Sinopsis Ashoka Samrat episode 138 by Mey Lest

Sinopsis Ashoka Samrat episode 138 by Mey Lest. Helena menatap heran pada Ashok, akhirnya di tahu mengapa Chanakya membawa Ashok ke istana, “..ternyata itu alasannya kenapa achari Chanakya selalu membela Ashoka.” Bindu tersenyum bahagia sambil berkata, ‘Ashok…anakku!” Bindu turun dari singgasana dengan tangan mengembang. Ashok menyahut, “ya ayah!” Ashok menangis dan segera berlari memeluk Bindusara. Keduanya saling berpelukan di saksikan oleh semua orang yang masih tercengah tak percaya. Sambil memeluk Ashok, Bindu menatap Dharma sambil tersenyum. Dharma menangis haru. Bindu melepas perlukannya, sambil menatap Dharma dan Ashok bergantian dia berkata, “sebenarnya aku selalu ingin memiliki putra sepertimu, dan kini keinginan itu terwujud, aku tidak bisa percaya..”  Mendengar kata-kata  Bindu, Helena menegurnya, “sadarlah, samrat. Dia adalah anak dari Dharma. Dia seorang pengkhianat!” Ashok berteriak membantah, “tidak. Itu tidak benar, ayah. Ibuku bukanlah seorang penjahat. Dia tidak membuat konspirasi. Ratu Niharika salah menuduh ibuku. Musuh yang sebenarnya adalah Mir Khorasan, dia yang mencoba membunuh ibuku.” Semua mata tertuju pada Mir Khorasan. Noor tersentak kaget. Khorasan begitu kejahatannya terbongkat, tanpa buang waktu langsung menyandera Dharma dan memerintahkan pasukannya mengepung Ashok dan Bindu. Ashok berteriak kaget. Khorasan dengan kejam berkata, “aku akan mengakhiri kisah ini sekarang.” Lalu dengan sekali sentak, pedang Khorasan menebas kleher Dharma. Dharma terjatuh kelantai. Ashok berlari menghampiri ibunya. Bindu berteriak marah. Khorasan menghampiri Bindu dan menusuk perutnya dengan pedang. Bindupun terkapar di lantai. Ashok segera menghunus pedangnya… lalu semuanya menjadi kabur dan masing-masing orang kembali keposisinya semua. Ashok tersentak, ternyata semua hanya bayangan Ashoka  saja. Ashoka tertegun di tempatnya.

Melihat Ashok diam saja, Bindu kembali bertanya, “Ashok, apa yang kau  tahu tentang ratu Dharma? Siapa yang ingin membunuhnya?” Ashok dengan mata berkaca-kaca berkata, “aku akan mengatakan semuanya pada anda, tapi secara pribadi.” Khorasan menentang keinginan Ashok yang ingin bicara berdua saja dengan Bindusara. Tapi Bindu mendukung Ashok dan menyetujui permintaanya. Helena mengatakan kalau dia setuju dengan pendapat Mir. Bindu menjelaskan kalau Ashok pasti punya alasan tersendiri. Charu menanyakan nasib Dharma.

Bindu menatap Dharma dan berkata, “Sevika, karena apa yang telah kau lakukan, aku menghukummu untuk bekerja di pengilingan….” Bindu kemudian menyerahkan urusan pada Subhrasi. Chanakya memberi isyarat pada pelayan untuk membawa Dharma pergi. Subhrasi terlihat prihatin. Tapi Charu dan Ashoka samrat coverterlihat tidak puas. Melihat ibunya di bawa pergi untukmenjalankan hukujman, Ashok dalam batin merasa bersalah atas hukuman yang akan diterima ibunya, tapi dia tidak bisa mengatakan apa-apa demi melindungi keluarganya. Setelah Dharma di bawa pergi, Bindu meminta semua orang pergi. Akhirnya meski dengan berat hati para ratu pun pergi dari aula sidang. DI ikuti Khorasan, dan Chanakya. Hingga yang teringgal hanya Ashok dan Bindusara.

Sambil mengawal Dharma, para pelayan membicarakan Ashoka. Dharma teringat apa yang di katakan Ashok pada Bindu dan berpikir, “apakah Ashok telah mengetahui kebenarannya? bagaimana jika dia mengatakan kalau dia anak samrat Bindusara?” Memikirkan itu, kepala Dharma menjadi pusing. Hampir saja dia tersungkur seandainya kasturi tidak muncul dan segera memapah tubuh Dharma. Melihat kondisi Dharma pelayan mengingatkan kalau samrat telah memberinya hukuman untuk bekerja menggerakan roda. Setelah berkata begitu para pelayan itu meninggalkan Dharma bersama Kasturi.

Helena, Noor dan Khorasan berbincang-bincang. Helena memprotes Khorasan, “anakku itu bisa mendapatkan kebenarannya tapi kau tidak bisa. Kau memalukan. Kemana perginya prajuritmu ketika anak itu mencari kebenarannya?” Noor menyahut, “kita tidak tahu apa yang di ketahui Ashoka. Tidak tahu apa yang akan dia katakan pada Bindusara. Jika dia mengatakan sesuatu tentang Dharma padanya, maka semuanya akan berakhir.”

Setelah semua orang meninggalkan ruang sidang, Bindu menghampiri Ashok dan memintanya mengatakan yang sebenaranya padanya. Ashok teringat permintaan Chanakya agar tidak mengatakan kebenaran tanpa bukti-bukti. Melihat kediaman Ashok, Bindu berkata dengan nada sedih, “aku berdosa karena telah menelantarkan Dharma selama bertahun-tahun dan kini kau mengatakan padaku kalau dia punya seorang putra. Entah betapa banyak kesukaran yang di hadapi untuk membesarkan anak itu seorang diri. Dan anakku pasti akan membenciku. Apa yang di pikirkannya tentang aku? katakan padaku, dimana dia?” Bindusara meneterskan airmata saat mengatakan itu. Ashok ikut menangis mendengar pengakuan Bindusara. Dia segera berlutut dan menyentuh kaki Bindusara. Bindu membantunya berdiri dengan cemas, “ashok, kau baik-baik saja?” Ashok berdiri dan menjawab, “aku baik-baik saja sekarang. Hanya sedikit lelah.” Sambil mengusap airmatanya, Bindu bertanya, “Ashok katakan padaku apapun yang kau ketahui tentang Dharma dan anakku.” Ashok menjawab, “rumah ratu Dharma telah di Champanagri telah di bakar ketika dia sedang hamil. Musuh menduga kalau dia terunuh tapi sebenarnya Dharma telah melahirkan seorang putra dan pergi meninggalkan Champanagri. Tidak ada yangtahu tentang dia.” Bindu bertanya, “lalu ari mana kau mengetahui ini semua? Dan apakah kau punya bukti?” Ashok menggelang, “aku mengetahui ini semua dari seorang yang menyimpan sejarah keluarga di Champanagri.” Bindu terlihat begitu menderita mendengar berita tentang Dharma dan putranya yang di bawa Ashok. Dengan menahan sedih dia meminta Ashok pergi meninggalkannya. Dengan bersimbah airmata, Ashok pun pergi dari sana.

Noor berkata kalau Dharma adalah kelemahan Bindusara, “ini bisa di lihat dengan mudahh. AKu takut kalau anaknya menjadi titik kelemahannya juga. Samrat bisa dapat mengumumkan dia sebagai ahli warisnya.” Helena menyahut, “tidak. AKu telah berjanji pada Justin bahwa hanya Siamak yang akan menjadi samrat. AKu akan memenuhi keinginannya. Kita harus menemukan anak Dharma.” Khorasan bertanya, “bagaimana caranya? Kita bahkan tidak tahu tentang Dharma.” Noor berkata, “entah apa yang di katakan Ashok pada Bindusara. Samrat pasti tidak akan mengatakan apapun pada orang lain.” Helena sambil menyerigai licik berkata, “tapi dia tidak akan menyembunyikan apapun dari ibunya.”

Ashok keluar dari ruang sidang dan segera berlari pergi dari sana. Dia menangis sambil berteriak memanggil Dharma, “ma…!” Di tempat lain, Dharma juga sedang menangisi Ashok sambil memutar roda sebagai bagian dari hukumannya.

Ashok tersedu-sedu, tak kuasa menahan tangis saat Chanakya menghampirinya. Chanakya mengusap airmata Ashok. Ashok berkata dengan sedih, ‘aku telah melakukannya, achari. Aku ingin menjadi seorang anak dan aku telah menjadi seorang anak. tapi aku tidak bisa mendapatkan seorang ayah sampai sekarang. Aku tidak mengatakan padanya kalau aku adalah anaknya.” Dengan sedih dia memeluk Chanakya. Chanakya mengelus kepala Ashok sambil berdoa.

Sambil menangis Dharma berkata, “jika ini semua salahku maka aku pasti akan menerima hukumannya. Tapi kami semua menderita walaupun tinggal di bawah satu atap..”

Di tempatnya Bindusara juga berdoa, ‘tuhan, pertemukanlah aku dengan anak dan istriku. Tapi bagaimana aku akan menemukan mereka di tempat seluas ini?”  Sinopsis Ashoka Samrat episode 138