Sinopsis Ashoka Samrat episode 73 by Jonathan Bay

Sinopsis Ashoka Samrat episode 73 by Jonathan Bay.

Siamak berdiri menatap kepergian Bindu dan Charumitra. Noor menghampirinya dan menariknya kembali ke tempat tidur. Dia mendorong Siamak hingga jatuh terduduk sambil berkata, “ayahmu punya anak yang lain untuk mengurangi rasa malu tapi aku merasa malu. Anaknya yang lain akan menang tapi aku hany apunya dirimu dan apa yang telah kau lakukan?” Kau membuatmu malu. Kenapa? Kenapa kau tidak bisa menahan luka sekecil itu? Kau tahu ketika aku melahirkanmu aku harus menahan sakit yang amat sangat..” Siamak dengan memelas meminta maaf.  Tapi Noor seolah tak lagi mau memperdulikannya. Dengan kasar dia mendorong siamak pergi. Siamak hampir jatuh, tapi Khorasan datang dan memeganginya, “Siamak..kau baik-baik saja?” Siamak dengan rasa sedih dan terluka berkata, “aku tidak membutuhkan siapapun..” lalu tanpa menoleh lagi, dia bergegas pergi dari hadapan Noor dengan hati sedih.

Khorasan menghampiri Noor dan memarahinya, “apa kau sudah gila? Kau tidak bisa menjadi istri bagi suamimu setidaklah jadilah ibu yang baik. Kalau kau memberi waktu untuk anakmu dan bukan pada cinta terlarangmu maka kita tidak akan melihat hal seperti ini terjadi.” Noor menjawab kalau dia sudah berkerja keras untuk Siamak. Khorasa mencercanya, “seorang ibu yang tidak menghormati anaknya dan lebih mementingkan egonya daripada anaknya sendiri, lalu apa yang bisa di lakukan si anak? Siamak adalah harapanku untuk mencapai tahta. Jika ada siapapun datang diantaranya maka aku bisa mengambil nyawanya meski dia adalah anakku sendiri.” Khorasan meninggalkan Noor. Dengan geram Noor menyiram tubuhnya dengan air dari dalam teko sambil mengingat apa yang dkatakan Khorasan. Tidak ccukup membasahi badannya, Noor menyiramkan air itu ke segala arah.Sinopsis Ashoka Samrat

Vramir merasakan ada air memercik di wajahnya. Dia tersadar. Dia terkejut saat melihat Radhagupta. Di amenoleh menatap mala, para parjurit dan lebih terkejut lagi saat melihat Chanakya. Vramir setengah tersedak menyapanya, “achari Chanakya, anda di sini?” Chanakya tanpa membuang waktu bertanya, “tempat rahasia apa yang sedang kau buat?” Vramir dengan setengah gugup bertanya, “kalau ku katakan padamu apakah aku akanmendapat hukumann atau pengampunan?” Chanakya menjawab dengan tegas, “kau akan mendapat hukuman. Tapi berat hukuman tergantung pada jawabanmu.” Vramir mengatakan kalau raja Ji sedang memeprkuat pasukannya di sini dengan membangun  istana dan jalan rahasia di dalamnya. Chanakya lalau meminya prajuritnya untuk membuang Vramir kedalam sumur kering. Prajurit segera mengangkat tuubuh Vramir. Vramir memohon-mohon pada Chanakya, “maafkan akau achari Chanakya…maafkan aku!” Tapi Chanakya tak bergeming. Prajurit benar-benar melemparkan Vramir kedalam sebuah sumur kering lalu menutupnya. vramir berteriak-teriak minta tolong tapi tak ada yang memperdulikannya.

Sushim dan Ashok siap melanjutkan kompetisi berikutnya. Achari Srist memberi berkat pada mereka berdua. Kata Achari Shrist, “aku mendoakan yang terbaik untuk kalian berdua.” Aakramakmemberi petunjuk, “ini adalah putaran terakhir. Dalam labirin ini, kalian harus mencari jalan keluar dan satu diantara kalian yang keluar terlebih dahulu akan menjadi pejuang sejati. Achari Chanakya yang membuat labirin ini, jadi kalian bisa menerka betapa sulitnya ini. Di tengah labirin ini ada pedang Chandragupta, begitu kalian mendapatkan pedangnya, kalian harus keluar dari labirin dan mencapi titik akhir. Ini bukan hanya permainan tapi ritual untuk mendapatkan pejuang hebat untuk Magadha. Tapi kali ini adalah yang peling penting. Tidak ada aturan di sini tapi aku berharap kalian berbuat adil dan berkelakuan yang baik.” Sushim berguman lirih yang hanya bisa di dengar Ashoka, “kecurangan atau keadilan tidaklah penting, ini tentang kemenangan.” Ashok melirik Sushim yang balas melirik kearahnya dengan serigai licik. Aakramak melanjutkan, “aku mengharapkan yang terbaik untuk kalian bertiga.” Sushim terkejut, “siapa yang ketiga?” Achari Shrist menjawab, “Subaho.” Ashok terlihat senang, “ini artinya dia tidak mengundurkan diri. DI mana dia?” Kitasaraya menyahut, “dia ada di vann, tapi dia tidak mengundurkan diri, jadi dia masih dalam kompetisi.” Sushim membatin, “hingga dia tiba di sini, aku akan menjadi pemenang.”  Ashok juga membatin, “ini saatnya untuk memenuhi janji pada ibuku.” Mereka berdua kemudian bersiap-siap, bel berunyi. Keduanya segera bergegas memasuki Labirin.

Dharma berdoa untuk Ashok, “ya tuhan, semoga Ashok menang dan tidak lupa pada nilai-nilai kebenaran.” Di kamarnya, Charumitra berkata, “Sushim punya haka untuk memenangkan pedang chandragupta maurya dan menjadi Samrat.” Sambil menatap tahta, Bindu juga berkata, “jika Sushim menang dia akan membuktikan kalau dia layak untuk duduk diatas tahta. Sushim memiliki keberanian sebagai seorang pemimpin. Tapi dia juga harus mempunyai rasa kemanusiaan dan hati yang besar untuk memerintah rakyat.”

Chanakya berkata pada Radhagupta bahwa Siamak cocok untuk menjadi Smarat, “tapi dia bukan Maurya sejati. Ada darah Khurasani di tubuhnya. Dia mempunyai pengarahug pada Khurasan yang tidak bagus untuk Magadha. DI sisi lain adalah Ashok, dia maurya sejati dan terikat pada negerinya. kemenangan Ashok adalah kemenangan Magadha. Dnegan kemenangannya, aku akan mempertemukan dia dengan ayahnya. Ini adalah mimpi yang menjadi nyata bagi Chandragupta Maurya.”

Ashok berada dalam labirin. Dia mencoba memikirkan cara keluar dari sana. Ashok dan Sushim keduanya terlihat bingung. Ashok terpikir untuk menandai semua tempat sehingga dia bisa mengingatnya dengan cara yang tidak di pahami Sushim. Ashok kemudian memberi tanda silang pada tempat yang telah di lewatinya. Dia tiba di sebuah patung dan memberinya tanda. Lalu di pergi ke tempat yang belwanan arah. Di sana dia menemukan patung yang sama. Ashok menjadi bingung, “aku telah menganti jalanku, lalau mengapa ketemu patung ini lagi?” Sushim juga mendapat kesulitan serupa. Diamemasuki tempat yang di penuhi dengan asap. Dia terbatuk-batuk sambil mengucek-ucek matanya, “aku tidak dapat melihat.” Asap semakin tebal.

Ashok berdiri dengan bingung. Tiba-tiba dia teringat ketika dia pernah tersesat dan Dharma berhasil menemukannya. ~Ashok berkata pada Dharma, “aku tersesat dan tegang, bagaimana anda bisa menemukan aku?” Dharma menjawab, “kalau pikiranmu tidak tenang maka kau tidak akan menemukan jalan. Tenangkan pikiranmu dulu, dan kau pasti akan menemukan jalanmu.”~ Ashok kemudian menatap paung itu dan memberinya tanda. Lalu dia pergi ke tempat yang lain dan menemukan patung yang sama. Ashok tersadar, “sekarang aku mengerti, untuk membuat kami binggung mereka meletakkan patung yang sama di tempat yang berbeda.” Ashok berpikir kalau Sushim sudah sangat dekat, “jika dia melihat tanda yang ku buat, dia akan mengerti triknya..” Ashok kemudian memberikan tanda yang sama pada patung itu dengan pikiran nakal, “akan sangat senang melihat Sushim peri ke tempat yang salah.” Setelah melakukan itu, Ashok segera pergi.

tak lama kemudian Sushim datang dan menemukan tanda pada patung dan jejak kaki Ashok di tanah. Sushim berpikir untuk mengikutinya. Ashok menemukan pintu gerbang yang terkunci, dia kemudian memutar arah ke tempat lain. Sushim mengikuti jejak Ashok dengan geram, “aku tidak akan memaafkan Indar dan Subaho.” Ashok dari tempatnya mendengar langkahh kaki Sushim, dia segera mengganti arah dan akhirnya tiba di tengan labirin dan menemukan pedang Chadragupta maurya.

Prajurit memberitahu Chanakya kalau ada perubahan di bidang keuangan tapi tidak tahu kemana perinya. Radhagupta berkata kalau Vramir juga mengatakan hal yang sama, “achari, kita harus segera emberitahu samrat Bindusara.” Chanakya menolak, “tidak. Ada sesuatu yang lain yang tidak dapat kita lihat..” Chanakya kemudian meminta prajurit pergi ke tempat rahasia yang di buat Vrahmir dan memeriksanya apakah jalan itu menuju istana baru atau bukan, “sangat meragukan karena kita mendapatkan petunjuk itu dengan begitu mudah.”

Ashok menatap sekeliling dan berpikir, “angat meragukan kalau achari Chanakya begitu mudah memberikan pedangnya. Aku snagat dekat dengan pedang itu, disana pasti ada kesulitan untuk mendapatkannya. Tapi apa?” Sushim tiba di tempat yang sama, dia melihat Ashok. Dnegan penuh keserakahan dia berkata, “pertama aku akan membunuhnya terlebih dahulu baru mengambil pedangnya.” Ashok tidak sadar, dia terus berpikir, “jika aku terjebak dalam upaya mengambil pedang itu, maka Sushim yang akan mendapatkannya. AKu tidak boleh mengambil langkah yang salah, di saat aku sudah begitu dekat dengan pedang. Aku harus berhasil memenuhi janjiku pada Samrat dan pangeran Siamak serta ibuku.”… Sinopsis Ashoka Samrat episode 74 by Jonathan Bay