benazir bersama jalal malam itu. Dia sangat ingin tahu dan ingin bertanya, tapi harga diri melarangnya untuk melakukan itu. Dia tak ingin orang lain tahu perasaannya terhadap Jalal. Kalaupun dia harus menderita karena cintanya pada Jalal, dia tidak ingin orang lain tahu.
Jodha telah berencana untuk pergi kerumah Hamida Bano untuk memberikan oleh-oleh yang di belinya khusus untuk Hamida di KL. Pada Moti dia tidak mengatakan akan pergi kemana, dia hanya bilang kalau dirinya akan keluar itu saja. Moti juga tidak bertanya. Dengan menumpang Taksi dia pergi kerumah hamida. Hamida yang saat itu sedang sendirian di rumah menyambutnya dengan gembira. Mertua dan menantu itu saling melepas rindu dan berbincang-bincang tentang banyak hal sampai lupa waktu. Karena hari sudah mulai larut, Hamida melarang Jodha pulang. Hamida menyuruh Jdoha menunggu Mr Khan, dia dan Mr Khan yang nantinya akan mengantar dia pulang. Untuk mengisi waktu, Jodha membantu Hamida menyiapkan makan malam.
Sementara itu, Jalal yang sudah pulang kerja segera mencari Jodha di kamarnya. Tidak menemukan Jodha, jalal memanggil pembantunya dan bertanya. Karena tidak ada seorangpun dari mereka yang tahu Jodha pergi kemana, jalal menjadi marah. Apalagi mendengar cerita Moti kalau Benazir datang menemui Jodha. Perasaan jalal menjadi tak menentu. Dia tidak tahu apa yang di katakan Benazir. Tapi dia bisa menduga kalau itu pasti bukan hal baik karena Benazir menemui Jodha tanpa sepengetahuannya. Jalal menjadi resah. Dia tahu, Jodha mulai menaruh hati padanya. Dia takut Jodha salah sangka dan cemburu buta lalu kabur dari rumah. Di sela-sela kebingungannya, Jalal teringat untuk menghubungi handphone Jodha sambil berdoa semoga Jodha membawa Hp nya. Hatinya merasa lega ketika dari seberang sana terdengar suara Jodha.
Jodha mendengar handphonenya berdering segera mengangkatnya. Dia mendengar suara Jalal. Hamida menatap Jodha dengan penuh harap. Meski dia tidak mengatakannya, Jodha tahu betapa Hamida merindukan Jalal. Tapi Jalal tidak akan mau datang menemuinya dengan sukarela. Untuk itu, Jodha sengaja bersandiwara dengan mengatakan kalau dirinya tidak berani pulang, karena sudah malam dan akan menginap di rumah Hamida. Mendengar itu, jalal berteriak marah. Jodha tidak mengubrisnya dan menutup panggilan begitu saja.
Jodha, Hamida dan Mr Khan sedang menikmati makan malam ketika bel pintu berdering. Jodha menduga kalau yang datang Jalal, karena itu dia meminta pada hamida agar di izinkan membuka pinttu untuknya. Benar saja, begitu pintu di buka, Jalal berdiri di depan pintu dengan tatapan marah. Jodha pura-pura tidak mengetahuinya. Jodha mengajak Jalal makan malam bersama mereka. Jalal menolaknya. Tapi melihat Hamida sudah mengambilkan nasi untuknya, dan melihat tatapan memohon dari Jodha, Jalal dengan sangat terpaksa ikut makan malam besama mereka. Begitu selesai makan malam, setelah Jodha membantu Hamida beres-beres, Jalal segera mengajak Jodha pulang. Pada Hamida, Jodha berjanji akan sering-sering datang kemari. Hamdia sangat senang mendengarnya. Dan mencium kening Jodha.
Selama dalam perjalanan Jalal hanya diam saja. Jodha yang lebih dulu berkata, “aku tahu kau marah, aku pergi kerumah ibu tanpa izin darimu. Tapi selain ibumu, dia adalah mertuaku. Dan dia sangat merindukanmu. Apa yang membuatmu mengabaikannya?” Jalal tidak menjawab. Wajah kerasnya fokus menatap jalan raya. Jodha menyentuh lengan Jalal. “Jalal….” Jalal melirik kearah Jodha dengan tajam, “kau tidak seharusnya memanggilku dengan nama, Jodha.” Jodha dengan pura-pura menyesal menepuk jidatnya, “hai bhagwan… maafkan aku, aku lupa.” Lalu dengan lembut, Jodha memanggil jalal “ De…” Jalal bertanya dengan rasa ingin tahu, “kenapa memanggilku ‘de’?” Jodha sambil tersenyum menjelaskan, “aku memanggilmu dear… tapi ku singkat de…” tiba-tiba Jodha teringat bagaimana Benazir memanggil Jalal dengan panggilan ‘dear’. Hatinya jadi cemburu. Tambah lagi dia teringat kata-kata Benazir tadi siang..hatinya jadi sakit. Jodha menoleh kearah Jalal dan berkata, “Benazir tadi datang kerumah. Dia memberitahuku tentang sesuatu yang di lakukanya bersamamu malam itu…” Mendengar itu, Jalal mengerem laju audinya tiba-tiba dan meminggirkannya di bau Jalal. Perasaan Jodha menjadi tidak enak. Dia punya firasat tidak baik. Jalal tidak suka kalau tindakannya di pertanyakan. Seperti yang terjadi semalam, ketika jalal sangat marah karena Jodha mencemburuinya. Atau yang terjadi ketika mereka baru menikah. Ketika Jodha mempertanyakan perlakuannya pada Hamida. Waktu itu dengan marahnya, Jalal menurunkan Jodha di pinggir Jalal.
Mengingat itu, hati Jodha berdebar-debar tak karuan. Dia merasa binggung dan takut. Apakah kali ini Jalal juga akan menurunkannya di pinggir jalan? Takdir bag 38