Sinopsis Ashoka Samrat episode 113 by Sally Diandra

Sinopsis Ashoka Samrat episode 113 by Sally Diandra. Helena sedang memandangi mahkota yang dibuatnya sendiri khusus untuk Justin, anak semata wayangnya, Helena teringat ketika Justin tidak mengijinkannya untuk meletakan mahkota itu di kepalanya dan berkata “Itu mahkotanya Bindusara, ibu” Helena berbicara dalam hati “Lalu bagaimana bisa saat ini dia mengambil semua tanggung jawab ini dengan menyalahkan dirinya sendiri” Helena sedih meratapi nasib anaknya, tak lama kemudian Noor menghampiri Helena dan meletakan mahkota itu di pangkuan Helena seraya berkata “Apa yang kamu lihat ? Kamu telah merenggut kebahagiaan anakmu sendiri karena benda ini, anakmu akan mati, hanya karena ini !” Noor menunjukkan mahkota itu ke arah Helena, Helena ragu ragu memegang mahkota tersebut “Aku yakin kalau Justin itu tidak bersalah tapi dia menyalahkan dirinya sendiri karena cintanya pada seseorang dan aku tahu bukan aku orangnya saat ini, sepanjang hidupnya dia telah memberikan kebahagiaannya hanya untuk kamu tapi kamu tidak melihat itu semua karena kamu selalu sibuk dengan keinginanmu sendiri menentang Magadha, kamu masih saja diam ketika suatu hari nanti Justin dijatuhi hukuman mati, bagaimana bisa kamu melihat anakmu sendiri menderita ? Selamatkan aku, selamatkan aku, Justin” Noor marah, benci dan berteriak kemudian menangis, Helena hanya menatap Noor tanpa berbicara sedikitpun, kemudian Noor meninggalkannya, Helena semakin sedih dan menangis sambil berkata pada dirinya sendiri “Mengapa kamu melakukan semuanya ini, Justin ?”

Ashoka samrat coverCharumitra mencari cari Bindusara kesana kemari tapi tidak juga menemukan keberadaan suaminya itu “Dimana Samrat Bindusara ?” para prajurit hanya menggelengkan kepalanya ketika Charumitra bertanya pada mereka “Kami tidak tahu, Maharani Charumitra ,,, Samrat kelihatan sedih dan pergi entah kemana”, “Lalu siapa yang bersamanya saat ini ?” nada suara Charumitra terdengar mulai meninggi “Samrat seorang diri, Maharani Charumitra ,,, tidak ada siapapun yang menemaninya”, “Kenapa kalian tidak mengikuti, Samrat ! Kenapa kalian mengijinkan Samrat pergi seorang diri ?” Charumitra menghardik para prajuritnya lantang, tepat pada saat itu Subhrasi menemui Charumitra bersama Dharma yang mengikutinya di belakang “Ada apa Maharani Charumitra ?”, “Samrat pergi seorang diri ke suatu tempat, tidak ada yang tahu” ujar Charumitra kesal “Dia pasti sangat terluka hatinya, tapi seharusnya Ashoka menemaninya”, “Tidak, Maharani ,,, Ashoka tidak menemani Samrat saat ini” Charumitra curiga begitu mendengar ucapan Dharma “Bagaimana kamu bisa tahu ?”, “Saya tadi bertemu dengannya dan dia bilang kalau dia akan menemui Samrat Bindusara” Charumitra masih curiga pada Dharma “Kenapa kamu kelihatan begitu tegang ? Pergi dan segera cari Samrat Bindusara !” Dharma langsung menuruti perintah Charumitra dan segera berlalu meninggalkan mereka

Di luar koridor istana, Ashoka masih sibuk mencari cari Bindusara namun belum kelihatan juga “Dimana Samrat Bindusara, aku tidak bisa menemukannya dimanapun, aku telah berjanji padanya untuk selalu bersamanya, apa yang terjadi padanya ?” tepat pada saat itu Dharma menghampirinya “Ashoka ada apa ?”, “Ibu, aku tidak bisa menemukan Samrat Bindusara dimanapun” Ashoka terlihat cemas “Dia baik baik saja, Ashoka” Dharma mencoba menenangkan anaknya “Ibu tahu dimana dia saat ini ?” Dharma hanya tersenyum seraya berkata “Dulu ketika kamu mengira aku meninggal dunia, tempat mana yang kamu datangi ? Samrat Bindusara akan berada di tempat yang sama seperti yang kamu datangi” Ashoka nampak tertegun “Bagaimana ibu bisa sangat yakin ?”,“Karena kamu itu sama seperti dia, nak” Ashoka terkejut, Dharma sadar kalau Ashoka mulai curiga ”Maksud ibu, ketika kita sedang sedih, kita pasti akan duduk menyendiri” Ashoka tersenyum ke arah ibunya “Aku akan menemukannya, ibu !” Ashoka segera meninggalkan ibunya “Aku memang tidak beruntung, saat ini Samrat Bindusara sangat membutuhkan aku tapi aku tidak bisa bersama dirinya” Dharma sedih menyadari ketidakmampuannya

Di kamar Sushima, Sushima sedang di pijat oleh para pelayannya, Charumitra menghampirinya dan berkata “Musuh Samrat Bindusara adalah saudaranya sendiri tapi musuh terbesarmu adalah dirimu sendiri !” Sushima terkejut ketika ibunya muncul di kamarnya, Sushima menyuruh semua pelayannya untuk pergi meninggalkan mereka berdua, Sushima langsung bangun dan menghampiri ibunya “Begitu banyak pekerjaan yang ada, yang kamu pikirkan adalah tubuhmu saja ! Jika kamu menggunakan otakmu setengah saja maka kamu tidak akan kalah dari Ashoka ! Kamu enak enakkan duduk disini dan Ashoka saat ini sedang berlari mencari cari ayahmu !” Sushima tertegun “Dimana ayah, ibu ?” Charumitra semakin kesal dengan anak semata wayangnya ini “Inilah perbedaan antara kamu dengan Ashoka ! Dia selalu menggunakan pikirannya sedangkan kamu hanya terus bermimpi ! Ashoka mengambil kesempatan ini dengan baik, ketika ayahmu sedang sedih dengan apa yang terjadi di sidang tadi, ayahmu pergi meninggalkan istana dan kamu enak enakkan duduk disini !” Charumitra semakin marah pada anaknya “Bagaimana aku tahu kalau ayah tidak ada didalam istana ?”, “Lalu bagaimana juga Ashoka tahu tentang hal ini ?” Sushima merasa terpojok “Ashoka itu kan pengawalnya ayah jadi dia harus selalu bersamanya” Sushima mencoba membela diri “Dia akan menemui ayahmu dan kamu tetap duduk nyaman disini ? Jika Ashoka bisa menemui ayahmu terlebih dulu maka ayahmu pasti akan curhat pada Ashoka, setiap kali ayahmu merasa sedih dan kamu akan gagal selamanya !” Sushima terlihat marah mendengar ucapanya ibunya “Cukup, ibu ! Ini tidak akan terjadi !” ujar Sushima lantang

Di koridor tengah istana, Noor hendak pergi ke penjara menemui Justin, namun Khurasan segera mencegahnya “Noor ! Kamu tidak bisa pergi menemuinya !” Noor sedih dan menangis “Aku harus menemuinya, bapa !” Khurasan segera menampar pipi Noor dengan keras dan berkata “Itu tidak perlu, Noor !” sambil memegangi pipinya yang panas dan merah, Noor berkata “Kamu tahu kan, bapa … seberapa besar cintaku padanya, aku tidak tahu kapan aku bisa melihatnya lagi, biarkan aku menemuinya, bapa !”, “Dia itu penghianat, Noor ! Jika dia sangat mencintaimu maka kenapa dia melakukan ini semua ? Aku tidak akan membiarkan kamu melakukan kesalahan sekarang !” Khurasan segera menggeret lengan Noor dan memasukan Noor kedalam kamarnya kemudian menguncinya dari luar “Prajurit ! Sini !” Khurasan memerintah prajuritnya untuk menjaga kamar Noor “Ingat ya ! Kalian harus menjaga kamar ini, jangan sampai Maharani Noor keluar dari kamar ini !” ujar Khurasan kemudian berlalu dari sana, sementara kedua prajurit tersebut berjaga di kanan dan kiri samping pintu kamar

Ashoka sampai di pinggiran sungai, Sushima membuntutinya di belakang tapi Ashoka tahu kalau Sushima mengikutinya, Sushima segera bersembunyi agar Ashoka tidak mengetahui keberadaannya “Aku tidak ingin pangeran Sushima melakukan sesuatu yang bisa menyakiti Samrat Bindusara dan jika ingin benar benar menemukan Samrat Bindusara maka dia harus mencarinya sendiri” bathin Ashoka sambil menatap ke arah batu batu kecil yang ada didepannya kemudian diambilnya beberapa batu batu itu dan segera menyelinap dari sana agar Sushima tidak mengetahui kepergiannya, tak lama kemudian Sushima keluar dari persembunyiannya dan dilihatnya Ashoka sudah tidak ada didepannya “Kemana perginya Ashoka ?” Sushima merasa kesal dan pergi dari tempat tersebut, dengan maksud hendak mencari Ashoka lagi, sepeninggal Sushima, Ashoka tiba tiba muncul lagi di tempat tersebut dan meletakkan salah satu batu batuan yang dia ambil tadi kemudian berlalu lagi dari sana.

Sementara itu saat itu Bindusara sedang duduk di tepi danau sambil merenung, Bindusara teringat ketika Justin mengeluarkan kata kata yang kasar dan kurang enak didengar di telinganya “Mengapa Justin melakukan ini semua ? Selama beberapa tahun, ternyata dia telah sangat membenciku dan aku tidak bisa melihatnya?” Bindusara sedang berbicara pada dirinya sendiri ketika Ashoka berhasil menemukannya dan berkata “Yang mana yang membuat kamu terluka, Samrat ? Apakah ketika pangeran Justin menipu kamu atau ketika kamu tidak bisa melihat kebencian di dalam hatinya sebelumnya ?” tanpa diminta Ashoka langsung nyerocos didepan Bindusara “Aku ingin sendirian” Bindusara rupanya tidak suka dengan kedatangan Ashoka “Aku datang kesini bukan sebagai pengawalmu, Samrat ,,, tapi sebagai seorang teman, aku bisa saja meninggalkan kamu sendirian menderita disini karena aku telah belajar dari kamu tapi aku akan duduk disini dan bertanya yang mana yang lebih menyakiti kamu ?” ujar Ashoka seraya tersenyum sambil duduk di bebatuan di samping ayahnya yang belum dikenalnya ini “Aku tidak tahu jawabannya, bagiku itu sangat sulit untuk mengerti dimana dia bisa berbuat salah, aku selalu memberikan kasih sayang dan menghormati Justin tapi mengapa dia sangat membenci diriku ?” Bindusara terlihat sedih “Ibuku bilang kadang kadang kita adalah alasan untuk kesedihan kita sendiri, kadang kadang kita selalu mengharapkan sesuatu yang terlalu tinggi dari pada orang lain, untuk itu kita menyakiti diri kita sendiri, pangeran Justin itu hanyalah satu tapi kamu mempunyai banyak orang yang rela mati untuk kamu, mereka semua berharap kamu bisa mengakhiri kesedihan ini dan kembali lagi seperti dulu, rakyatmu sekarang sedang bingung, mereka mengkhawatirkan kamu, Samrat ,,, kamu bisa menyingkirkan semua itu !” Bindusara mendengarkan ucapan Ashoka kemudian berkata “Tidak ada orang yang suka bersedih tapi aku terluka hari ini dan aku tidak mampu mengembalikan kegembiraanku” Ashoka melempar sebuah batu ke dalam air di danau yang ada didepan mereka seraya berkata “Samrat, kamu bisa saja tersandung oleh batu batu ini, kamu harus mencari cara untuk menyingkirkannya dan aku akan membantu kamu” Ashoka berdiri sambil mengulurkan tangannya kearah Bindusara “Ayooo, Samrat” Bindusara memegang tangan Ashoka kemudian berdiri dan berkata “Entah mengapa aku selalu teringat pada Dharma ketika aku berbicara denganmu” Ashoka tersenyum dan membalas ucapan Bindusara “Ucapanku ini terinspirasi oleh ucapan ibuku ,,, siapa itu Dewi Dharma, Samrat ?” tepat pada saat itu prajurit datang menemui mereka dan mengabarkan kalau Raja Jiraj ingin bertemu dengan Bindusara.

Di istana Magadha, Nicator mendengar kabar dari salah satu anak buahnya kalau Raja Jiraj ingin bertemu dengan Bindusara “Jika Raja Jiraj mengatakan yang sebenarnya pada Bindusara maka itu akan menjadi masalah untuk aku dan Helena” bathin Nicator cemas

Ditepi danau, Bindusara dan Ashoka sudah bersiap hendak pergi dari sana “Raja Jiraj ingin bertemu denganmu sekarang ?”, “Chanakya memang terbukti tidak bersalah, Raja Jiraj pasti mencoba untuk mengatakan sesuatu padaku” tepat pada saat itu Sushima menghampiri mereka “Ayah, apakah kamu baik baik saja ?” Bindusara tersenyum “Iyaaa, aku baik baik saja”, “Begitu banyak yang terjadi, ayah” Sushima berusaha menghibur ayahnya “Iyaa, aku tadi memang bersedih tapi sekarang aku sudah tenang, pengawalku adalah temanku juga” ujar Bindusara sambil melirik kearah Ashoka kemudian meninggalkan tempat tersebut, Ashoka menyeringai senang sementara Sushima terlihat kesal melihat keakraban ayahnya dengan Ashoka “Pangeran Sushima, apakah kamu akan pergi ke istana atau aku harus menolong kamu ?” ejekan Ashoka membuat Sushima semakin kesal kemudian mereka berlalu dari tempat tersebut.

Di penjara istana Magadha, para prajurit melepaskan Raja Jiraj dan membawanya untuk menghadap ke Bindusara di ruang sidang, dalam perjalanan menuju ke ruang sidang Raja Jiraj bertemu dengan anaknya Ahenkara yang menangis melihat kondisi ayahnya “Ahenkaraaa” Raja Jiraj nampak sedih dan rindu pada anaknya ini, Ahenkara hanya terdiam melihat ayahnya yang diborgol leher, kaki dan tangannya, tak lama kemudian Nicartor muncul di belakang Ahenkara sambil memegang lengan Ahenkara erat, Raja Jiraj terkejut melihat Nicator. … Sinopsis Ashoka Samrat episode 114 by Sally Diandra