Sinopsis Jodha Akbar episode 6 by Meysha Lestari. Seorang parjurit sedang mengasah pedang. Jalal menghampirinya dan mengambil pedang yang di ulurkan prajurit itu. Jalal mengamati pedang itu dan berkata, “ujungnya tidak cukup tajam untukku.” lalu dengan ahlinya dia mengasah ujung pedang itu sendiri. Prajurit dan pengawal hanya berdiri menatapnya.
Seorang Kasim datang memberitahu Khan Baba kalau Khan Zaman, pengelola dermaga datang. Khan baba menyuruhnya datang kedepannya. Khan Zaman menenui Khan baba memberi salam dan bertanya, “apakah anda memanggilku, tuan?” Khan baba tanpa menoleh bertanya, “apakah kau bertemu dengan yang mulia?” Khan Zaman memjawab, “ya.” Khan baba bertanya, “kenapa?” Kang Zaman menjawab, “aku harus membahas masalah politik yang sangat penting.” Khan baba dengan nada tegas mengatakan kalau tidak ada yang boleh menghubungi yang mulia tanpa seizinnya, “itu perintahku. Mengapa kau mangabaikannya? kau pergilah dari sini, aku melepaskanmu dari tugas.” Dengan berani Khan Zamn berkata kalau hanya perintah kerajaan yang bisa memecatnya dan Khan baba tak bisa lakukan itu.
Khan zaman kemudian menemui Jalal mengadu kalau dia di bebas tugaskan dari tanggung jawabnya dan lain sebagainya. Jalal tidak berkata apa-apa, hanya mendengarkan. lalu bersama Jalal, Khan Zaman menemui Khan baba. Seperti orang yang tidak terima, jalal bertanya, “Khan baba apakah kau membebastugaskan Khan Zaman dari tanggung jawabnya?” Khan baba menjawab, “benar.” Jalal tak bereaksi. Tapi Khan Zaman berkomentar, “memberhentikan seseorang itu adalah keputusan kerajaan. Anda harus menarik kembali, Yang Mulia. Dia tak berhak melakukan itu.” Jalal menepuk-nepuk pundak khan zaman dan menghunuskan pedang kearah khan baba. Khan baba sudah terlihat tegang. Tapi ternyata jalal malah menarik Khan zaman dan membuang tubuhnya ke lantai. Dengan menodongkan pedang kearah Khan zaman, Jalal berkata, ‘biar kuberitahu dengan jelas, kau tak bisa meracuni pikiranku untuk menentang khan baba. ~Jalal menginjak punggung Khan Zaman~ Kesalahanmu bisa berakibat buruk untukmu. Aku sudah berbaik hati padamu. Itu sebabnya kau masih hidup.” jalal kemudian berbisik di telinga Khan Zaman, dengan mengatakan kalau khan baba memberhentikan dirinya dia seharusnya langsung pergi. Tapi dia malah menemui jalal dan mengadukan khan baba. Jalal tak suka itu. Jalal berteriak menyuruh pengawal membawa pergi khan zaman. Khan baba menatap Jalal dengan senyum puas.
Sharifudin datang menemui Jalal dan menyampaikan informasi dari mata-mata kalau para raja Rajput berkumpul di Amer, Raja Bharmal menunjuk putranya Bagwan Das sebagai penerus tahta sehingga Sujamal , keponakan raja bharmal memberontak. Persekongkolan telah terjadi pada saat perayaan ganghaur. Jalal berkata pada khan baba kalau takdir sedang berpihak pada mereka, “pedangku sudah di asah hari ini.” Sharifudin menyarankan agar Jalal tidak terburua-buru menangani kabar ini. Khan baba setuju dengan saran sharifudin. Karena Khan baba merasa kalau kabar itu belum semuanya, “Rajput telah mengabungkan kekuatannya. Dengan pernikahan untuk menjalin hubungan.” Sharifudin berkata kalau para rajput bersatu kekuatan mereka akan jadi sangat kuat seperti batu. Mendengar kata-kata sharifudin, Jalal segera menebas batu yang ada di depannya dengan pedangnya. batu terpotong dua. Jalal berkata kalau pedangnya cukup kuat untuk membelah batu dan berperang adalah satu-satunya cara. Khan baba berkata kalau semangat Jalal patut di puji tapi khan baba melarang Jalal berpikir tentang perang dulu karena mereka harus menunggu saat yang tepat. Dan meminta Jalal meyerahkan urusan itu pada Khan baba. Khan baba memberitahu Jalal kalau dia akan pergi ke janapur dan meminta Jalal menjaga dirinya baik-baik. Khan mengucapkan salam perpisahan.
Sinopsis Jodha Akbar episode 6 . Di Amer, raja Bharmal sangat senang menerima suarat lamaran dari Suryabhan Singh. Suryabhan ingin menikahi Jodha. Bharmal dan menawati sedang duduk di balkon saat Jodha datang. Jodha berkata kalau dia menerima pesan mereka dan bertanya kenapa mereka memaanggilnya? Menawti berkata kalau hari ini dirinya dan bharmal sangat bahagia. Jodha berkata kalau dirinya sangat senang mendengar orang tuanya bahagia, dan menanyakan alasannya. Menawati menjawab, kalau alasannya adalah Jodha, “ayahmu telah menemukan jodoh untukmu. Dia persis seperti yang kau inginkan. Dia akan menyayangimu lebih dari rasa sayang kami. Dia pejuang pemberani. Semua orang di rajputana menghormatinya.” Bharmal menimpali, “dia akan melawan mughal dan tak pernah alami kekalahan.” Menawati berkata kalau yang terpenting adalah, ayahnya baru berpikir untuk mmenjodohkan Jodha dengannya tapi dia sendiri sudah mengirim surat lamaran yang tidak bisa di tolak oleh mereka. Jodha menanyakan nama pria yang akan di nikahinya. Bharmal menjawab, “dia adalah putra raja Chandarban Singh, Suryabhan Singh.” Jodha terperanjat. Dia teringat percakapannya dengan sukanya dan Shivani di baazar kalau Sukanya sangat menyukai raja Suryabhan Singh. Dengan gelisah dan merasa bersalah, Jodha membalikan badannya. Dia melihat Sukanya berdiri di bawah menatapnya dengan sedih.
Jodha mengejar Suknaya yang berlari sambil menangis sedih. Jodha berteriak menyuruh Sukanya berhenti dan mendegarkan nya dulu. Tapi Sukanya terus berlari masuk kekamarnya. Dia berhenti di depan cermin, melepas perhiasannya dan membuka rambutnya. Lalu dia berlari ketempat tidur dan meminta pelayan menyisir rambutnya. Sukanya berbaring miring sambil menangis. Jodha muncul di pintu. Dia melihat pelayan menyisir rambut Sukanya. Jodha dengan diam-diam menggantikan tugas pelayan itu dan memberi isyarat agar semua pelayan pergi. Jodha kemudian menyisir dan meminyaki rambut Sukanya.
Jodha dengan rasa bersalah membelai kepala Sukanya dan berkata, “Sukanya, jangan kuatir. Aku akan bertanggung jawab. AKu akan menyakinkan ibu.” Sukanya menoleh manatap Jodha lalu tertawa terbahak-bahak. Jodha menatapnya dengan heran dan bertanya, “kau aneh. Aku khawatir padamu, dan kau malah tertawa.” Suknaya segera bangkit dari tidurnya dan dengan geram berkata, “apalagi yang ingin kau ambil dariku?” Jodha bertanya, “apa maksudmu?” Sukanya dengan emosi berkata, “kau telah mengambil haknya lalu coba tunjukan kasih sayang padaku. Kau juga mengambil hakku untuk mempunyai pelayan.” Sukanya turun dari tempat tidur, berlari kemeja riasnya dan mengambil sebuah kota kecil. Menawati masuk ke kamar Sukanya dengan heran. Sukanya membawa kotak itu kedepan Jodha dan menunjukan isisnya, “kau ingat ini?” Jodha terlihat senang, “ini adalah milik mu…” Sukanya memotong dengan cepat, “ini bukan milikku!” Jodha berkata, “punyaku atau punyamu apa bedanya?” Sukanya menyahut cepat, “ada bedanya. Karena kau mengambil gelang yang kupilih untuk diriku snediri.” Jodha menjawab, “tapi aku tidak memakainya.” Sukanya membalas, “kalau kau memakainya maka aku sepadan dengan pelayan. Karena aku adalah adikmu aku tidak butuh rasa kasihanmu.” Jodha berkata, “ada perbedaan antara kasih sayang dan kasihan. Kau merasa kasihan pada orang lain tapi kau sayang pada orang terdekatmu.” Jodha memegang lengan Sukanya, tapi sukanya menepisnya. Menawati menatap tak mengerti dengan pertengkaran kedua putrinya. Sukanya dengan sarkastis berkata, “kau dekat dengan seseorang agar bisa mengambil yang dimilikinya, bukan hanya gelang tapi juga suami.” Mendengar itu, Menawati segera menghampairi Jodha dan sukanya. Menawati menarik pundak Sukanya agar menghadapnya dan bertanya, “Sukanya, apa maksudmu?” Sukanya dengan menangis berkata, “sekali lagi aku di hukum karena menjadi adik, ibu.” Menawati dengan heran bertanya, ‘hukuman apa?” Sukanya menyahut, “Raja Suryabhan Singh. ~Sukanya membalikan badan menghadap Jodha~ Aku memilih Raja Suryabhan untuk diriku.. diriku sendiri Jodha. ~sukanya berbalik lagi menghadap Menawati~ Tapi dia akan menikah dengan Jodha.” Sukanya menatap Jodha yang terlihat sedih dan merasa bersalah. Menawati memanggil sukanya, tapi sukanya dengan cepat berlari pergi. Menawati menatap Jodha yang menangis dan berkata, “ini bukan tentang pilihanmu atau dia, ini pilihan Raja Suryabhan Singh. Dia memilihmu. Kau akan menikah denganya.” lalu menawati pergi di iringi tatapan sedih Jodha.
Sinopsis Jodha Akbar episode 6 Di kamar raja Bharmal, semua anak lelakinyasedang berkumpul untuk memintanya minum obat. Tapi Raja Bharmal menolak debgan mengatakan kalau dirinya tak butuh obat, “semua akanbaik-baik saja ketika takdir bepihak padamu. Mereka telah melamar Jodha, itu yang kuinginkan. Jika Raja Suryabhan bersama kita, maka seluruh warga rajputs akan mendukung kita. Aku akan bahas persekutuan dengannya setelah perayaan ganghaur. Lalu Jodha akan menikah. Setelah dia menikah, kita bisa buktikan pada bangsa Mughal bahwa Rajput bisa berjuang samapai mati tapi mereka takkan menyerah.”
Jodha muncul diantara para pangeran dan berkata, “semoga musuhmu mati, ayah.” Melihat Jodha Raja Bharmal tersenyum. Jodha meminta gelas obat dari Bhagwandas, ‘minumlah obatmu, ayah. Bagaimana akan merayakan kemenangan jika ayah sakit?” Raha bharmal tertawa, “kau adalah masa depan Amer, jika kau menyuruhku minum obat, bagaimana aku bisa menolaknya?” Jodha meminumkan obat pada Bharmal. Para pangeran memberi komentar kalau Raja Bharmal lebih mencintai putrinya daripada putranya. raja bharmal memberi alasan, “itu karena suatu saat nanti dia akan pergi dari sini ~Bharmal mengelus rambut Jodha~ Tapi kalian akan tinggal bersamaku selamanya.” Bharmal tertawa senang. Jodha memberitahu ayahnya kalau dia ingin bicara secar pribadi denganya. Bharmal memberi isyarat pada putra-putranya agar meninggalkan dia dan Jodha.
Bharmal bertanya, “apa yang ingin kau bicarakan?” Jodha menyahut kalau dia ingin bicara tentang tandu. Bharmal bertanya, “tandu?” Jodha menjelaskan, “yang akan ayah kirimkan ke istana Raja Suryabhan.” Bharmal tersenyum, “oh itu. Tandu itu akan terbuat dari emas dan di taburi berlian. Indah sekali sehingga tak seorangpun yang pernah melihat tandu seindah itu.” Jodha dengan penuh harap berkata, “Sukanya akan pergi bersama tandu itu. ~Raja Bharmal terbelalak kaget~ Dia menyukai raja Suryabhan.” Raja Bharmal protes, “kau sebagai putri menyuruhku minum obat, dan aku sebagai ayahmu menerimanya. Tapi jika kau berusaha mengelabuiku, aku harus membuat perintah sebagai rajamu.” Jodha berkata, “tapi ini soal puterimu.” raja Bharmal menyahut, “aku ayahmu dan rajamu juga. Seorang ayah punya tanggung jawab untuk merestui puterinya. Tapi tanggung jawab raja adalah memikirkan kesejahteraan seluruh rakyatnya.” Jodha mengatakan sebagai kaka, adalah tanggung jawabya untuk memikirkan adiknya. Raja Bharmal berkata kalau seorang adik akan menikah setelah kakanya menikah, “ini bukan adat kita, Jodha. Yang kedua, raja suryabhan menyukaimu bukan Sukanya.” Jodha mengatakan kalau dirinya tidak bisa mengabaikan apa yang dia lihat dan dia dengar, “bagaimana aku bisa menikah dengan pria yang di cintai Sukanya, ayah?” Dengan marah raja Bharmal berkata, “aku sudah memberimu kebebasan tapi jangan menyalahgunakan itu, Jodha. Tak ada gadis di kerajaan Rajput yang di beri kebebasan seperti dirimu. Aku ingin kau menikah dengan Raja Suryabhan. AKu harus mengurus semua di amer, bukan hanya puteriku saja.” Jodha menarik nafas panjang dan berkata, “ini pertama kalinya aku menyesal telah menjadi seorang putri raja. Akan lebih baik jika aku hanya gadis biasa. Degan begitu, ayahku dan rajaku akan peduli dengan masa depanku.” Bharma tidak menyahuti kata-kata Jodha, dengan marah dia pergi begitu saja.
Sinopsis Jodha Akbar episode 6. Jalal keluar dari tendanya. Lama dia berdiri di depan tenda sambil senyum-senyum sendiri. lalu dia memanggil Abdul. Abdul datang menghampirinya. Keduanya lalu berjalan beriringan ke tempat kuda di tambatkan. Abdul bertanya kemana akan pergi? Jalal berkata kalau mereka berdua akan menginjakkan kaki ke wilayah Amer, “aku ingin ketahui kekuatan Rajputs.” Abdul sedikit terkejut memdengarnya, “Apa? Amer?…hmmm…” Jalal berkata, “aku dengar bangsa Amer menganggap puteri mereka sebagai lambang kebanggaan mereka karena kecantikannya.” Abdul menginggatkan Jalal kalau Khan Baba sudah peringatkan kalau tidak aman pergi ke AMer tanpa pengumuman perang, “bagaimana jika ada yang mengenalimu?”
Zaheer pengawal pribadi Jalal datang menghampirinya. Jalal menyapanya. Zaheer menjawab, “ya Yang Mulia?” Jalal menyuruh Zaheer membawakan kudanya. Zaheer mengingatkan Jalal kalau khan baba tak ada, apa yang harus diakatakan padanya kalau khan baba bertanya dan ingin tahu keberadaan Jalal? jalal menyuruh Zaheer memberitahu Khan baba kalau dirinya pergi berburu. Zaheer coba untuk membantah, tapi Jalal dengan tegas menyuruh Zaheer mematuhi perintahnya. Akhirnya Zaheer tidak bisa berkata apa-apa lagi. Jalal melangkah perlahan, Abdul mengikutinya dari belakang. Jalal berkata, “sebelum menaklukan Amer, aku ingin lihat tempat itu. Setelah aku menaklukannya, semua yang tinggal di kerajaan itu akan hidup di bawah terorku. Kau akan melihat penampilan terbaik wanita, saat mereka bebas.” Abdul mengingatkan Jalal, “tapi yang Mulia, jika anda kesana anda akan mengundang masalah.” jalal menyerigai, “masalah? Tidak ada masalah yang bisa membuatku takut. Aku tidak takut mati.” Abdul bertanya, “bagaimana jika anda mengalami masalah?” Jalal dengan penuh percaya diri menjawab, “aku akan keluar sebagai pemenang.”
Zaheer membawa kuda jalal dan Abdul. Abdul naik katas kuda di bantu Jalal. Setelah itu Jalal menuju kekudanya. Zaheer melangkah pergi. Tiba-tiba ekor mata Zahir melihat pergerakan di pasir. Dengan belati terhunus, Zaheer berlari kearah jalal. ABdul menjerit memperingatkan Jalal. Jalal menoleh. Zaheer menikam kan belatinya ke tanah, seekor ular berbisa telah di bunuhnya. Zaheer memberitahu Jalal yang terlihat tegang kalau seekor ular akan menggigitnya. Jalal menatap Zaheer dan berkat akalau dia selalu bangga dengan kesetiaan dan kecerdikan Zaheer. jalal menepuk pundak Zaheer dan mengatakan kalau Zaheer adalah prajurot terbaik. Zaheer menjawab kalau itu sudah menjadi tugasnya untuk melindungi jalal. jalal meminta Zaheer agar jangan khawatir, dia akan kembali dengan selamat sebelum khan baba lembali dari perjalanannya. jalal kemudian naik kekudanya, berdua dengan Abdul dia mnuju ke wilayah Amer.
Pagi tiba, Jalal masih dalam perjalanan ke Amer. Jala lbicara apd adirinya sendiri, “Amer menarik diriku. Sebuah daya tarik yang tak di ketahui. yang memaksaku untuk pergi kesana.”
Di Amer, Jodha berdiri di depan diya dengan sedih. Jodha berada dalam dilema. Dalam hati Jodha berkata, “lampu ini menggambarkan perasaanku.”
Jalal berkata, “itu adalah perjalanan yang panjang, namun aku sangat ingin pergi ketempat tujuanku. Sampai aku tidak peduli dengan waktu dan keadaan.
Jodha berkata, “si satu sisi, ibu dan ayah sedang menjamu suryabhan. Di sisi lain, Sukanya yang kesal padaku. ~sukanya melihat Jodha dengan kesal, lalu pergi begitu saja~ tapi aku tidak berdaya dengan janji yang ayah buat.”
Jalal berkata, “aku tidak terpengaruh oleh musuh dan cuaca. Tujuanku hanya satu, aku ingin menginjakan kaki di wilayah Amer. Aku ingin rasakan kehangatannya, aku ingi rasakan Amer sebagai milikku sendiri. Aku berada di daratan rajputana. Tampaknya, Takdir Rajputana berkaitan denganku.” Jalal menatap daratan Rajputanan dati atas sebuah batu.
DI Amer, Jodha berkata, “perayaan ganghaur di meriahkan dengan pertunjukan hebat. Amer terlihat penuh warna. y aaku sangat cemas, karena itu aku berdoa pada Kanha. AKu yakin dia akan berikan solusi.” Dengan hidmat, Jodha berdoa di depan patung kanha.
malam telah tiba. Di atas bukit, jalal memandang Amer yang gemerlap dengan lampu-lampunya. jalal tersenyum menyerigai dan berkata dalam hati, “itu adalah pandanganku terhadap daratan Amer. AKu hanya ingin melihat putri yang cantik. Itu adalah hari terakhir festival ganghaur. Kata pertamaku di perbatasan Amer.”
Jalal berkata pada Abdul, “kurasa ini adalah hari terakhir perayaan Ganghaur.” Abdul bertanya apa yang akan di lakukan Jalal. Jalal mengambil tas yang tergantung di leher abdul lalu mengeluarkan baju. Jalal akan memasuki Amer dengan menyamar.
Jalal segera berganti pakaian. Di abahkan terlihat lebih tampan dengan pakaiannya yang sekarang. Jalal lalu jongkok dan meraup segenggam tanah. Jalal memdekatkan genggaman tanah itu ke mulutnya dan berbisik, “aku memberi salam untuk daratan rajputana. ~Abdul menatap kelakuan Jalal dengan heran~ Aku ingin menaklukan negeri Amer.” jalal kemjudian berdiri dan melemparkan tanah di tangannya ke udara. Jalal berata pad aAbdul, “Amer memang indah.” Abdul menyahut, “menurutku sama sekali tak menarik.” Jalal berkata, “baiklah. AKu akan kesana sendiri.” Jalal mengambil pedangnya dan menyerahkannya pada Abdul, “jagalah pedangku.” jalal kemudian meloncat dari tebing. Abdul berteriak kaget. Jalal salto beberapa kali setelah menjejak tanah di bawah tebing. Jalal tersenyum bangga dengan kekuatannya….kakinya ketansSinopsis Jodha Akbar episode 7