Sinopsis Ashoka Samrat episode 208 by Kusuma Rasmana

Sinopsis Ashoka Samrat episode 208 by Kusuma Rasmana. Di istana Maghada, raja Bindushara sedang melangkah dengan perasaan hancur. Acharya datang menemaninya dan menghibur raja yang sangat gundah gulana itu. “Nyawa dua anakku sekarang ada dibibir jurang. Apa yang telah aku lewatkan?” ujar sang raja. Acharya Chanakya menanggapi perkataan raja agar ia menolong Ashoka. “Aku harap anda tidak menyesali keputusan anda dikemudian hari. Ashoka layak di hukum bila ia benar-benar bersalah. Bagaimana bila ia terbukti tidak bersalah setelah ini?” tanya Acharya, “Aku mohon anda memberiku waktu untuk membuktikan ia sungguh bersalah atau tidak”.

Raja Bindushara sebenarnya juga yakin putranya Ashoka tidak bersalah, “Namun belati ditangannya berkata sebaliknya”, jelas Bindushara, “Dia juga disitu menyamar sebagai Agraduta. Dia telah mengakui tuduhan kejahatannya. Dia bahkan mencoba mengancamku. Aku lebih sok lagi melihat perubahan istriku Subhadrangi (Dharma). Dia telah mengatakan bahwa dia tahu semuanya sejak awal. Subhadrangi bahkan minta aku menjadikan Ashoka sebagai pewaris tahta. Dia juga meminta dibuatkan istana terpisah bagi diri dan putranya. Dia juga tahu benar fakta bahwa Ashoka lah Agraduta itu dan juga hubungan antara Ashoka dan Ahenkara. Subhadrangi benar-benar membuatku sok dengan semua itu,”kata raja lagi.  Acharya Chanakya terlihat tidak percaya dengan apa yang di katakan Bindusara tentang Dharma. Bindu melanjutkan, “Aku benar-benar menyesal telah mempercayai Ashoka dan Dharma, Kau mampu mengetahui tentang kebenaran wajah dari ayahku, Chandragupta Maurya, tapi tidak wajah Ashoka kali ini”. Dengan sedih, Raja pun berlalu meninggalkan tempat itu.

ashoka cover122Acharya Chanakya datang menemui Ashoka di dalam selnya. Ashoka mengatakan kepada Acharya bahwa kedatangannya sedikit terlambat. “Aku sangat butuh bantuanmu sebelumnya, tapi sekarang sudah terlambat, tidak ada waktu lagi”, kata Ashoka. Acharya membantahnya bahwa masih ada waktu. “Tapi aku telah membuat kesalahan”, kata Ashoka.

“Benar, kau melakukan kesalahan”, kata Acharya, “kau tentu saja melakukan kesalahan. Guru tidak bisa selalu mendampingi muridnya, maka pengetahuan yang diajarkanlah yang dijadikan pegangan. Aku telah memperingatkanmu, untuk jangan selalu mengambil keputusan hanya berdasar kata hati saja. Karena itu kau hanya melakukan kesalahan. Kau telah mengintervensi keadilan Maghada dengan menjadi Agraduta. Adalah menjadi tanggungjawabmu melakukan itu, namun sebenarnya kau telah menghina keadilan itu.
“Tapi aku tidak punya pilihan Acharya”, kilah Ashoka. “Orang selalu punya pilihan, Pangeran”, jawab Acharya, “Orang yang pandai akan selalu melihat jalan mana yang sesuai dengan tujuannya”.
Saat itu, anda dan ayahanda tidak ada disini”, kata Ashoka, “Maka aku harus menangani masalah itu sendiri”.
“Kau seharusnya lebih menjaga kesabaranmu. Kau lihat kau malah terjebak didalamnya sekarang?”, kata Acharya, “Aku ingin tahu kebenaranmu sesungguhnya”. Acharya Chanakya memberikan selembar kertas kepada Ashoka.
“Saat aku melihatmu, aku merasa seperti melihat kakekmu Chandragupta Maurya, dan harapanku pun sama”, kata Acharya, “Aku percaya penuh kepada penglihatan bathinku bahwa kau adalah penyelamat seluruh tanah India di masa depan adalah benar. Hari ini ayahmu berkata bahwa aku melakukan kesalahan dengan mempercayai kamu”.
“Aku minta maaf Acharya”, kata Ashoka, “Aku telah mengecewakan anda dan ayah. Aku memang pantas mati”.
Namun Acharya tidak menanggapi penyesalan itu dan hanya minta Ashoka membaca lembaran kertas itu.
“Jika kau melihat sesuatu yang salah dan tidak pada tempatnya (dalam surat itu), maka aku menerimanya sebagai kegagalanku sebagai guru”, kata Acharya lagi.
Ashoka kemudian membaca lembaran kertas itu, isinya, “Sushima telah menyerang Ahenkara, Ashoka ikut campur, Ahenkara menusuk Sushima demi menyelamatkan dirinya sendiri. Ashoka menyalahkan dirinya sendiri demi menyelamatkan Ahenkara”.
Ashoka tersentuh setelah membaca lembaran surat itu, dia lemas terjatuh menyentuh kaki Acharya, Acharya mengangkat tangannya lalu memeluknya. “Sekarang seorang guru harus menolong muridnya, walaupun harus mengorbankan hidupku untuk itu”.
Namun Ashoka minta Acharya berjanji agar merahasiakan semua kebenaran ini kepada orang lain, “sebaliknya segalanya harus diselesaikan”, kata Ashoka. Acharya pun menyanggupi janji itu. “Kau menyembunyikan kebenaran untuk menyelamatkan dua orang. Keadilan tidak bisa melakukan cara ini, namun maksud tersembunyi ini bagiku adalah melindungi masa depan Maghada, aku harus membantumu dengan tujuan yang sama”.

Di wisma Acharya, Chanakya termangu melihat keluar jendela. Acharya Radagupta pun menghampirinya dan bertanya, “Apa yang sedang anda pikirkan, Acharya?”.  Chanakya menjawab, “Seorang ayah yang sedang emosional mengambil keputusan untuk menghukum putranya. Aku tahu Agraduta itu hanya khayalan, Dharma tidak mungkin mendukung orang yang salah, Dia tidak mungkin egois. Orang-orang ini telah membuat bayangan untuk mengelabui mata Yang Mulia raja. Sushima saat ini terbaring sekarat, adalah hampir mustahil membantu Ashoka sekarang. Sinar mentari esok mungkin akan membawa khabar hukuman mati Ashoka. Aku tidak punya cukup waktu lagi untuk mengumpulkan bukti”.

Radhagupta menjawab, “Kita dapat menyelamatkan hidup Ashoka bila Sushima bisa keluar dari kondisi kritisnya saat ini. Semua pengobatan yang dilakukan belum membawa hasil, inilah yang sangat mengganggu pikiran Yang mulia. Bila Sushima dalam kondisi baik, akankah Samrat mengambil keputusan seperti ini? Hanya keajaiban yang bisa menyelamatkan Ashoka sekarang.”  Acharya Chanakya menjawab, “Kau benar Radhagupta, Aku tahu siapa yang bisa melakukan keajaiban…”

Dengan penuh perasaan sedih Dharma melihat barang-barang milik Ashoka, dia didampingi oleh Kasturi. “Aku tidak punya waktu lagi”, katanya. Dharma minta Kasturi membantunya. “Dia akan meninggalkan aku besok pagi. Aku harus memberikan semua barang ini sebelum itu.”  Chanaky yang muncul tiba-tiba menyahut, “tidak akan terjadi adi apapun pada Ashoka, Ratu Dharma. Aku tidak akan membiarkan dia mati”. Dharma bangkit menyongsong Chanakya dengan wajah penuh harap. Acharya berjanji akan membantu Ashoka, tapi lewat dukungan penuh Dharma juga. Chanakya memberitahu Dharma bahwa Sistem keadilan Maghada menyebutkan bila seseorang membunuh anggota keluarga kerajaan, maka dia harus dihukum mati. Namun bila anggota keluarga istana tidak sampai mati maka penjahat itu hanya dihukum atas kejahatannya saja (tidak dihukum mati), “Maka aku minta anda menyelamatkan Sushima saat aku berusaha membantu Ashoka”, sambung Acharya lagi. Menurut Chanakya, jika Shushima hidup, dia akan mempunyai kesempatan untuk menyelamatkan Ashoka. Acharya menambahkan, “Jadi hanya satu solusi untuk menyelamatkan Ashoka, yaitu dengan tidak membiarkan Sushima mati. Aku tahu, anda sanggup melakukan keajaiban itu”.

Dikamar Charumitra, sang ratu sedang menangis disamping Sushima yang sedang terbaring tidak sadarkan diri dan masih ditangani tabib istana dan para pembantunya. Dharma datang ke ruangan itu, Charumitra pun naik darah melihatnya. “Aku sudah bilang, kau harus menjauhi putraku!”, dia mendorong Dharma hingga hampir jatuh sambil mengusirkan agar pergi dari hadapannya. Acharya yang datang melihat adegan itu, membuat Charumitra kaget. Acharya berkata, “Rani Charumitra, mungkin dia satu-satunya solusi bagi keselamatan Sushima”.

Namun Charumitra yang marah malah mendebatnya, “Aku minta kalian tinggalkan aku dan putraku. Aku tahu kalian tidak punya simpati kepada putraku, aku tidak akan membiarkan kalian membunuh putraku dengan masuk kedalam perangkap kalian”. Acharya Chanakya menjawab, “Ratu Dharma telah menyelamatkan hidup Samrat beberapa kali. Bukan hanya aku, tapi anda sendiri telah menyaksikan keajaiban itu. Mohon berikan kesempatan bagi Dharma”. Dengan marah, Charumitra berkata, “Haruskan aku membiarkan dia menuntaskan kejahatan yang dilakukan anaknya?”.

Dharma mendekati Charumita dan berkata, “Aku mengerti kemarahanmu, Aku tidak dapat melakukan apapun untuk menyelamatkan Ashoka dari kematian, namun aku berusaha menolong Sushima. Cara ini tidak akan membantuku, namun bila Sushima berhasil selamat, maka aku akan bebas dari rasa bersalah karena kondisi Sushima saat ini terjadi karena tindakan putraku. Besok pagi, kita bisa saja kehilangan dua putra, atau bisa menyelamatkan satu orang putra. Keputusan ada padamu”, kata Dharma.

Charumitra merenung beberapa saat memikirkan pendapat Dharma sambil menoleh anaknya di pembaringan. Akhirnya dia mengijinkan Dharma menangani kondisi putranya.. Sinopsis Ashoka Samrat episode 209