Ketika 2 Hati Terpaut bag 3

Tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 21.30 malan. Akhirnya Roy pamitan untuk pulang. Tetaapi saat aku mengaantarkaannya sampai kehalaman depan, tiba-tibaa roy berbalik memandangiku.

“Rin…,” panggil Roy.

“Ya!”

“Bolehkah malam minggu depan aku main-main kesini lagi?”

“Tentu saja boleh,” jawabku.

Setelah mengucapkan selamat malam baru dia memasuki mobilnya. Dan tak lama kemudian, mobilnya pun menghilang dari pandanganku.

Malam itu, aku tidak dapat tidur dengan nyenyak, karena benakku di penuhi pertemuanku dengan Roy tadi Sudah lama aku mengharapkan kedatangannya, dan kini keinginanku telah menjadi kenyataan.

*****

Hari berjalan begitu lambatnya, padahal aku sudah tidak sabar menantikan tibanya malam minggu. Tetapi saaat malam minggu tiba, aku malah kelihatan gelisah sehingga mamaku menjadi binggung.

“Rin, mama lihat dari tadi kami kok kelihatannya gelisah, ada apa sih?” tanya mama.

“Nggak ada apa-aapa kok ma!”

“bohong ma, kak Rina lagi nungguin pacarnya datang, ” tiba-tiba adikku Yuli nyerocos.

“Pacar? Apa betul kamu sudah punya pacar, Rin? Kok mama nggak di kenalin.”

“Nggak kok ma, Yuli bohong,” aku mencoba membela diri.

“Kalau bohong, yang datang malam minggu itu siapa? apa bukan pacar kak Rina?” ucap Yuli tidak mau kalah.

“Itu kan hanya teman, ” jawabku mencoba mengelak.

“teman apa teman? sindir Yuli.

Sudahlah, jangan bertengkar. Kalau memang itu pacar Rina tidak apa-apa, diakan sudah besar, ” mama mencoba menengahi perdebatan itu. Baru juga mama selesai mengatakan itu, tiba-tiba bel pintu berbunyi. Aku pura-pura tidak mendengar. Begitu mama menyuruhku membukakan pintu, baru aku beranjak berdiri. Melihat itu, Yuli menggodaku.

“Huh…pura-pura jual mahal, padahal udah nunggu dari tadi!” ejek Yuli.

“Weah…,” aku menjulurkan lidah kepada Yuli.

Ketika aku membuka pintu ternyata yang datang memang Roy.

“Selamat malam!” katanya.

“Malam,” balasku.

Kemudian aku mempersilahkan diamasuk. Dan memperkalkannya pada mama dan Yuli. Setelah basa-basi sebentar, mama pamitan masuk ke dalam sambil mengajak Yuli.

“Rin, mamamu baik sekali, seang deh kalau punya mertua kayak mamamu itu, ” kaata Roy setelah bayangan mama menghilang.

“Ah…kamu,” ucapku/

“Betul kok! Hanya apa anaknya mau nggak sama aku, ” ucap Roy lagi sambil mengedipkan sebelah matanya padaku.

Aku hanya tertunduk malu. Tidak lama kemudian Yuli keluar sambil membawakan minuman.

“Ayo di minum kak,” yuli mempersilahkan.

“Oh ya, terima kasih!”

Setelah itu Yuli pun menghilang ke dalam dan percakapan kamipun di lanjutkan, tapi dengan topik yang berbeda.

“Oh ya Rin, papamu kemana sih kok nggak kelihatan dari tadi?” tanya Roy kemudian.

“Oh , papa sedang ke Jakarta, menjenguk kakakku Mike.”

“Di keluargamu kamu anak yang keberapa?”

“Aku anak yang ketiga dari empat keluarga, kakakku yang pertama sudah menikah dan ikut suaminya ke Bali. Sedangkan kakakku yaang kedua Michael yang biasa kami panggil Mike sekarang kuliah di Jakarta.”

Tidak terasa sudah dua jam kami ngobrol-bgobrol. Akhirnya Roy pun pamitan pulang.

*****

Setelah beberapa kali datang kerumah, suatu hari saat Roy pamitan pulang dan aku mengantarkannya sampai pintu pagar, tiba-tiba Roy berbalik dan memegangi tanganku. Kami saling bertatapan sebentar, kemudian Roy berkata.

“Rin…aku mencintaimu, maukah kamu menjadi pacarku?”

Untuk sementara aku tidak bisa berkata apa-apa, hanya tertunduk saja.

Roy kemudian mengangkat daguku dan mengatakan untuk kedua kalinya.

“Rin, aku mencintaimu, menyayangimu. Jawablah, apakah kamu juga mencintaiku?”

Akhirnya dengan malu-malu aku mengangguk. Dan malam itu menjadi malam yang manis bagi kami berdua. TAMAT