Sinopsis Ashoka Samrat episode 65 by Jonathan bay.

Sinopsis Ashoka Samrat episode 65 by Jonathan bay. Sushim dan Ahenkara berbincang-bincang sambil berjalan di lorong istana. Sushim melangkah maju dan Ahenkara yang berjalan di depannya melangkah mundur sambil menatap wajah Sushim yang super duper ramah padanya. Tiba-tiba punggung Ahenkara menabrak sesuatu dan hampir jatuh. Sushim dengan refleks menahan tubuhnya dengan kedua tanganya. Tubuh mereka saling bersentuhan.  Ahenkara mendongak menatap wajah Sushim, Sushim menunduk menatapnya dengan penuh takjub. Lama keduanya tertegun pada satu posisi yang intens tersebut hingga terdengar langkah kaki. Sushim dengan cepat membantu Ahenkara berdiri dan melepas pelukannya. Keduanya berdiri menanti.

Ashok muncul dari belokan dengan wajah gusar. Dalam hati Ashok berkata, “aku harus meminta maaf pada ibu karena aku telah banyak menyakitinya. Dia satu-satunya yang kupunya.” Melihat Ashok, Sushim dan Ahenkara segera melangkah menghampirinya. Keduanya saling berpapasan, Ashok berhenti. Begitu pula Sushim dan Ahenkara. Melihat wajah gundah Ashok, Sushim menegurnya, “mau kemana kau? Tidakkan kau tahu kalau kau harus berlari satu jam setelah kompetisi berakhir sebagai hukuman?” Ashok menyahut, “semua karena dirimu, pangeran Sushim. Aku akan melayanimu, sayangnya aku punya kerja yang harus aku lakukan.”  Ashok hendak beranjak, tapi Ahenkara menghalangi jalanya, “kau egois. Pangeran Sushim akan menang darimu, saat itu aku akan melihat wajahmu yang kalah.” Ashok mengejeknya, ashoka samrat 66“sangat senang punya teman sepertimu, puteri. Tapi aku ingin melihat apakah kau akan tetap menjadi temannya ketika pangeran Sushim kalah dalam pertarungan.” Setelah berkata begitu Ashok meningalkan mereka berdua di iringi tatapan geram dari SUshim dan Ahenkara.

Ahenkara menatap Sushim dan protes, “dia menghinaku dan kau tidak melakukan apa-apa?” Sushim menyahut, “ayahanda memanjakannya, aku akan mmebalasnya dalam kompetisi.” Ahenkara dengan marah berkata, “kau terus berpikir dan dia akan mengambing pedang chadragupta maurya dari mu!” Sushim terkejut mendengar teguran itu, dia terlihat terluka. Ahenkara menyadari kata-katanya dan meminta maaf, “maafkan aku, aku hanya tidak bisa melihatmu kalah.” Sushim tersenyum, “aku akan memenangkannya demi dirimu.” Keduanya kemudian melangkah pergi.

Ahcari Aakramak dan  Kita saraya sedang mengawasi siswa yang sedang membungkus perbekalan. Achari Shristh datang dan menanyai Aakramak apakah semuanya sudah siap?” Aamkramak menjawab kalau semuanya sudah di atur, “kita akan melihat apakah siswa saling berbagi barangnya.” Achari Shrist bericara di depan Siswa, “kalian akan memasuki kompetisi ini untuk menang atas yang lain kalia harus menolong sesama peserta yang membutuhkan. Kalian harus memberinya air dan hal-hal lain yang mereka butuhkan. Kompetisi ini akan di jalankan sesuai dengan aturan Chandragupta maurya.”

Chanakya dan radhagupta sedang mengawasi para pekerja yang sedang menambang batu. Raja Ji teropoh-gopoh mendatangi Chanakya dan memberinya salam, “achari..pranam. Achari anda di sini untuk menyelidiki sesuatu?” Chanakya menjawab, “aku hanya ingin memeriksa apakah perkerjaan berjalan dengan baik atau tidak. Tidak bolehkan aku datang?” Raja Ji menjawab cepat, ‘mengapa tidak? Saya akan menunjukan lokasinya pada anda. Kami telah memanggil arsitek khusus dari Ujjain.” Cahankaya megangguk. Raja Ji melangkah sambil menjelaskan sesuatu. Chanakya berjalan di sampingnya. Tapi setelah beberapa saat, Chanakya berkata, “aku tidak melihat sesuatu yang unik di sini, aku akan datang lagi nanti.” Chanakya kemudian membalikan badannya dan pergi meninggalkan Raja Ji yang menatapnya dengan tatapan penuh benci. Saat tiba di samping kudanya, Chanakya berpikir, “pasti ada sesuatu yang akan menjadi petunjuk untuk menemukan konspitasi yang di buat ibu suri Helena. Tapi apa?” Chanakya hendak melangkah peri ketika dia melihat manusia cebol berjalan tak jauh darinya. Chanakya terkejut melihat manusia cebol itu, “Khuramir? apa yang di lakukannya di sini?” Manusia cebol yang di panggil Khuramir oleh Chanakya juga terkejut saat melihat Chanakya. Dia terlihat gugup dan salah tingkah, lalu bergegas pergi untuk menghindari Chanakya.”

Bulan purnama menggantung di langit. DI tempat yang sepi, Dharma sedang melakukan pooja di depan patung dewa. Dia berdoa sambil menangis sedih, “tuhan, aku tidak bisa menolong anakku ketika dia sedang kesakitan. Dia pasti berpikir kalau aku egois dan ibu yang berhati batu…” Ashok datang dari belakang Dharma dan memanggilnya, “Ma..” Dharma segera bangkit dan menoleh ke arah Ashok yang berdiri tak jauh darinya. Ashok melangkah mendekati Dharma, memberinya salam dan berkata, ‘maafkan aku, ma. AKu tidak bisa memahami dirimu. Tidak bisa memahami betapa sukar hal ini untuk mu. AKu sangat marah hingga tidak melihat kesengsaraanmu. kau panutanku. Apa yang anda lakukan pasti ada alasan di baliknya dan aku tidak ingin mengetahuinya. Aku tidak akan mempertanyakanmu lagi. AKu telah menyakitimu. maafkan aku!” Dharma mencium kening Ashok penuh kasih, “setiap kali aku melihat wajahmurasa sakit ku hilang. Lalu bagaimana kau bisa melukaiku? Aku akanmenjawab pertanyaamu pada waktu yang tepat.” Ashok berkata, “tentu, ma. AKu akan menunggu saat itu.” Dharma menggengam tangan Ashok dengan hati gembira, “aku senang kau bisa mengerti aku.” Ashok memberitahu kalau Bindu yang membantunya untuk mengerti, “aku datang pada achari Chanakya untuk meminta bantuan. Tapi beliau menolak. jadi aku berjanji bahwa aku akan menjadi sangat kuat sehingga tidak ada ibu di tanah ini yang akan di paksa di paksa untuk berpisah dari anaknya. Aku harus menjadi pejuang. Aku kuat sekarang.” Dharma tersenyum, “aku akan menunggu saat itu.” Ashok mengatakan pada Dharma kalau besok dia akan mengambil bagian dalam kompetisi, “berkati aku agar aku memenangkannya dan mendapatkan pedang Chandragupta sehingga harga diri dan rasa percaya diriku kembali.” Ashok meminta Dharma memberkatinya untuk menjadi pejuang bagi Magadha. Dia menyentuh kaki Dharma, Dharma menyentuh kepala Ashok dan memberkatinya. Keduanya terseyum bahagia.

Pagi harinya, kompetisi terakhir di buka. Semua orang tersenyum gembira. Baik penonton yang terdiri dari keluarga kerajaan dan para pembesar, juga para peserta. Masing-masing punya harapan sendiri. Bindu tersenyum senang. Achari Shrist memberikan pidatonya, “terakhir dan bagian yang paling penting dari kompetisi ini akan segera di mulai. Aku berharap yang terbaik bagi semua peserta. Kita di sini ingin melihat pejuang  yang akan memenangkan kompetisi ini.  Semua terlihat bersemangat
ingin menyaksikan dari 10 peserta ini siapa yang akan menjadi pejuang terbaik dan itu hanya satu siswa saja..” Sushim tersenyum dan berkata dalam hati, “hanya aku yang berhak menjadi pemenang.” Siamak melirik Sushim dan berpikir, “aku tahu apa yang kau pikirkan kak Sushim, tapi aku tidak akan membiarkan kau sukses kali ini.”
Ashok juga membatin, “ini kesempatan terakhir bagiku untuk membuktikan diriku sendiri.”

Aakramak memberikan petunjuknya di hadapan para peserta, “2 kelompok akan di buat. Satu kelompok akan di pimpin oleh Sushim dan satu lagi akan di pimpin oleh Siamak…” Aakramak meminta Sushim dan Siamak maju. Sushim dan siamak melangkah maju dan berdiri berhadapan. Aakramak mengatakan kalau ada daftar nama anggota kelompok yang akan di bacakan oleh Bindusara. Bindusara segera berdiri dan membacakan nama anggota kelompok. Untuk kelompok Sushim, indrajeet. Indrajet maju dann berdiri di samping Sushim. Bindu memanggil Subaho agar masuk ke kelompok Siamak. Begitu seterusnya, setiap nama yang panggil mereka akan maju dan berdiri di belakang ketua kelompok yang pilihkan Bindusara. Hingga tersisa Ashoka dan Vasu saja.  Bindu berkata, “siswa terakhir di kelompok SUshim adalah…..” Semua orangterlihat tegang, terutama Ashok dan Vasu. Mereka berdua mempunyai masalah dengan Sushim dan kalau boleh memilih tak akan mau masuk kedalam kelompoknya. Ashok membatin, “kalau akau di pilih ke tim pangeran Sushim, lalu bagaimana aku akan mengalahkan dirinya? Kalau Vasunandan yang masuk kelompok Sushim, dia pasti akan membuat hidup Vasu seperti dalam neraka.” Untungnya Bindu menyebut nama Vasu sebagai siswa terakhir dalam kelompok Sushim. Ashok dan vasu berpelukan. Vasu berkata kalau dia akan mendoakan kemenangan Ashoka. Vasu dengan enggan berdiri di samping Sushim yang menatapnya dengan serigai licik.

Ashok melangkah ke kelompok Siamak. Siamak dan Ashok berpelukan di bawah tatapan para ratu, Ratu Noor terlihat tidak suka, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Bindu berkata, “Sushim dan Siamak, aku punya harapan pada kalian berdua. Kalian harus memimpin tim dengan baik. Aku berharap kalian bermain dengan baik.” Sushim mengangguk, “tentu ayahanda..!” Siamak menjawab, “saya tidak akan mengecewakan anda, ayahanda.” Bindu kemudian turun dari podium untuk mengalungkan selendang ke leher peserta. Kelompok Sushim mendapat selendang warna merah, sedangkan kelompok Siamak di beri selendang warna kuning. Saat memasangkan selendang di leher Ashok, ashok menyentuh kaki Bindu dan meminta agar dia memberkatinya, “..anda telah memberi jalan dalam hidupku. Aku berjanji, hidupku akan mengikuti jalan anda saja. Aku akan berjalan di jalan ibuku.” Bindu menyahut, “aku tahu kau akan memilih jalan yang benar.” Bindu kemudian menyentuh kepala Ashok dan memberkatinya. Sushim membatin, “bahkan berkat dari ayahanda raja tidak akan bisa menyelamatkan Ashok kali ini.”  Bindu kembali ke podium. Kompetisi terakhir akansegera di mulai. Ashok melangkah ke podium untuk menyentuh kaki Aakramak. Ashok menyentuh kaki achari Shrist. Achari Shrist mengingatkan Ashok kalau dia harus berlari setelah satu jam setelah kompetisi sebagai bagian dari hukumannya. Ashok mengangguk. Ashok kemudian mendekati Chanakya dan bersimpuh di depannya, “aku tidak datang untuk meminta bantuan, tapi mengambil berkah. Karena anda adalah orang penting yang membuatku mencapai di sini.” Ashok menyentuh kaki Chanakya. Chanakya menyentuh kepala Ashok dan memberkatinya. Terdengar auman singa, Chanakya menoleh, dia melihat Singa Chandragupta mengaum di atap istana…Sinopsis Ashoka Samrat episode 66 by Jonathan bay