Sinopsis Gangaa episode 41 by MeyshaLestari (27 April 2015/20-12-2015). Gangaa sedang membuat karangan bunga. Sagar datang padanya dan bertanya apakah neneknya makan sesuatu? Gangaa menggeleng. Keduanya dengah khawatir menatap ke dalam kamar nenek.
Nenek sedang membaca ramayana. Gangaa menunjukan karangan bunga yang di buatnya untuk pemujaan. Nenek hanya mengambil bunga itu lalu menyimpannya di samping meja. Gangaa pergi dari kamar nenek dengan diam-diam setelah nenek menyuruhnya pergi. Nenek terlihat kelelahan. Dia terbatuk-batuk dan memegang kepalanya seakan-akan dia merasa pusing. Gangaa dan Sagar mengamati nenek dengan cemas. Nenek kemudian berbaring di tempat tidur dengan susah payah.
Niranjan mendonorkan darahnya untuk hakim. Dia sedang menelpon madhvi. Madhvi mengabari Niranjan tentang keadaan nenek. Niranjan sebenarnya sangat memperhatikan nenek tapi kondisi hakim sangat kritis, “kami semua bergantian mendonorkan darah padanya. AKu akan coaba kembali kerumah secepatnya.” Gangaa mengangguk. Perawat membawakan biskuit dan jus untuk Niranjan tapi dia tak mau makan karena dia teringat kata-kata Madhvi tentang ibunya.
Sagar memberitahu Madhvi tentang kondisi nenek. Madhvi datang memeriksa nenek dan menyuruhnya minum air, “ibu harus minum atau kalau tidak kami akan memanggil dokter.” Nenek tetap bersikeras dengan tekadnya, “aku tidak pernah mengambil obat dari doktor. AKu juga tidak akan mau mengambilnya sekarang.” Madhvi mengatakan kalau dirinya juga tidak ingin hal seperti ini terjadi, “saya tahu iobu sangat marah pada kami semua. Ibu bisa menghukum kami tapi jangan menyusahkan dirimu sendiri.” Sudha dan Pishi ma datang, mereka juga mengkhawatirkan nenek. Madhvi mencoba membantu nenek untuk bangkit, tapi nenek menolak. Dia kemudian bengskit sendiri dengan susah payah.
Sagar mondar-mandir di kamarnya, “aku tidak bisa mengerti. Nenek sangat marah. Siapa yang akan membantu kita?” Gangaa teringat kata-kata bapaknya, “bapak pernah bilang bahwa kita seharusnya mengatakan apapun yang ada dalam hati kita pada tuhan. Dia pasti akan mendengarkan kita. Dia ada disana..diatas langit.” Sagar bertanya-tanya apakah suara mereka dapat mencapai setinggi itu. Gangaa terpikir untuk menulis surat.
Niranjan dan Raghav Ji hendak pergi ketika mereka melihat putra pak hakim. Anak pak hakim mengucapkan terima kasih pada Niranjan karena telah mendonorkan darah untuk ayahnya. Sayangnya ayahnya sudah tidak tertolong dan meninggal dunia. Niranjan mengamati anak hakim yangterlihat sedih. Si anak berkata, “kami tidak pernah menghargainya ketika dia masih bersama kami. Kami berpikir apapun yang dia lakukan adalah kewajibannya. Tapi sekarang saya sadar bagaimana rasanya kehilangan orang tua. Saya tidak dapat melakukan apapun untuknya hingga dia meninggal dan sekaramng saya juga tidak melakukan apapun meski saya sangat ingin.”
Sudha sangat marah karena Niranjan menghina nenek demi Gangaa, “ini sangat buruk. Putramu tidak boleh di salahkan. Semua ini kesalahan Gangaa. Dia akan menciptakan masalah kemanapun dia pergi.” Sudha mendukung keputusan nenek. Pishi Ma menyuruh Sudha pergi mengambilkan air untuknya. Lalu Pishi Ma bicara pada nenek, “Sudha lebih muda dari kita jadi pemikirannya seperti itu. jangan jatuh pada kata-katanya. Apa yang dia mengerti tentang sebuah hubungan? Aku pikir kau tidak melakukannya dengan benar.”
Sagar menulis surat pada tuhan, meminta keajaiban agar pertengkaran nenek dan papanya berakhir, “mereka harus berteman lagi. Agar nenek setuju untuk makan sesuatu. Kami semua sangat menyukai nenek. Jika sesuatu terjadi padanya kami semua akan sangat sedih.” Mereka mengakhiri surat itu dengan atas nama ~Sagar dan Gangaa~. Gangaa meminta Sagar menambahkan tulisan “agar tuan setuju dengan nenek. Aku tidak ingin sekolah.” Tapi sudah tak ada ruang kosong yang teringgal di kertas. Sagar berkata kalau tuhan pasti mengerti. Gangaa termenung tapi Sagar meyakinkan dia kalau nenek pasti tidak akan setuju dengan keinginan papanya.
Pishi Ma berkata kalau nenek meneruskan puasa tanpa batasnya maka dapat di pastikan dia akan jatuh sakit setelah 2-3 hari, “kau akan di bawa ke rumah sakit. Kau juga pernah menolak untuk membiarkan Gangaa tinggal disini, tapi kaupun kemudian menyerah di depan anakmu. Apa yang akan kau lakukan sekarang kalau kali ini juga di memutuskan mengikuti kata hatinya? Apa yang akan kau lakukan? Apakah kau akan memutuskan meninggalkan rumah? Lalu kau akan peri kemana? Apakah kau akan memutuskan tinggal di salah satu kamar gelap yang ada di asrama? Kau sungguh beruntung, anakmu dan menantumu sangat menghormatimu setelah kau kehilangan suamimu. Lihatlah aku, aku sangat rindu ingin melihat anakku dan cucu-cucuku. Mereka meninggalkan aku dan tak pernah mengunjungiku.” Sambil berkata begitu Pishi Ma menangis sedih. Nenek bertanya apakah dia sebaiknya menyerah di depan Niranjan? Pishi Ma berkata bahwa mereka tidak akan menjadi kalah atau menang di depan orang yang mereka sayang, “orang seperti kita harus berkompromi sedikit. banyak marah seperti ini tidak bagus bagi kita. Jika tuhan berkehenda anak dan menantumu berpaling darimu apa yang akan kau lakukan?” Nenek terlihat berpikir.
Sagar menempelkan suratnya pada layang-layang. Mereka lalu pergi ke loteng untuk menerbangkan layang-layang. Gangaa menerbangkan layang-layang sangat tinggi lalu memotong benangnya. Mereka berrharap surat itu sampai pada tuhan dan segalanya akan terselesaikan.
Niranjan dan raghav ji memutuskan untuk berjalan kaki menuju rumah karen jalan sangat macet. Niranjan tersangkut pada benang layang-layang dan menjadi kesal, “anak-anak ini tidak punya kerja lain. Seseorang bisa terluka karena benang ini..” tapi kemudian dia melihat kertas yang menempel di layaang-layang itu dan membacanya. Dia terlihat takjub.
Nenek bertanya pada Pishi ma keputusan apa yang akan dia mabil? Pishi Ma menjawab kalau nenek seharusnya sedikit mentoleransi dan Niranjan pasti akan mengikuti, “setujulah dengan Niranjan ketika dia datang bicara padamu dan menyuapimu. Jangan memperpanjang masalah lagi.” Sudah datangs ambil membawa air untuk Pishi Ma.Dia melihat perubahan pada tingkah laku keduanya. Pishi Ma meminta nenek memikirkan apa yang baru saja dia katakan. Pishi Ma kemudian mengajak SUdha pergi. Sudha menatap nenek dengan tatapan tajam ketika beranjak keluar.
Sudha meloihat Niranjan dan Raghav Ji datang ketika mereka hendak pergi. Sudha tidak mau menatap Niranjan secara langsung sementara Niranjan dan Pishi ma saling memberi salam. Sekali lagi Pishi Ma menyuruh Sudha pergi dengan alasan mencari becak. PIshi ma kemudian menasehati Niranjan, “aku tidak punya hak untuk berbicara tentang masalah pribadimu ytapi kau ingin mengatakannya karena aku lebih tua darimu. Kau bisa tidak mengerti bagaimana tak berdayanya perasaan seorang wanita tua dan juga janda. DI aselalu kahwatir kalau peran pentingnya alan memudar karena menantunya. Anaknya seharusnya tidak berpikir kalau ibunya telah menjadi bebannya. Di ajuga tak ingin dijadikan lelucon oleh cucunya. Dia terus melakukan ini agar posisinya aman. jangan marah kalau ibumu bertingkah keras kepala. Cobalah untuk memahami dia. Cobalah memikirkan alasan di balik keputusannya. Dia selalu berpikir apakah anakny asudah muak atau ingin terbebas dari dirinya. Dia selalu menimbang segalanya. Kau harus memituskan apakah keinginan anda lebih berat dari cinta seorang ibu!” Niranjan tersentuh oleh kata-kata Pishi Ma… Sinopsis Gangaa episode 42 by MeyshaLestari