Sinopsis Jodha Akbar episode 117 by Jonathan Bay. Jodha sedang melalukan puja pada pohon Tulsi ketika Jalal datang dan melakukan arti sebelum Jodha memintanya. Jodha terkesan dengan apa yang di lakukan Jalal. Moti mengucapkan selamat ulang tahun, Jalal mengucapkan terima kasih. Lalu moti mengajak para pelayan pergi.
Melihat Jodha hanya diam saja, Jalal bertanya dengan nada meminta, “apa kau tidak mengucapkan selamat ulang tahun padaku?” Jodha tersenyum dan tanpa basa-basi mengucapkan selamat ulang tahun. Jalal menuntut, “hanya itu? Apa kau akan memberi sesuatu padaku atau kau akan mengatakan teka-tekinya? Ratu Jodha, ada apa? Katakan? Kemana aku harus pergi untuk mendapatkan hadiahku? Mana petunjuk untuk hadiahnya?” Dengan tatapan tak mengerti Jodha bertanya, “petunjuk apa? Tidak ada teka-teki atau petunjuk.” Jalal menatap Jodha penuh selidik sambil berpikir, “dia sedang mengodaku atau memang tidak ada teka-teki?” Jodha berkata, “Yang Mulia, jika kau tidak keberatan aku mau menyelesaikan pujaku.” Jalal mengangguk. Jodha segera meletakkan tangannya di dada, memejamkan mata dan mengucap mantra, “Oṃ bhūr bhuvaḥ svaḥ, tát savitúr váreṇ(i)yaṃ, bhárgo devás yadhī mahi, dhíyo yó naḥ prachodáyāt”
Jalal berjalan ke belakang Jodha. Selesai Jodha membaca mantra, dengan rasa ingin tahu jalal bertanya, “apa arti dari doa ini?” Jodha yang tidak menyangka kalau Jalal masih menunggunya menyelesaikan puja apalagi berdiri di belakangnya, dengan cepat membalikan badan dan menatap dengan tatapan yang sulit untuk di artikan. Jalal balas menatap dan bertanya, “kenapa kau menatapku seperti itu? Aku hanya ingin tahu apa arti dari doa itu.” Jodha tersadar dan dengan senang hati menjelaskan, “Aku… doa ini di sebut gayathri Mantra. Sama seperti Chandragupta Maurya yang merupakan penguasa terbaik, Mangga dan Gayathri Mantra adalah doa yang terbaik di antara doa-doa yang lain.” Jalal tersenyum dan berkata, “kalau begitu Ratu Jodha, aku ingin tahu kenapa kau berikan contoh penguasa yang terbaik.” Jodha menyahut cepat, “kenapa tidak? Dia kaisar terbaik di seluruh dunia.” Jalal membalas, “biar aku yang memutuskan siapa kaisar terbaik. Ngomong-ngomong, aku tidak ingin berdebat denganmu di hari ulang tahunku. Aku senang kau adalah bagian dari misteri hadiahnya Ruqaiya.” Jodha berkata kalau dirinya tidak tahu apa yang di katakan Jalal, “aku benar-benar tidak tahu tentang misteri hadiah itu.” Jalal masih tetap berpikir kalau Jodha menggodanya, “pasti ada petunjuk yang di berikan Ruqaiya disini. Aku akan menemukannya walaupun dia tidak memberitahuku.” Melihat jalal menatapnya seperti itu, Jodha bertanya, “apa yang kau pikirkan?” Jalal menggeleng, “tidak ada, Ratu Jodha. Aku menerima hadiah dari semua orang yang aku temui hari ini. Aku mengharapkan hadiah darimu.” Jodha menjawab, “Yang Mulia, aku telah memikirkan hadiah apa yang bisa aku berikan. Tapi kau raja besar dan punya segalanya. Jadi apa yang harus aku berikan padamu?” Jalal menyahut, “walaupun aku memiliki segalanya, tidak bisakah aku mengharapkan hadiah darimu? Kau tidak seperti apa yang aku harapkan, ratu Jodha. Kupikir kau akan memberiku hadiah yang unik, yang akan ku kenang sepanjang hidupku. Kau ternyata sangat pelit, ratu Jodha.” Mendegar ejekan Jalal, Jodha berkata, “baiklah. Kalau begitu, aku akan memberikan sesuatu yang kau tidak punya. Aku mohon ikutlah denganku.”
Sinopsis Jodha Akbar episode 117. Jalal mengikuti Jodha ke kamarnya. Jodha pergi agak lama, lalu kembali dengan sebuah nampan yang tertutup kain di tangannya. Jalal tersenyum melihatnya dan berkata, “kenapa kau tidak memberikan hadiah ini padaku sebelumnya?” Jodha tak menyahut. Sambil membuka kain yang menutupi nampan itu, Jalal berkata, “coba aku lihat hadiahku.” Jalal dengan wajah heran sedikit kecewa melihat baju orang biasa yang ada di depannya. Dia bertanya, “apa ini hadiahku?” Jodha seperti mengerti apa yang dipikirkan Jalal menyahut, “bukan. Tapi kau akan mendapatkan hadiahmu yang sebenarnya setelah memakai pakaian ini. Kau akan pergi menemui rakyatmu dan harus mengerti permasalahan mereka. Dengan begitu kau akan mendapatkan hadiahmu.”
Jalal dengan tak mengerti berkata, “ada apa dengan para wanita di istana ini? Kalian semua membuatku berputar-putar. Ratu Ruqaiya ingin aku mengelilingi istana ini, dan kau ingin aku mengelilingi pasar agra. Baiklah, kalau begitu. Aku akan memakai ini dan akan kulihat apa hadiah yang menanti.” Jalal mengambil baju biasa tersebut dan bergegas pergi. Tak lama kemudian Jalal kembali ke kamar Jodha dengan mengenakan pakaian tersebut. Jalal merapikan pakaiannya dan memberitahu Jodha kalau dirinya sudah siap. Jodha menghampiri Jalal. Jalal menatapnya dengan..~tatapan yang sukar untuk di artikan.. ~ melihat Jodha memakai pakaian wanita biasa. jalal bertanya apakah Jodha sudah siap? Johda menjawab, “ya. Aku harus memakai pakaian ini untuk memberikan hadiahmu. Mari kita berangkat.” jalal mengangguk.
Ruq di iringi Hoshiyar berkeliling kesana kemari menanyakan apakah mereka melihat Jalal pada tiap orang yang berpapasan dengannya. Tapi mereka semua mengatakan tidak tahu. Ruq dengan heran berkata, “jalal itu selalu penasaran dengan hadiahku setiap tahunnya. Apa dia sudah menemukan hadiahku?” Hoshiyar menyahut teka-teki dari Ruq sulit untuk di pecahkan sehingga Yang Mulia butuh waktu lebih. Ruq berkata kalau dia ingin Jalal menemukan hadiah itu secepatnya. Hanya tuhan yang tahu, Jalal sekarang ada di mana.
Adham mengunjungi rumah Tasneem. Dia melihat tasneem sedang duduk di halaman mmebuat pot dari tanah liat. Adham turun dari kudanya dan menghampiri tasneem. Tasneem memberinya salam dan mempersilahkan adham masuk. Adham masuk kerumah Tasneem yang sangat sederhana. Orang tua tasneem senang menerima kunjungan adham. Adham bertanya pada ibu tasneem, dia pelayan istana tapi kenapa hidupnya sangat miskin. Ibu tasneem mengatakan kalau uangnya habis di pakai mabuk-mabukan oleh suaminya. Mendengar itu Adham sangat senang, karena itu artinya dia bisa memanfaatkannya. Adham menemui ayah tasneem dan berkata kalau dia juga suka minum dan mengajaknya untuk minum-minum sesekali. Pada orang tua tasneem adham berkata kalau dirinya akan mengajak keluarga itu pindah ke Malwa dan menjadikan ayah tasneem sebagai penjaga di sana. Sebelum pergi adham memberi mereka uang dan meminta ibunya tasneem agar membawa tsneem pada perayaan ulang tahun Jalal. Keluarga Tasneem sangat berterima kasih atas kebaikan Jalal.
Sinopsis Jodha Akbar episode 117. Jalal dan Jodha menyusuri jalan desa. Para penduduk sedang bergembira menyambut perayaan ulang tahun Jalal. Beberapa mendoakan agar Jalal panjang umur. Seorang pria membawa laddo dan memanggil seluruh warga. Dia meminta semua warga berkumpul dan membagikan laddo itu pada mereka karena ini adalah ulang tahun jalal. Jalal dan Jodha melihat itu dan tersenyum. Jalal berkata, “lihat itu, kau pikir Chadragupta yang terbaik. Apa kau tak lihat betapa bahagiaanya rakyatku? Mereka akan memberikan salam padaku jika mereka tahu siapa aku. Sekarang ini, aku harus terus menyamar seperti ini.” Jodha tersenyum dan berkata kalau ini bukan tentang penyamaran jalal, “jika kau tidak membawa pedang dan memakai mahkotamu, mereka tidak akan mengenalimu.” Jalal dengan tidak suka balik bertanya, “apa maksudmu? Apa menurutmu pedang dan mahkotaku itu lebih bernilai dariku?” Jodha menyahut kalau rakyat hanya takut pada pedang dan mahkota Jalal. Untuk menghibur diri Jalal berkata, “mereka sudah seharusnya takut pada kaisar.” Jodha nyeletuk, “kalau begitu kenapa kau tidak setuju kalau nilai pedang dan mahkotamu lebih darimu?” Dengan bingung jalal berkata kalau dia tidak mengerti maksud Jodha. Lalu pergi meninggalkannya. Jodha mengikutinya.
Jalal tiba di dapur umum, di mana seorang pria dan rekannya sedang memasak laddo. Juru masak itu mengenali Jalal dan menyambutnya. Dengan sombong jalal berkata pada jodha, “lihat, Ratu Jodha. Mereka mengenaliku tanpa aku harus memakai pedang dan mahkota.” Jodha masih bisa ngeles dengan mengatakan kalau Jalal hanya melihat apa yang ingin dia lihat, tapi dia tidak tahu apa yang di pikirkan mereka. Jodha masih terus berkata kalau mereka semua itu sebenarnya takut pada jalal. Seluruh penduduk desa berkumpul mengelilingi Jalal dan mengelu-elukannya. Jalal berkata, “tidakkan kau melihat kalau betapa bahagianya mereka, Ratu Jodha?” Jodha mengajak Jalal melanjutkan perjalanan karena kalau menghabiskan waktu di sini, mereka akan terlambat. Jalal setuju.
Jodha mengajak Jalal ke sebuah dargah di mana beberapa orang sedang berkumpul untuk berdoa di sana. Jalal bertanya, “apa yang akan kita lakukan di sini, Ratu Jodha?” Jodha memberitahu jalal kalau mereka semua adalah rakyatnya. Tapi bagi mereka pesta ulang tahun Jalal seperti kiamat bagi mereka. Mereka tidak mampu membeli baju bagus atau makanan yang enak untuk mereka.” Jalal merasa haus dan mengajak Jodha pergi. Jodha menahanya dengan berkata, “pertama dengarkan mereka dulu, mereka lebih kehausan.” Jalal berkata kalau di tidak mengerti. Jodha menyahut, “kau akan segera mengerti. Bicaralah pada mereka.” Jalal bertanya, “apa itu petunjuk untuk hadiahku?” Jodha tersenyum, “kau akan berpikir seperti itu.” Lalu Jodha memberitahu warga yangs sedang berdoa itu dengan berkata, “Raja kalian ada di sini, kalian bisa mengucapkan selamat ulang tahun padanya.”
Warga segera berdiri memberi salam dan mengucapkan selamat ulang tahun pada Jalal. Jalal tersenyum dan mengangguk. Kemudian semua warga berkumpul dan mengelu-elukan Jalal. Jalal memgangkat tangan menyuruh mereka semua diam. Jalal bertanya, “Ratu Jodha memberitahuku, jika kalian semua sedang dalam kesusahan. Katakan apa masalah kalian?” Seorang warga menjawab, “air. Masalah kami adalah air yang mulia. Tidak ada sumber air di desa ini, yang mulia.” Seorang wanita menimpali kalau mereka semua harus mengambil air dari sumur yang ada di desa lain, tapi sumber air itupun kini semakin berkurang. Mereka berkata kalau yang mereka inginkan adalah persediaan air. Jika kau menolong kami, semoga tuhan akan memberkatimu.” Jalal dengan penasaran bertanya, “kenapa kau tidak mengeluh pada pertemuan rakyat?” Mereka bilang mereka sudah mencoba, tapi tidak bisa menemui jalal. Jalal dan Jodha saling berpandangan. Jalal menjanjikan kalau akan di bangun sumur di desa ini sore ini, sehingga warga tidak akan kesulitan air lagi. Dan Jalal akan mengatur penggunaan air itu jika sumurnya sudah di buat. Mendengar janji Jalal, rakyat kembali berteriak mengelu-elukan Jalal. Jodha tersenyum, Jalal menatapnya dan bertanya, “sekarang katakan padaku, di mana hadiahku?” Jodha berkata kalau Jalal akan mendapatkan hadiahnya sebelum acara perayaan di mulai dan meminta Jalal bersabar, “tapi sebelum itu, kau harus memecahkan teka-teki ratu Ruqaiya. Dia yang punya hak untuk memberikan hadiah pertamanya padamu. Aku bahagia kau memberikan hadiah pada rakyatmu saat ulang tahunmu.” Jalal kemudian mengajak Jodha kembali ke istana.
Sinopsis Jodha Akbar episode 117. Di istana Ruq bingung karena Jalal belum juga menemui dirinya. Dia menyuruh para pelayan mencari Rahim. Tapi tak seorangpun dari mereka berhasil menemukan Rahim. Pelayan berkata kalau rahim punya kebiasaan bersembunyi dan bisa bersembunyi di mana saja. Hoshiyar memarahi pelayan dan menyuruh mereka berhenti bicara dan terus mencari rahim. Ruq ikut mencari rahim. Dia melihat ada biji kurma di lantai bukan hanya satu tapi beberapa dan menuju ke suatu tempat. Ruq tahu kalau Rahim sangat suka buah kurma. Dengan penasaran Ruq mengikuti arah yang di tunjukan biji kurma itu. Dan dia melihat Rahim sedang makan sepiring buah kurma di belakang peti besar. Ruq sambil berkacak pinggang menegur Rahim, “aku menangkapmu, Rahim. Seluruh pegawai kerajaan sedang mencarimu. Kenapa kau nakal sekali? Kau duduk di sini dan makan kurma.Sementara semua orang di istana mencarimu.” Dengan lugu Rahim berkata kalau Kurma yang di makannya manis sekali. Ruq berkata, “apakah kau tidak ingat apa yang sudah aku beritahukan kepadamu?” Rahim berkata kalau dirinya lupa. Ruq mengancam akan mengadukan Rahim pada Salima, “dia akan menghukummu karena kenakalanmu. Kau sembunyi dari semua orang dan makan kurma ini. Aku akan mengadukanmu sekarang juga.” Ruq akan beranjak pergi, tapi Rahim memegang tangannya dan berkata, “masalah ini antara kau dan aku, kenapa ibu harus ikut campur?” Ruq bertanya, “coba katakan, kemana kau sudah mengirim yang mulia?” Rahim berkata kalau dia sudah mengirim Jalal ke tempat yang di katakan Ruq. Ruq bertanya kemana itu? Rahim berkata pohon tulsi. Ruq terbelalak, “pohon tulsi? Yanim.” Rahim segera meralatnya. Ruq tidak percaya dan bertanya, “apa kau yakin mengatakan pohon Yanim?” Rahim yakin. Ruq jadi bingung sendiri, “kemana perginya yang mulia?” Rahim menawari Ruq makan kurma. Dengan kesal Ruq menolak dan meninggalkan Rahim.
Jalal dan Jodha memasuki pintu gerbang. Atgah dan para menteri menyambut mereka, memberi salam dan mengucapkan selamat ulang tahun. Atgah bertanya kenapa jalal memakai pakaian seperti itu di hari ulang tahunnya. jalal tertawa dan menjawab, “ini hadiahku, aku harus memakainya di hari ulang tahunku. Aku juga bertanya-tanya sepertimu saat ratu Jodha memberikan pakaian ini padaku.” Atgah tersenyum lega. Jalal melihat wajah atgah yang sedikit tegang dan bertanya kenapa dia tegang? Atgah menjawab kalau semua orang sedang mencari Jalal dan sangat mengkhawatirkannya. Jalal minta maaf, “ratu Jodha mengajakku keluar. ” Atgah bertanya, “kemana yang mulia?” Jalal menjawab, “atgah khan, kau lebih tua dariku seharusnya kau mengerti. Semua istri itu ingin suaminya berkeliling tanpa ada alasan tertentu. ~Jodha melirik jalal~ Oh ya, aku punya pekerjaan untukmu.” jalal menyuruh atgah mengajak orang seberapa banyak yang di butuhkannya untuk mengali sumur. Atgah mengangguk dan segera pergi melaksanakan perintah jalal.
Jalal dan Jodha memasuki istana. Jalal berkata, “atgah khan pasti heran, apa alasanmu memberikan pakaian ini padaku.” Jodha tersenyum menyahut, “kau akan mendapatkan jawabannya nanti malam. Dan akan mengerti alasan di balik hadiah ini.” jalal menghentikan langkahnya dan menatap Jodha. Jodha ikut berhenti dan balas menatap Jalal sambil bertanya, “ada apa?” jalal menjawab, “tidak ada apa-apa. Aku sudah gagal untuk mengerti wanita lagi. Ratu ruqaiya ingin aku memecahkan teka-tekinya. Dan kau juga memberiku teka-teki untuk hadiah ini. kenapa wanita tidak bisa berpikir secara langsung saja?” Jodha menyahut, “bagaimana lagi, karena kau itu selalu berbelit-belit….Ratu Ruqaiya pasti punya pemikiran yang sama denganku.” jalal tersenyum dan berkata kalau dia harus pergi mencari hadiah dari ratu Ruqaiya.
Jalal dalam perjalanan menemukan hadiah dari Ruq. Setiap pelayan yang berpapasan membucapkan selamat ulang tahun padanya. Mereka semua saling berbisik melihat jalal memakai pakaian pemberian Jodha. Rahim menghadang Jalal dan mengucapkan salam. Jalal membalas salam Rahim dan jongkok di depannya sambil bertanya, “kenapa kau kaget melihat aku?” Rahim menjawab, “sama sepertiku, semua orang juga kaget melihat kau memakai pakaian itu di hari ulamg tahunmu.” jalal berkata, “aku memberi hormat pada pakaian ini, kanekhana. Ini hadiah yang aku dapat dari Choti Amijaan mu.” Rahim bertanya, “hadiah macam apa ini? Aku kan menyuruhmu ke taman indica, kenapa kau tidak kesana? Aku akan di hukum karena kesalahanmu.” Jalal tertawa dan berkata kalau yang membuat kesalahan itu Rahim, “kau menyuruhku ke pohon kemangi bukan taman indica.” rahim tetap pada pendapatnya, kalau jalal yang salah, karena itu dia di hukum tanpa alasan. jalal jadi paham kalau itu artinya Ruq sedang menunggu dirinya di sana untuk mendapatkan hadiahnya. jalal bertanya lagi pada Rahim untuk memastikan, “apa aku harus pergi ke taman indica?” Rahim menyentuh keningnya dan mengucap syukur, “akhirnya kau mengerti petunjuknya. Sekarang pergi dan cari hadiahmu.” Jalal tertawa, sebelum pergi dia mengucapkan terima kasih sambil mengelus kepala rahim.
Jalal sampai di taman indica, dia mencari pohon Yanim dan melihat sebuah anak panah menunjuk suatu arah. jalal mengikuti arah yang di berikan anak panah itu. Arah itu menuju ke sebuah kamar. jalal masuk kekamar itu dan membuka sebuah pintu, dari pintu itu terpancar cahaya keemasan yang memenuhi ruangan. Dengan kagum, Jalal memandangi hadiah dari Ruq dan memujinya, “hadiahmu adalah yang paling unik..” jalal tersenyum gembira….Sinopsis Jodha Akbar episode 118