Bila Saatnya Tiba bag 9 by Sally Diandra

Bila Saatnya Tiba bag 9 by Sally Diandra. Keesokan harinya, ketika matahari mulai berani masuk kedalam kamar hotel 505 dan membiaskan sinarnya yang berwarna kuning keemas emasan, Jodha merasakan silau sinar matahari dipelupuk matanya, dikerjap kerjapkannya matanya sesaat, namun ketika dilihatnya ruangan tempatnya tidur bukanlah kamarnya, Jodha baru sadar kalau saat ini dia tidak sedang berada kamarnya “Dimana aku ? kenapa aku ada ditempat ini ?” tak lama kemudian Jodha langsung melihat kebalik selimut “Siapa yang membuka semua bajuku ini … dimana aku ?” Jodha panic “Apa yang aku lakukan semalam ? kenapa aku tidak ingat sama sekali ? aku hanya ingat aku sedang minum cocktail bareng Reesham dan Zakira ! dimana mereka ?” baru kali ini Jodha tidak bisa mengingat apapun yang terjadi pada dirinya sendiri, Jodha bingung apalagi diruangan itu tidak ada siapapun yang bisa diajaknya untuk bertanya, namun tiba tiba dari arah kamar mandi terdengar suara pintu dibuka, Jodha semakin panic, apalagi dirinya belum mengenakan bajunya, Jodha langsung membungkus dirinya dengan selimut tebal yang sudah melilit tubuhnya dari tadi, rasanya sudah tidak ada waktu baginya untuk mengenakan baju, namun ketika dilihatnya sepatu ketsnya berada tepat dibawahnya, segera diambilnya kedua sepatunya tersebut dan ketika muncul sesosok laki laki dari arah kamar mandi dengan hanya dibalut handuk dari pinggang kebawah sambil menggosok gosokkan rambutnya dengan handuk yang ditutupinya dikepalanya, Jodha langsung berfikir inilah kesempatan yang tepat baginya untuk menuntut balas “Plaaakkk !!!!” lemparan sepatu kets Jodha tepat mengenai sasaran kearah kepala pria tersebut “Aduuuhhh !!!” pria itu mengerang kesakitan kemudian membuka handuk yang menutup kepalanya, sesaat Jodha terperangah karena ternyata yang berdiri didepannya saat ini adalah Jalal “Kamu ????” Jodha sangat kaget begitu tau Jalal lah yang membawanya ke tempat ini, Jalal bukannya marah gara gara lemparan sepatu kets Jodha, dia malah tertawa kecil “Kamu sudah bangun rupanya ?” senyum nakal Jalal mulai menghias wajahnya “Kamu apakan aku ???” bentak Jodha tiba tiba mencoba mencari jawaban dari mata laki laki menjijikan ini , “Aku apakan ??? bukankah kita sama sama menikmatinya, Jodha ?”

ss bila saatnya tiba 12Jalal tersenyum menang sambil mengambil kemeja dan celana panjangnya kemudian kembali ke kamar mandi, “Tidak mungkin ! itu tidak mungkin ! katakan ini semua hanya sandiwaramu, Jalal !’’ teriak Jodha sekeras mungkin, sesaat kemudian Jalal keluar dari kamar mandi lengkap dengan celana panjang dan kemeja yang belum dikancingnya sehingga dadanya yang bidang terpampang dengan jelas didepan Jodha, namun Jodha tidak menggubrisnya, amarahnya yang tak terbendung seakan akan ingin mencabik cabik muka Jalal yang menjijikan “Kau apakan aku, Jalal ?” , “Harus berapa kali aku katakan, Jodha … semalam adalah malam yang indah untuk kita berdua, apakah kamu tidak ingat ? semalam kamu sangat menikmati setiap sentuhan yang aku berikan” goda Jalal dengan matanya berbinar binar terang, “Tidak mungkin ! itu tidak mungkin ! kamu bajingan ! brengsek kamu !!!” kembali Jodha melempar sepatu ketsnya kearah Jalal, namun Jalal mampu mengelaknya dengan cepat “Tidak kena ! kali ini lemparanmu meleset sayang” , “Kamu jahaaattttt !!!! kamu bajingan ! brengsek !” teriak Jodha, Jodha tidak terima diperlakukan seperti ini oleh Jalal, “Yaaa ucapkan semuanya Jodha … keluarkan semua sumpah serapahmu itu, biar kamu puas !” ujar Jalal sambil mengenakan sepatunya sendiri, “Dan asal kamu tau … ini adalah hadiah atas semua kesombonganmu ! aku puas ! terimakasih untuk malam yang indah yang kamu berikan untukku sayang …. dan kalau kamu meminta aku untuk menikahimu karena hal ini … walaupun kamu bilang aku bajingan, aku brengsek yaa aku terima, aku memang seperti yang kamu katakan tapi walaupun aku brengsek … aku tidak akan lepas tangan Jodha …. kamu bisa mengandalkan aku untuk itu, aku tetap akan bertanggung jawab terhadapmu, aku janji’’ ujar Jalal sambil memasang senyum killernya dan bersiap hendak pergi meninggalkan Jodha, Jodha hanya menatap Jalal dengan pandangan yang nanar, “Terima kasih untuk semalam, kamu jadi kelihatan tambah cantik ketika kamu marah seperti ini … aku suka … see u soon” ujar Jalal sambil mendekati Jodha dan memegang dagu Jodha, namun Jodha segera memalingkan muka dengan amarahnya, Jalal hanya tersenyum nakal “Maafkan aku, Jodha … aku hanya ingin meruntuhkan kesombonganmu selama ini dan saat ini kamu sudah bisa merasakan apa yang aku rasakan kemarin dan aku puas !” bathin Jalal, tak lama kemudian Jalal berlalu meninggalkan Jodha.

Sepeninggal Jalal, Jodha masih termangu diatas tempat tidur, kalau seandainya tadi dia sudah mengenakan bajunya, sudah gatal tangannya untuk membanting Jalal hingga minta ampun tapi Jodha malah tidak berdaya didalam hatinya bergejolak beribu perasaan dari rasa marah, muak , benci, jijik, kesal, sedih, bingung, gelisah semuanya bercampur menjadi satu, dengan balutan selimut ditubuhnya Jodha bergegas masuk ke kamar mandi kemudian dibukanya kran air yang memancur dari atas, segera dibasahi tubuh dan rambutnya, digosoknya lengannya, mukanya , bibirnya keras keras, seakan akan Jodha ingin menghilangkan semua bekas sentuhan Jalal ditubuhnya yang dia sendiri tidak tahu bagian mana yang disentuh … Jodha teringat akan ayahnya yang sedang terbaring lemah dirumah sakit, kemudian Jodha duduk bersimpuh dilantai dan ditelungkupkan wajahnya kedalam lututnya sementara pancuran air dari dalam keran dibiarkannya menghujani tubuhnya, Jodha menangis sejadi jadinya, baru kali ini dia merasa menjadi wanita yang paling bodoh, yang tidak bisa menjaga harga dirinya sendiri, lalu apa yang akan dia katakan pada kedua orangtuanya, bagaimana dia bisa menatap mata Suryaban, kekasihnya ? haruskah dia menikah dengan Jalal ? laki laki yang jelas jelas telah menginjak injak harga dirinya yang selama ini dia agung agungkan, Jodha tidak percaya kalau semalam dia terlena begitu saja dalam pelukan Jalal, rasanya ada yang tidak beres, kemudian Jodha mendongakkan kepalanya, disekanya airmata yang membasahi pipinya “Kuncinya ada di Zakira dan Reesham, mereka saksi kunci utama !” bathin Jodha , “Aku harus mencari tahu apa yang terjadi semalam pada diriku ini !” bergegas Jodha segera mematikan air keran tersebut dan diambilnya handuk yang sudah tersedia disana, kemudian segera dia mengenakan kaos, celana jeansnya dan sepatu ketsnya sambil menyambar tasnya dan segera berlalu dari kamar maut tersebut. Tujuannya yang pertama adalah Moti, Jodha merasa harus menceritakan semuanya ke Moti, paling tidak untuk mengurangi beban derita yang sedari tadi menghimpit dadanya, “Apa kamu yakin kamu telah melakukannya, Jodha ?” itulah kata pertama Moti bergitu mendengar ceritanya, “Aku nggak tau, Mo … aku nggak sadar, aku sendiri nggak merasa melakukan itu semua, aku nggak ingat apa apa, aku nggak tau apa yang terjadi tadi malam !” ujar Jodha geram. “Tenang, Jo … tenang … memang ada baiknya kalau kita tanyakan hal ini pada Zakira dan Reesham, paling tidak mereka bisa memberikan jawaban kenapa tiba tiba kamu bisa bersama Jalal” Jodha langsung setuju, tak lama kemudian mereka sudah mendatangi apartemen Zakira, namun di parkir basement Jodha nggak melihat mobil Zakira parkir disana yang biasanya langsung bisa dikenali dari warna nya yang merah menyala “Sepertinya Zakira nggak ada diapartemen, Mo” Jodha langsung menunjuk deretan mobil yang berjejer disana “Nggak ada salahnya kita coba, ayook … kita lihat ke atas” namun benar apa yang Jodha duga begitu sampai didepan pintu apartemen Zakira, Moti berusaha berulang kali memencet bel didepan pintu apartemen Zakira, namun Zakira tidak juga memunculkan batang hidungnya. Jodha segera memutar otaknya untuk segera pindah dari sana dan menuju ke sanggar tarinya, sesampainya disana ,,,, Jodha segera mencari cari Reesham, siapa tau bisa ditemukannya orang yang menjadi saksi utama untuk peristiwa semalam tapi sekali lagi aneh … Jodha tidak bisa menemukan Reesham disana, mereka semua seperti hilang lenyap ditelan bumi, seketika itu juga Jodha sudah hampir putus asa tapi begitu salah satu temannya mengatakan untuk mendatangi ke rumah Reesham, harapan Jodha kembali muncul, setelah mendapat informasi Jodha bergegas mengunjungi rumah Reesham.

Saat itu hari sudah siang, matahari sudah naik diatas kepala, teriknya membuat kulit terasa sakit bila tersengat, Jodha dan Moti sudah sampai dirumah Reesham, Reesham yang sudah tahu kedatangan Jodha terlihat tenang tenang saja begitu melihat Jodha, seperti tidak ada suatu masalah apa pun “Tumben siang siang gini yeee kemindang kerumsye aqiqa weceee … what’s going on ?” tanya Reesham sambil membawakan sebotol air putih dengan dua gelas untuk tamunya itu, “Reesham, aku kesini mau nanya sama kamu, tolong kamu ingat baik baik dan jawab terus terang padaku, karena aku yakin cuma kamu yang bisa menjawab semua teka teki ini” , “Iiiih puting beliung deh weceee … ngomong aja sampe diputer puter, to the point, emang yeee mau ngomong soal aposeee ?” , “Soal semalam, tolong katakan padaku Reesham … apa yang terjadi padaku semalam ? kenapa tiba tiba aku tidak ingat semuanya dan anehnya lagi kenapa tiba tiba aku ada didalam sebuah kamar bersama Jalal ? karena yang aku ingat terakhir kali aku minum es cocktail yang kamu berikan untukku” , “Aduuuh … weceee , yeee gemindang deeeeh, semalem itu kan yeee mau pulang, trus pas itu ada mister Jalal, mister Jalal nawarin yeee tumpangan trus yeee mau, yaaa sutraaa ,,, aqiqa cuma taunya sampai situ aja, yang lain mana gue tau …weceee, emangnya apossse weceee … bentar bentar yeee sekamar ama Mister Jalal ???? ,,, uuuuuuhhhh ?” repet Reesham penasaran, padahal pada kenyataannya Reesham tau banget apa yang terjadi pada Jodha tadi malam “Kalau Jodha bertanya padamu, tidak usah libatkan dirimu lebih jauh, serahkan semuanya padaku, biar aku yang menangani semuanya” Reesham masih teringat pesan Jalal semalam. “Kamu benar benar tidak tahu yang terjadi semalam, Reesham ?” tanya Jodha penasaran, Jodha merasa kalau Reesham menyembunyikan sesuatu darinya, “Ampyuuunnn Jodha … apa perlu aqiqa sumpah pocong demi yee ???” , “Sudahlah Jo … mau ngotot seperti apa mungkin memang Reesham tidak tahu jawaban pertanyaanmu, lebih baik kita pulang saja, gimana ?” pinta Moti pada Jodha, Jodha pun akhirnya hanya bisa pasrah dan berlalu meninggalkan rumah Reesham tapi dalam hatinya masih belum bisa 100% percaya pada Reesham, Reesham menyembunyikan sesuatu darinya tapi bagaimana cara mengungkapnya ? sepanjang perjalanan Jodha berfikir keras tentang bagaimana nasibnya yang akan membawanya nanti, sampai sampai dering telfon di handphonenya tidak terdengarnya sama sekali, “Jo ! ponselmu bunyi tuuu !” Moti langsung menyadarkan lamunannya, Jodha segera mengambil ponsel dari dalam tasnya dan disana tertera nama ibu, bergegas Jodha segera mengangkat telfonnya, dalam tangisannya ibu mengatakan kalau ayah kritis ! sesaat dunia Jodha seperti berhenti berputar …. Jodha terpaku, tubuhnya tidak bisa bergerak kemana mana…. Bila Saatnya Tiba bag 10