Sinopsis Ashoka Samrat episode 142 by Meysha Lestari.

Sinopsis Ashoka Samrat episode 142 by Meysha Lestari. Dharma duduk di singgasana yang di buat Ashok. Ashok bersimpuh di depannya. Ashok membaringkan kepalanya di pagkuan Dharma. Dharma membelai kepala Ashok sambil  mengucapkan terima kasih pad Ashok karena telah membuat harinya berkesan. Ashok bertanya, “apakah anda pernah ingin menjadi ratu, ma?” Dharma dengan hertan balik bertanya, “enapa kau bertanya seperti itu?” Ashok menjawab, “aku sedang berpikir tentang ratu DHarma. Dia beruntung karena samrat sangat mencintainya. Dharma dengan sangsi berkata, “aku tidak tahu apakah dia beruntung atau tidak. Samrat tidak mencintainya, tapi membencinya. Karena dia telah menghancurkan patungnya.” Ashok menyahut, “anda melihat dia menghancurkan patung, tapi anda tidak melihat kalau perasaanya juga hancur seperti patung itu. Aku telah melihat samrat dalam keadaan seperti itu. Dia sangat sedih. Ketika seseorang dalam keadaan tak berdaya, orang terdekatnya akan menanggung marah. Samrat menghancurkan patung itu karena dia merasa tidak berdaya. Satu sisi dia mendapat tahu kalau Dharma kekasihnya masih hidup, tapi dia juga di beritahu kalau Dharma adalah dalang konspirasi. AKu tahu beliau sangat mencintai Dharma dan anaknya. DIa ingin memeluk anaknya. Semakin banyak aku tahu tentang Dharma, aku merasa Dharma seperti dirimu, ma.” Dharma kaget, “apa yang kau katakan?” Ashok menjawab, “akan sangat menyenangkan jika ayahku mencintaimu seperti Samrat menciantai Dharma. Akan sangat menyenangkan kalau ayahku ingin bertemu denganku seperti samrat ingin menemui anaknya. Akan sangat menyenangkann kalau aku punya ayah seprti samrat Bindusara.” Dharma dengan haru memeluk Ashoka. Ashok membantin, “aku akan memenuhi mimpi yang telah kita lihat hari ini. AKu akan mengembalikan mu posisimu yang terhormat danmendapat kehormatan yang pantas kau dapatkan. Ini janjiku..janji seorang anak.”

sas 142Bindu memanggil semua orang agar hadir di ruang sidang. Helena dengan heran bertanya mengapa Bindu memanggil semua orang. Bindu menjawab pertanyaan Helena di hadapan semua orang, “kalian semua bertanya-tanya tentang informasi yang di bawa Ashoka, karena itu aku memanggil penulis sejarah yang memberitahu Ashok tentang segalanya ke istana ini hari ini. Dia akan menjelaskan segalanya tentang siapa anakku dan dimana dia sekarang.” Ashok terlihat tegang, mengingat si penulis sejarah tahu bahwa dirinya adalah putra Bindusara. Ashok membatin, “jika samrat tahu kalau aku adalah putranya, maka aku akan membawa ibu  kehadapannya tapi aku tidak punya bukti untuk membuktikan kalau dia tidak bersalah.” Chanakya berpikir kalau dirinya harus menghentikan penulis sejarah itu memberitahukan yang sebenanarnya. Sementara Helena juga terlihat cemas, karena kalau penulis sejarah memberitahu bindu tentang anaknya maka dia akan melakukan segala cara untuk menemukan anak itu, jika itu terjadi, maka rencana helena CS akan gagal.

Aakramak memasuki ruang sidang bersama Vans, penulis sejarah yang pernah di temui Ashok di tepi desa Champanagri. Ashok tertegun melihat pria itu dan buku yang ada di tangannya. Ashok berpikir, “jika ada orang yang membaca catatan itu maka semuanya akan terbongkar.” Aakramak memberitahu Bindu kalau pria yang bersamanya adalah orang yang di temui Ashoka, “orang ini sedang puasa, sehingga dia tidak bisa bicara. tapi dia membawa buku catatannya yang di tulis dalam bahasa Sansekerta murni.” Bindu meminta Chanakya untuk membacakannya. Chanakya melemparkan tanggung jawab itu pada Khalatak. Khalatak berpikir, “achari tak pernah melewatkan kesempatan untuk mempermalukan aku di hadapan samrat karena itu dia melemparkan tanggung jawab ini padaku, karena aku tidak bsia membaca tulisan sansekerta murni.” Khalatak dengan sopan mempersilahkan Chanakya saja yang membacakan karena dia adalah guru besar Magadha. Dia lebih berhak dari dirinya. Sebelum Chanakya membaca, helena menghentikannya, “tunggu! Achari, anda harus bersumpah lebih dahulu bahwa anda akan mengatakan seperti apa yang tertulis.” Chanakya terlihat tegang, tapi kemudian dia bersumpah akan mengatakan kebenarannya saja. Chanakya lalu membaca catatan itu dengan keras, “Samrat Bindusara telah menikah seorang putri Brahmana dan namanya adalah Dharma…” Mendengar apa yang di baca Chanakya, penulis sejarah terlihat kaget. Chanakya melanjutkan, “setelah pernikahan ini Dharma melahirkan seorang putra Samrat yang namanya… tidak ada yangtahu.” Bindu dengan rasa ingin tahu pertanya pada penulis sejarah, “apakah kau tahu putraku ada di mana sekarang?”  Penulis sejarah menatap Chanakya dan berpikir, “achari tidak mengatakan kalau namanya Subhadrangi tapi Dharma. Jadi jelas, kalau aku harus tetap diam.” Dia lalu menggeleng sebagai isyarat kalau dirinya tidak tahu.

Helena meminta Bindusara agar tidak menjadi lemah karena Dharma. Chanakya menyahut kalau hanya ada tuduhan pada Dharma, tapi tidak ada buktinya. Helena menjawab, “bukti ada di sini, dia sangat dekat dengan samrat, tapi bersembunyi darinya, mengaapa?” Bindu mengatakan kalau dia ingin bertemu Dharma, “aku ingin bertanya mengapa dia menjauhkan putraku dari ku. Apa yang kulakukan hingga dia mengingkari kepercayaanku dan jika dia tidak mengingkari kepercayaanku mengapa dia sembunyi? AKu ingin yang sebenarnya.” Helena menyahut, “tidak penting mengapa dia melakukan ini. Yang terpentin adalah dia telah melakukannya dan harus di hukum karena operbuatannya itu.” Bindu berjanji kalau Dharma tidak bsia membuktikan kalau dirinya tidak percaya, maka bindu sendiri yang akan menghukumnya. Setelah berkata begitu, Bindu mengajak Chanakya pergi keruangannya. Chanakya mengangguk setuju.

Ashok berjalan di lorong istana sambil terngiang kata-kata Bindusara, “jika Dharma tidak bisa membuktikan dirinya tidak bersalah maka aku sendiri yang akan menghukumnya!” Seorang prajurit mengikuti Ashok secara diam-diam. Ashok mengetahuinya. Ssushim tiba-tiba muncul dan menyapa Ashok dengan penuh persahabatan, “Ashok, aku datang untuk mengucapkan terima kasih.” Ashok dengan heran bertanya, “kenapa?” Sushim terlihat sedih dan berkata, ‘aku tahu kau tak kan mau mempercayai aku dan itu semua salahku. Aku selalu menganggap kau sebagai musuhku. Aku selalu berpikir kenapa kau bisa begitu dekat dengan ayahku. Tapi hari ini aku senang, karena kedekatanmu dengan ayah. Kalau tidak kau tidak akan pergi untuk mencari Dharma dan aku tidak akan tahu kalau aku punya adik yang lain. Aku hidup seperti pangeran, dan adikku pasti sangat menderita di luar sana. Aku tidak tahu apakah ratu Dharma mengkhianati ayah atau tidak, tapi aku tahu, adikku pasti tidak bersalah. Sangat menyedihkan kalau seorang anak terlibat dengan semua ini. Samrat sangat sedih dan tidak berdaya. AKu takut musuh Magadha akan menyakiti adikku. AKu ingin menemukan ratu Dharma dan adikku. Jika mereka terbukti tidak bersalah, aku akan melindunginya. Aku akan memeluknya dan memberitahu dia kalau kakanya ada bersamanya dalam suka dan duka.” Ashok menyahut, “dia sangat beruntung karena punya kakak seperti anda, pangeran Sushim.” Sushim berkata kalau dirinya akan membantu Ashok mencari ratu Dharma dan putranya, “ku pikir aku pasti akan mengenalnya kalau dia datang padaku. Tapi aku harus mencarinya dulu.” Ashok memberitahu kalau dirinya tidak tahu apa-apa tentang putra Dharma, “tapi kau telah mengirim pesan pada penduduk desa dan aku yakin akan mendapatkan informasi tentang dia..”  Sushim memminta Ashok memberitahu dirinya kalau ada kabar tentang adiknya. Ashok mengangguk. Sushim mengucapkan terima kasih. Lalu dengan pura-pura menghapus airmatanya, dia beranjak pergi meninggalkan Ashoka. Ashoka menatap kepergian Sushim dengan rasa iba.

Prajurit Khorasan keluar dari pesembunyiannya dan merasa senang karena telah mendapatkan berita yang dia inginkan, “aku akan memberitahu Mir Khorasan tentang semua ini…” Sinopsis Ashoka Samrat episode 143