Sinopsis Ashoka Samrat episode 132 by Mey Lest. Ashok terpana melihat nenek tua ketakutan. SI nenek dengan suara bergetar berkata, “kau datang ke sini untuk membunuhku. Kau membawa pedang juga…” Ashok mencoba menenangkan, “nek, aku membawa pedang tetapi….” Nenek mengamuk dengan melemparkan barang-barang kearah Ashok sambil berkata, “kau memanggilku nenek tapi kau ingin membunuhku.” Ashok dengan heran ebrtanya, “kenapa engkau berkata begitu, nek? Aku Ashoka. Yang pernah membawamu menemui anakmu. Ketika Kalu mengirim pedati untukmu.” Nenek mengumpat dengan kesal dan mendoakan kalu agar membusuk dia penjara, sambil membelai wajah Ashok. Ashok menunjukan koin yang di beri nenek tua itu pada adanya, “kau memberiku koin ini..” Nenek tua itu mendekati Ashok, meraba wajahnya dan tersenyum gembira, “ashok…Ashok! Tapi Ashok kenapa kau ingin membunuhku?” Ashok menjelaskan, “nek, aku memang membawa pedang, tapi tidak datang untuk membunuhmu.” Nenek mempercayai kata-kata Ashok, “ya… mana mungkin kau melakukan itu, kau orang baik.” Ashok bertanya pada nenek tentang Dharma, “apakah Dharma tinggal di sini nek?” Nenek mengatakan kalau dirinya pernah mendengar nama itu tapi tidak ingat siapa dia. Ashok meminta si nenek mencoba mengingatnya. Bukannya menjawab, si nenek malah mengajak Ashok makan. Ashok bersin. Nenek menebak kakalu Ashok habis berjalan di semak-semak. nenek berkata dengan perasaan haru, “ibumu pasti akan memelukmu kalau dia masih hidup.” Ashok menyahut, “ibuku masih hidup.”
Dharma teringat apa yang di katakan Chanakya ketika dia mendengar Bindu berkata pada Charu, “apa yang kau katakan? Sushim memang pernah mencintai Ahenkara, tapi sekarang dia hanya pengkianat baginya. Charu menjawab, “Jika ada pernikahan, maka ada cinta. Sushim menjadi emosi dan marah, tapi dia akan segera tenang. Sia akan memaafkan Ahenkara.” Bindu pun menyahuti, “mari kita lihat apakah Ahenkara menerima Sushim atau tidak.” Charu bertanya, “apakah kau melupakan cinta pertamamu? Bagaimana bisa?” Helena menyambut, “aku tahu apa yang telah kau lalui. Jika puteri Ujjain menjadi puteri menantu kita makamereka akan menjadi besan daripada musuh.” Charu juga menanyakan apakah ada ancama bagi mereka sekarang, “ini solusi yang tepat.” Dharma datang…
Ashok mengajak nenek duduk di dipan. Ashok mengulurkan patung wajah Dharma. nenek meraba wajah patung itu dan berkata, “ini sama, Dharma. Dia sangat cantik. Dia menikahi raja…” Ashok menyahut, “ya dia seorang samrat, dan dia mencari Dharma sekarang.” Mendengar itu nenek menjadi cemas, “janga! Selamatkan dia, jangan biarkan dia menemukan Dharma.” Nenek kemudian berteriak-teriak histeris sambil beracau, “ada api di gubuknya…!” Ashok mengangguk, “aku akan menyelamatkannya, tapi sebelum itu aku harus tahu siapa yang ingin membunuhnya?”
Dharma memberitahu Bindu kalau akan ada upacara pooja besok. Charu dengan ketus berkata, “samrat sedang sibuk sekarang.” Charu kemudian meminta Bindu untuk memikirkannya sekali lagi, “Sushimk bisa melakukan apapun. AKu yakin setelah menikah segalanya akan kembali normal.” Helena meminta Bindu mempercayai dirinya. Bindu menjawab, “aku percaya padamu, bu. Tapi aku tidak percaya Niharika. Aku akan mengambil keputusan setelah bicara pada Chanakya.” lalu bindu pergi diikuti tatapan kecewa Charumitra dan Helena.
Radha memberitahu Chanakya kalau orang-orang Khorasan sedang mencari Dharma dan Dharma belum mau peri dari istana, “apa yang harus kita lakukan, sekarang?” Chanakya memberi Radhagupta perumpamaan tentang keadaan Dharma dengan seorang pengembara yang berjalan di padang pasir, “mereka melihat mata air di sana dan berlari untuk mendekatinya. Tapi begitu dekat, mereka menemukan kalau tidak ada sesuatu di sana. Lalu mereka menyadarai kalau yang meeka sangka mata air hanyalah khayalan mereka saja. Mereka kehilangan arah dan tidak bisa kembali pada tujuannya semula. Kita harus membuat Khorasan tersesat.” Chanakya mengatakan kalau dia akan menemui Dharma sambil menatap cincin pemberian Bindusara, “cincin ini akan membawa Dharma pergi dari istana.” Seoarang prajurit datang memberitahu Chanakya kalau Angraj tewas dan mereka tidak bisa menemukan Ashoka. Chanakya terlihat cemas, “temukan Ashoka, keselamatannya adalah yang paling utama.” Prajurit segera pergi menjalankan perintah Chanakya. Chanakya membatin, “segalanya menjadi semakin kabur.” Chanakya menoleh keluar jendela. Dia melihat singa Chandragupta menggeram di atas tebing. Chanakya beruman, “untuk masa depan yang lebih baik, masalalu harus di bawa di buka dengan bukti-bukti yang kongrit.”
Ashok memberitahu nenek kalau dirinya adalah pejuang dan tidak akan membiarkan apapun terjadi pada Dharma, “katakan padaku tentang dia, nek!” Nenek bercerita kalau beberapa tahun yang lampau beberapa orang prajurit datang kerumah Dharma yangs aat itu sedang hamil. Dharma berlari ke rumah nya untuk menyembunyikan diri tapi mereka kemudian membakar rumah itu, “tapi dia masih hidup dan melahirkan seorang anak laki-laki di tengah kobaran api itu.” Ashok bertanya, “lalu kemana anak laki-laki itu? Kemana anak mereka?” Nenek menyahut, “dia…’ Ashok mendesak nenek agar mengatakannya. Tapi tiba-tiba si nenek terjatuh kepangkuan Ashok dengan sebuah anak panah menancap di punggungnya. Ashok berteriak, “nenek!” Di aterkejut saat melihat anak panah ituu. Dengan panik Ashok memanggil nama si nenek meminta dia memebritahukan siapa nama anak laki-laki itu. Si nenek tidak bergerak. Ashok terlihat geram. Dia mengangkat tubuh si nenek dan meletakkannya di divan. Ashok hendak keluar, tapi dia mendengar suara orang datang. Ashok segera bersembunyi.
Seorang pria masuk dan memeriksa keadaan si nenek. Dia lalau menatap sekeliling dengan gusar, “seseorang telah datang kemari. SI pria menendang tumpukan karung yang ada di sudut ruangan dengan kesal. Ashok mengintip kelakuan orang itu. tak lama kemudian pria itupun bergegas pergi. Ashok keluar mendekati jasad si nenek, memeriksanya dan berguman dengans edih, “bagaimana ini bisa terjadi? Ini tidak mungkin. Aku tidak bisa mendapatkan jawaban. Setiap kali aku coba untuk mencari kebenaran, sesuatu pasti terjadi.” Ashok melihat sebutir koin emas tergeletak di lantai. Ashok mengambilnya dan berpikir, “orang yang sama. Apa hubungan antara ibuku dengan Dharma?”
Esok harinya, upacara pooja di mulai. Pendeta membaca matra. Semua keluarga istana hadir. Subhrasi berdiri diatas altar dan bertanya apakah ada yang di butuhkan oleh pendeta? Penddeta menjawab kalau tidak ada. Seorang wanita mendekati Dharma dan mengajaknya pergi. Subhrasi mengizinkan Dharma. Dharma pergi keluar, wanita itu menggantikan posisi Dharma. Saat Dharma peri, Bindu masuk. Pendeta memberi salam pada Bindu. Khorasan berbisik pada Helena kalau hari ini semua pelayan ada di sini, “kalau salah satu dari mereka adalah Dharma, kita pasti akan menangkapnya. Jika kau mencintai seseorang kau tidak akan sanggup melihat dia kesakitan. Bindu akan terluka dan Dharma akan berteriak.” Nikator mengingatkan, “kita akan tertangkap kalau kau coba menyakiti Bindusara. Dan wanita yang tidak mau menunjukan diri tidak akan muncul sekarang.” helena berkata kalau mereka bisa mencobanya, “kalau cinta yang menjauhkan dia dari bindusara, maka cinta akan mendekatkan mereka juga.” Noor terlihat antusias, “aku akan senang melihat Bindusara kesakitan. Tapi bagaimana anda akan melakukannya?” Khorasan memberitahu Noor kalau di atelah menambahkan sesuatu kedalam minyak havan. Sehingga ketika dia menyalakan api dan menambahkan minyak maka api akan menyambar tanganya. Dan hanay dia yang akan terluka. Jika ada pelayan yang berteriak untuknya, maka aku yakin dia adalah Dharma. AKu sudah menyuruh beberapa prajurit datang menyamar untuk memata-matainya.” Sinopsis Ashoka Samrat episode 133 by Mey Lest