Sinopsis Ashoka Samrat episode 238 by Meysha Lestari

Sinopsis Ashoka Samrat episode 238 by Meysha Lestari. Prajurit menggiring sekelompok orang yang mereka perlakukan dengan sangat buruk. Orang-orang itu telah di tuduh sebagai pemberontak dan ditangkap setelah mencoba meninggalkan Taskhila. Prajurit berkata bahwa mereka akan memulai permainan dengan para pemberontak itu sebagai korbannya. Kata prajurit siapa saja yang memenangkan permainan ini akan diampuni nyawanya. Kichak menyuruh agar permainan segera di mulai.

Sebuah lingkaran api di persiapkan dan orang-orang di kumpulkan di tengahnya. Lalu para prajurit menembak mereka. Orang-orang itu berteriak ketakutan dan tidak punyak tempat untuk menyelamatkan diri, karena disekelilinya ada api. Kaurvaki memandan insiden itu dengan hati sedih. Ashoka ada di antara para penonton dan bertanya, “ada apa ini?” Tak seorangpun menjawabnya. Mereka semua menangis sedih.

Kaurvaki menatap Amadhya dan bertanya, “mengapa anda masih diam setelah melihat semua kekejaman ini?”

Kichak dan saudara perempuannya memukuli orang yang selamat dari permainan di awasi tatapan tajam Ashoka. Kichak sama sekali tidak perduli ada yang selamat atau tidak. Mereka akan tetap mati ditangannya. Dan sepertinya dia tidak perduli siapa yang dia bunuh. Baginya darah dan jiwa mereka tak ada artinya. Seorang selamat dari kobaran api dan tembakan prajurit. Prajurit menangkapnya dan membawanya kehdapan Kichak. Dengan ketakutan pria itu memohon belas kasihan.

ashoka cover122Saudara perempuan Kichak berkata kalau Kichak adalah Mahanayak mereka dan orang beruntung karena bisa selamat dari azab yang pedih itu. KIchak memberi siyarat, si prajurit lalau membawa orang itu ke tempat pengorbanan. Ashoka bertekad bahwa tak akan ada lagi manusia yang dikorbankan, “aku harus menyelamatkan orang itu!” Ashoka lalu mengambil batu. Tepat sebelum prajurit itu menggorok leher orang itu Ashoka melemparnya dengan batu dan tepat mengenai tangan si prajurit. Senjata terjatuh dan darah mengucur dari lukanya. Kicahak terkajut. Dia menatap sekeliling..

Kichak menyatakan bahwa orang itu sekali lagi beruntung karena selamat dan orang yang darahnya menetes di tempat itu  yang akan di korbankan sekarang. Pria yang selamat itu pergi dari sana dan si prajurit yang terluka menggantikan posisinya. Dengan sekali tebas kepala parjurit menebas leher prajurit itu. Saudara perempuan Kichak bersorak mengelu-elukan Kichak. Orang-orang ikut bersorak dengan enggan.

Kichak berkata kalau perngorbanan sudah selesai tapi dia ingin tahu siapa yang melempar batu. Ashoka teringat bagaimana orang-orang di aniaya dan siksa oleh anak buah Kichak. Tanpa gentar, Ashoka maju kedepan kerumunan. Kaurvaki menatap Ashoka dengan kaget. Kichak menatap Ashoka dengan tajam. Terjadi keributan, orang-orang berlari lintang pukang. Ashoka balas menatap Kichak. Kichak menyuruh prajuritnya menangkap Ashoka. Saudara perempuan kichak mengajak Kichak pergi, “kita tidak aman di sini. Jangan menempatkan hidup kita dalam bahaya, ayo kita pergi.” Dia memaksa Kichak pergi. Sementara itu seseorang melemparkan kain kearah Ashoka.

Puja Garbh Sanskar sedang berlangsung di istana Magadha. Pendeta menjelaskan bahwa upacara ini berujuan untuk mendoakan bayi yang belum lahir agar sehat dan sejahtera dan di karuniai pemikiran yang baik. Helena berkata pada Dharma, “tidak mudah kehilangan anak dan tetap terlihat gembira. Tapi kau harus tetap tenang demi anakmu yang belum lahir. Kau harus selalu gembira.” Dharma menjawab bahwa sangat menakutkan bagi seorang ibu untuk melahirkan anaknya di dunia yang rusak, “.. yang penuh kemunafikan dan orang-orang jahat. Dunia di mana orang seperti Achary Chanakya di bunuh tanpa belas kasihan, ketika ketakutan memimpin dan orang tidak saling percaya. Maafkan aku samrat, aku memang senang menjadi ibu lagi. Ini yang sangat menguntungkan bagi aku. AKu masih punya keyakinan bahwa meskipun hanya lampu kecil cukup untuk menerangi kegelapan. AKu akan menyambut anak keduaku dengan harapan bahwa dia akan menjadi bagian dari perubahan yang akan membawa perdamaian di dunia.” Bindu menatap Dharma dengan tatapan bangga sementara orang-orang bersorak untuknya.

Kaurvaki menanyai Ashoka atas niatnya, “apa yang coba kau buktikan dengan melemparkan batu pada prajurit Kichak? Jika kami tak ada di sini, kau sudah di pukuli sampai mati hari ini…” Ashoka kesal karena tidak bisa mengatakan yang sebenarnya. Dia memarahi Kaurvaki, “kenapa kau selalu ikut campur? Apakah aku memintamu?” Kaurvaki terhenyak kaget, alih-alih mengucapkan terima kasih, Ashoka malah memarahinya. Ashoka menolak bantuan dari siapapun, “aku bisa melawan mereka seorang diri.” Amadhya bertanya, “kau pikir siapa dirimu? Bagaimana kau akan menentang orang kuat seperti Kichak? Dia akan membunuhmu dengan mudah! Sudah banyak ksatria mencoba, tapi mereka gagal. Lalu apa yang membuatmu begitu spesial?” Kaurvaki menyela, “dia spesial karena dia sombong dan egois. Itu saja. Kau menyelamatkan kapal dari badai lalu kau pikir kau bisa melakukan apapun? Jangan lupa, kau hanya anak seorang nelayan! Ini bukan laut di mana kami akan mendengarkan apapun yang kau katakan!” Mereka lalau berpencar ke arah yang berbeda ketika mendengar suara prajurit datang. Prajurit menemukan kain yang sama tergeletak di sana. Mereka berkesimpulan bahwa Ashoka pasti ada di sekitar situ.

Prajurit berhasil menghentikan langkah Ashoka dan Kaurvaki. Tapi Kaurvaki dengan cerdik berhasil melemparkan bubuk cabe ke mata mereka. Keduanya lalu kabur melarikan diri. Kaurvaki berkata pada Ashoka kalau sekali lagi dia telah menyelamatkan dirinya hari ini, “kau bahkan tidak terpikir untuk mengucapkan terima kasih padaku!” Semakin banyak prajurit yang bedatangan untuk menangkap mereka berdua, tapi sekali lagi mereka berhasil melarikan diri.

Di pengandilan, Kichak dengan marah menatap batu yang di lemparkan Ashoka. Saudara perempuannya tahu kalau Kichak sedang marah coba menenangkan, “batu ini mungkin telah menyakitimu, tapi dia hanya anak kecil. Mengapa buang-buang energi hanya untuk anak kecil?” Agnibahu menasehati Kichak agar tidak berpikir dengan hati tapi dengan otaknya, “kau telah membunuh kastria hebat. Ini hanya seorang anak.” Saudara perempuan Kichak setuju dengan kata-kata Agnibahu. Kichak pun setuju, “benar, aku telah membunuh banyak ksatria hebat. Juga benar kalau anak kecil itu berani menyerangku hari ini. Aku bisa saja membunuhnya dengan mudah tapi matanya tidak punya ketakutan. Mata itu seolah menantangku. Ini bukan pertanda yang baik. Aku harus menghentikannya sebelum kabar ini menyebar. Segera tangkap anak itu!” Saudara Kichak berkata bahwa mereka akan mengorbankan anak itu, “nama adikku akan di puja.” Bhami berkata dengan sedih, “apa gunanya menjadi pemimpin yang membunuh begitu banyak orang yang tidak bersalah agar bisa memerintah? Sampai kapan penyiksaan ini berlangsung? Suatu hari akan datang akhirnya!” Kichak menyuruh Bhami diam, “aku pasti akan membunuhmu sekarang juga jika peramal itu tidak meramalkan tentang anak kita. Jangan pernah bicara sepertai itu pada kakak ku lagi! Kau disini hanya untuk memberiku penerus. Jangan menganggap dirimu lebih penting dari itu! Pergi sana!” Dengan sedih Bhami pergi dari sana…. Sinopsis Ashoka Samrat episode 239 by Meysha Lestari