Sinopsis Ashoka Samrat episode 166 by Sally Diandra. Di kerajaan Magadha, seluruh keluarga kerajaan telah duduk di ruang makan untuk menikmati makan siang mereka bersama sama, saat itu Ashoka tidak mengenakan pakaian kerajaannya lagi, Drupata merasa heran “Kak Ashoka, kenapa kamu tidak mengenakan pakaian kerajaan ?”, “Pakaian itu tidak menjadi masalah yang penting orangnya, perhatianku adalah untuk melayani orang orang bukan pada pakaiannya” ujar Ashoka sambil tersenyum, sementara yang lainnya juga ikut tersenyum kecuali Noor dan Charumitra yang tampak masam “Rani Noor, bagaimana kondisimu saat ini ?” Bindusara mulai membuka percakapan “Setelah sibuk sekian lama, akhirnya kamu punya waktu untuk aku juga rupanya, Samrat ,,, aku baik baik saja” tepat pada saat itu Dharma memasuki ruang makan, Bindusara sangat mengagumi Dharma “Rani Dharma telah memasak hari ini untuk semua orang” ujar Bindusara bangga “Rani Dharma seharusnya sadar kalau dirinya saat ini adalah seorang ratu, dia tidak perlu melakukan semua ini” sela Helena “Ini adalah kemauanku sendiri, Rajmata Helena” ujar Dharma lembut “Jika kalian memakan masakan yang dibuat oleh ibuku maka kalian pasti akan meminta setiap hari” ujar Ashoka senang, tepat pada saat itu Kamakshi (gadis misterius yang disuruh Sushima untuk meracuni Ashoka) memasuki ruang makan dengan kheer beracun yang dibawanya diatas sebuah nampan, Sushima yang melihatnya tersenyum sinis, kemudian Kamakshi memberikan mangkok yang berisi kheer itu ke Ashoka dan meninggalkan ruangan tersebut sambil melirik kearah Sushima.
Di dapur istana, Chanakya bertanya pada Radhagupta “Apakah kamu sudah mengecek semua makanan itu ?”, “Iya sudah, guru ,,, tadi Rani Dharma juga ada didapur jadi si pembunuh mungkin tidak masuk kesini” namun saat itu Chanakya curiga melihat Yashesvri yang sedang duduk mematung, Chanakya dan Radhagupta segera menghampiri Yashesvri yang masih sibuk membersihkan bahan makanan tapi tidak menggubris orang orang disekitarnya, Chanakya melihat dikaki Yashesvri seperti ada titik hitam “Seseorang telah menyematkan racun ke dalam kakinya, siapa yang bersamanya terakhir kali ?” tanya Chanakya penuh selidik “Tadi dia bersama seorang gadis yang bernama Kamakshi” ujar salah satu pelayan “Gadis itu juga yang telah memberikan kheer untuk Ashoka, guru !” ujar Radhagupta lantang, Chanakya dan Radhagupta terperangah
Diruang makan istana, saat itu Ashoka berkata pada Dharma “Ibu, akhirnya aku bisa makan kheer setelah beberapa hari, jadi ibu mau kan suapi aku dengan tanganmu ?” pinta Ashoka, Dharma tersenyum sambil mengangguk dari tempat duduknya “Aku juga !” sela Drupata, Bindusara tersenyum melihat ulah anak anaknya seraya berkata “Kalau begitu suapilah semua anak anak dengan tanganmu, Rani Dharma ,,,, agar hubungan kalian semakin kuat” Dharma tersenyum kemudian berdiri dari tempat duduknya dan mulai menyuapkan kheer pertama kali pada Sushima, Sushima memakannya sedikit kemudian tersenyum “Terima kasih, Rani Dharma” Dharma tersenyum kemudian Dharma menyuapi Siamak dan Drupata dan tiba pada giliran Ashoka, ketika Dharma hendak menyuapkan kheer beracun itu untuk Ashoka, Chanakya segera masuk ke ruang makan dan mencegahnya “Dewi Dharma, hentikan !” semua mata menatap kearah Chanakya “Ada racun didalam makanan Ashoka” semua orang terkejut mendengar ucapan Chanakya, mangkok yang berisi kheer beracun itu terlepas dari tangan Dharma dan jatuh kelantai berserakan “Racun ?” Bindusara merasa heran sambil berdiri “Bagaimana kamu tahu, guru ?” tanya Ashoka heran sambil berdiri pula, diikuti oleh keluarga kerajaan yang lain “Kepala tukang masak yang mencobanya tadi ,,,” belum juga ucapan Chanakya selesai, Ashoka langsung memotong ucapan Chanakya “Tidak ! Ini tidak mungkin terjadi !” Ashoka segera berlari untuk melihat kepala tukang masak yang mencoba kheer Ashoka, Dharma dan Bindusara juga ikut berlari mengekor di belakang Ashoka
Di dapur, Radhagupta sedang mencoba menyelamatkan kepala tukang masak yang mencoba kheer beracun untuk Ashoka, Kasturi juga ada disana mencoba membantu Radhagupta yang membaringkan kepala tukang masak di kakinya sambil duduk dilantai, kepala tukang masak menggelinjang akibat efek racun tersebut, saat itu Ashoka masuk ke dalam dapur, Ashoka teringat ketika kepala tukang masak itu berkata “Kami mempunyai tugas untuk melindungi keluarga kerajaan” Ashoka tertegun, saat itu Chanakya, Bindusara, Dharma dan Helena sudah memasuki dapur dan melihatnya, Chanakya duduk didekat Radhagupta, sementara yang lainnya berdiri “Guru, selamatkanlah dia, jangan sampai terjadi apa apa padanya” pinta Ashoka cemas, Dharma yang juga melihatnya mencoba mengambil obat herbalnya, tak lama kemudian Dharma telah sampai disana dengan membawa obat obatan herbal untuk mengobatinya “Ini semua terjadi karena aku, ayah ! Racun yang seharusnya buat aku, diberikan padanya terlebih dahulu” ujar Ashoka sedih “Jangan khawatir, nak ,,, mereka sedang mengobatinya” Bindusara mencoba menenangkan Ashoka, namun setelah meminum obat herbal dari Dharma, akhirnya kepala tukang masak itu tewas seketika, semua orang terkejut termasuk para pelayan dan tukang masak yang mengelilingi mayat kepala tukang masak “Apa yang terjadi padanya ? Jangan ! jangan sampai terjadi apa apa padanya, tidak ada seorangpun yang tidak bersalah meninggal karena aku !” ujar Ashoka lantang “Guru ! Lakukan sesuatu padanya !” pinta Ashoka lagi namun Chanakya hanya terdiam membisu, Ashoka menoleh ke arah ibunya
“Ibu, lakukan sesuatu padanya ! Pikirkan jika aku berada di posisinya maka akankah kamu melakukan sesuatu ?” tanya Ashoka panik “Aku mengerti kekhawatiranmu tapi kamu harus tenang, nak” ujar Dharma, Bindusara dan Helena juga bingung “Bagaimana aku bisa tenang, ibu ? Seseorang yang tidak bersalah telah tewas untuk melindungi seorang pangeran, apakah nyawanya ini tidak ada harganya ?” ujar Ashoka kesal “Nyawanya itu ada harganya, Ashoka ,,, nyawanya sama harganya dengan prajurit lain yang melindungi tanah air mereka dan mati untuk tanah airnya, mereka telah siap untuk menyerahkan nyawa mereka di medan perang juga hanya untuk melindungi tanah air mereka, kamu adalah seorang pangeran dan seluruh bangsa sangat bergantung padamu, hidupmu sangat penting bagi seluruh negeri” ujar Chanakya yang mencoba menenangkan Ashoka yang mulai resah “Guru, apakah kamu bisa mengatakan hal ini pada ibunya bahwa nyawanya kurang berharga daripada aku makanya dia meninggal ? Tidak ! Ini tidak sama dengan tewas di medan perang, kenyataannya adalah karena aku, hari ini salah seorang yang tidak bersalah telah meninggal, tanganku berlumuran darah dengan darah orang orang yang tidak bersalah, guru ,,, hari ini aku telah mengambil sesuatu yang tidak bisa aku berikan kembali” Ashoka mulai menangis pilu, namun tiba tiba kepala tukang masak itu menghela nafas seperti hidup kembali, dan akhirnya dia tersadar “Ashoka, lihat ,,, rupanya Dewa mendengarkan doa doamu, nak ,,, dia akan baik baik saja” ujar Dharma sambil menyeringai senang, semua yang hadir disana juga bernafas lega dan tersenyum melihat kepala tukang masak hidup kembali, saat itu Sushima ada dibelakang kerumunan para pelayan mendengarkan pembicaraan mereja semua, Sushima panik ketika melihat kepala tukang masak bisa siuman kembali “Bagaimana jika kepala tukang masak itu menceritakan tentang Kamakshi, aku harus menangkapnya terlebih dulu !” bathin Sushima kesal dan panik
Sementara itu, di luar Kamakshi sedang berlari keluar dari istana, Aakramak dan para prajuritnya mengikutinya dari belakang, Kamakshi akhirnya sampai di ujung koridor dan bersembunyi disana, Aakramak tidak bisa melihatnya lagi.
Masih di dapur istana, Ashoka yang masih terbawa perasaan pada kepala tukang masak langsung duduk bersimpuh dekat kepala tukang masak yang masih terbaring di pangkuan Radhagupta “Jika terjadi padamu hari ini maka aku mungkin tidak akan bisa memaafkan diriku” ujar Ashoka penuh haru “Pangeran, jika aku harus mati demi kamu maka aku akan berfikir kalau itu adalah hak istimewaku” ujar kepala tukang masak “Untuk kesetiaanmu, aku membebaskan kamu dari tanggung jawab mencicipi semua masakan” Chanakya terkejut mendengar ucapan Ashoka “Ashoka, apa apaan ini ?” ujar Chanakya heran “Guru, aku tidak bisa menelan makanan sambil berfikir kalau ada seseorang yang telah menempatkan nyawanya dalam bahaya sebelum mengirimkan makanan itu padaku, aku tidak bisa melibatkan nyawa siapapun dalam bahaya hanya karena aku” ujar Ashoka sedih “Ashoka, sebagai seorang pangeran kamu seharusnya berfikir menggunakan logika, bukan menggunakan perasaan” sela Bindusara “Tapi ibu mengatakan padaku, sesekali seseorang harus mendengarkan kata hatinya dan kata hatiku mengatakan bahwa ini tidak benar, ayah ,,, tidak akan ada seorangpun yang merasakan makananku” Dharma mendengar ucapan Ashoka penuh haru seraya berkata “Ashoka benar, Samrat ,,, aku juga tidak ingin siapapun yang merasakan makananku” Bindusara bingung dengan istri dan anaknya ini “Lalu untuk apa pengamanan keluarga kerajaan ?” ujar Bindusara heran “Kita seharusnya memperketat penjagaan yang banyak, ayah ,,, sehingga tidak ada yang bisa mencampur racun kedalam makanan” ujar Ashoka “Siapa yang bisa mencampur racun dalam makanan ?” sela Bindsuara lagi “Samrat, seseorang dari keluargamu sendiri” ujar Cahankaya “Dia bisa saja dari orang luar juga” sela Helena dengan nada tidak suka “Aakramak sedang mengikuti seorang gadis, mereka akan menangkapnya segera” ujar Chanakya, tepat pada saat itu Aakramak menemui Chanakya dan mengabarkan “Gadis itu telah aku temukan tapi dia telah mati, ini sepertinya ularnya sendiri yang menggigitnya” ujar Aakramak “Musuh mana lagi ini yang tersisa sekarang ? Kita perlu menetapkan panglima tentara yang baru, kalau begitu kamu Aakramak, kamu yang akan menjadi panglima tentara yang baru mulai dari sekarang !” ujar Bindusara tegas, Aakramak berterima kasih pada Bindusara sambil menganggukkan kepalanya
Malam harinya, dikamar Helena, Helena sedang bersama Noor di kamarnya “Noor, jika bukan kamu yang melakukan hal ini, lalu siapa yang melakukannya ?” tanya Helena penuh penasaran sementara Noor juga bertanya tanya karena ada kubu lain selain mereka berdua yang melancarkan serangan ke Ashoka dan Dharma
Chanakya bersama Radhagupta di ruang pribadinya, semua mayat para pemusik, pelayan dan Kamakshi sendiri yang digigit ular dibaringkan disana, Chanakya merasa heran “Kita harus mencurigai semua orang, jelas sudah ini bukan ular Kamakshi sendiri yang menggigitnya karena dia biasanya memprovokasi ularnya untuk menggigit siapapun, lalu mengapa dia memprovokasi ularnya sendiri untuk menggigitnya dirinya, bagaimanapun juga nyawa Ashoka masih dalam bahaya, kita harus memberitahukannya pada Samrat Bindusara” ujar Chanakya cemas… Sinopsis Ashoka Samrat episode 166 by Sally Diandra.