Sinopsis Ashoka Samrat episode 48 by Jonathan Bay.

Sinopsis Ashoka Samrat episode 48 by Jonathan Bay. Siamak dengan kecewa berkata pada Noor, “ma, aku membawa Ashok kesini tapi anda menghinanya..” Noor setengah berteriak membentak Siamak, “kau menghinaku dengan tidak mendengarkan aku… Jangan menguji kesabaranku, Siamak!” Semua orang menatap Noor dengan rasa penasaran. Terutama Justin, dan Khorasan. Siamak tertunduk.

ashoka samrat 48Ashok berjalan di lorong istana dengan sedih ketika dia melihat Ahenkara sedang berjalan kearahnya dengan dupatta yang menyala. Ashok segera berlari dan mematikan api yang membakar dupatta Ahenkara. Ahenkara memuji Ashok, “kejelian dan kecepatan yang hebat..” Ashok tersenyum sedih, “tapi sayang aku tidak bisa menunjukan ini pada guruku.” Ahenkara tak percaya, “kau bohong!” Ashok menyahut, “aku tidak bohong, seseorang yang mengubah dirinya dalan situasi yang sulit bukanlah seorang pria.” Ahenkara terlihat kagum, “senang bertemu denganmu pangeran.” Ashok tersenyum dan hendak memberitahu Ahenkara kalau dirinya bukan pangeran, tapi Sushim keburu datang dan mendorongnya dengan kasar. Sushim membentak Ashok dengan marah, “kau ingin memikatnya juga dengan kata-katamu? Lihat dulu derajatmu!” Ahenkara menegurnya, “pangeran Sushim, perlakuan apa ini yang anda lakukan pada seorang pangeran?” Sushim menatap Ashok dengan geram, “dengan memakai pakaian bangsawan, dia tidak bisa menjadi pangeran. Dari mana kau curi pakaian ini?” Ashok berkata kalau dirinya tidak mencuri. Ahenkara bertanya, “apakah kau tidak berbohong juga? AKu tidak percaya kau telah membodohiku.” Ashok berkata kalau dirinya akan mengatakan yang sebenarnya. Ahenkara dengan ketus berkata, “kau menyamar sebagai pangeran di depanku…” Ashok menyela dengan kecewa, “aku sedih mengetahui anda melihat orang dari pakaiannya juga.” Sushim menyuruh Ashok diam, “aku tidak ingin ada drama lain. Kalau tidak aku akan menghajarmu!” Ashok membalas dengan berani, “aku tidak takut padamu, pangeran Sushim!” Sushim hendak memnukul Ashok, tapi Ahenkara mencegahnya, “biarkan saja. Jangan pedulikan anak hina seperti dia.” Ashok terluka mendengarnya dan beranjak pergi dari sana. Sushim minta maaf pada Ahenkara karena apa yng telah di lakukan Ashoka. Ahenkara berkata kalau Ashok yang seharusnya meminta maaf. Sushim mengajak Ahenkara pergi dengannya. Ahenkara menurut. Sushim menyerigai senang.

Khorasan mendekati Noor dan bertanya, “mengapa kau memarahi Siamak, Noor? Apa yang terjadi?” Noor dengan menjawab, “aku tidak tahu apa yang terjadi..” Dia lalu menarik tangan siamak dan pergi dari aula. Agnisika menghampiri Khorasan dan bertanya, “apakah semua baik-baik saja?” Khorasan mengatakan kalau tidak ada apa-apa. Helena menghampiri Justin dan mengancamnya, “kalau kau tidak bisa menangani Noor, maka aku yang akan membuatnya mengerti.” Justin tertegun mendengarnya. Helena melotot marah pada Justin dan tanpa banyak bicara meninggalkannya.

Bindu meminta semua orang berkumpul dan mendengarkannya, “aku, perdana menteri dan rajajiraj terlah berbicara, kami telah memutuskan tanggal pernikahan Justin dan Aginiska.” Semua yang hadir bertepuk tangan. Helena yang paling gembira karena dia merasa rencananya berhasil dan Chanakya tidak akan mencurigainya.

Radhagupta menunjukan daftar pelayan Helena dan Mir Khorasan, “semua ada di istana, kecuali prajurit kesayangan Helena, Chamawand. kami sudah mencoba mencari, tapi tidak menemukan dia. Dia tidak meninggalkan petunjuk tentang apa yang sedang di lakukannya…” Chanakya mendengar laporan radhagupta sambil bepikir keras, dia tidak habis pikir, “apa sebenarnya yang terjadi disini? Satu sisi dewi Helena yang mencoba segala cara untuk membuat anaknya menjadi samrat. Dan di sisi lain adalah Dewi Dharma yang berpikir jika anaknya menjadi samrat dia akan meninggalkan jalan damai…” Chanakya memberitahu Radhagupta, “kita harus melakukan sesuatu.”

Ashok sedang bergegas pergi untuk meninggalkan istana ketika kasturi berpapasan dengannya dan menyapa, “pangeran, apakah anda akan pergi tanpa makan malam?” Ashok tersenyum, “pakaian ku ini punya pangeran, tapi aku orang biasa.” Dharma terkejut melihat Ashok berbicara dengan Kasturi tapi kemudian senyum bahagia merekah di bibirnya. Kasturi dengan heran bertanya, “kau bukan pangeran? lalu siapa?” Ashok mengenalkan dirinya, “aku Ashok. Ibuku dulu merawat Samrat di sini. Beberapa hari yang lampau, dia meninggal lalu samrat mendaftarkan aku di sekolah bangsawan.” Kasturi teringat pertemuannya dengan Chanakya yang memintanya membawa Dharma bekerja di dapur istana, “apakah dia subhadrangi?” Kasturi melihat Dharma. Dharma memberi isyarat pada kasturi agar tidak mengatakan apa-apa. Kasturi mengangguk. Dharma meminta kasturi memberi makan Ashok. Ashok melihat gelagat Kasturi dan menoleh kebelakang, tapi tidak menemukan siapa-siapa. Ashok dengan rasa inggin tahu bertanya, “ada apa dewi?” Kasturi berkata, “semua merasa kalau ibumu sangat baik dan sekarang aku tahu kalau kau adalah anaknya. Jadi aku tidak akan membiarkan kau pergi tanpa malam.” Kasturi mengajak Ashok ke dapur dan menghidangkan makanan untuknya. kasturi duduk bersama Ashok, menemaninya makan. Dharma mengintip dari balik pilar. Ashok makan dengan lahapnya. Dharma tersenyum senang. Ashok berkata pada Kasturi, “anda memberi makan saya dengan penuh kasih sayang. Rasanya ibuku pasti sangat bahagia melihatku makan.”  Dharma menangis haru mendengarnya. Ashok melanjutkan makannya. Kasturi menoleh pada Dharma, Dharma mengangguk. kasturi berkata dia akan mengambil makanan lagi. Dia menghampiri meja makan di dekat pilar dan berbisik pada Dharma, “jangan khawatir, ini akan menjadi rahasia. Ashok memiliki sesuatu dalam dirinya, itu makanya samrat mengirimnya ke sekolah bangsawan.” Ashok masih asyik makan. Dia merasakan seseorang menatapnya dari balik pilar. Ashok menoleh dan tidak melihat siapa-siapa. Ashok tersenyum lalu melanjutkan makannya..

Sushim dan teman-temannya hendak membawa Ahenkara ke sekolah bangsawan. Tapi ada pengawal yang berjaga di pintu. Sushim bingung, “kita tidak bisa keluar di jam seperti ini apalagi bersama anak perempuan.” Ahenkara bertanya kemana Sushim akan membawanya? Sushim berkata kalau dirinya akan menunjukan pada Ahenkara bagaimana dia memberi pelajaran pada Ashok. Sushim berpikir sebentar, dia mendapat ide. Sushim menyuruh teman-temannya berjalan bergandengan secara melingkar, sehingga Ahenkara berada di tengah dan terhalangi dari pandangan penjaga. Mereka kemudian berjalan melewati penjaga tanpa masalah.

Mereka tiba di asrama sekolah bangsawan dan pergi ke kamar Ashok. Semua sedang tidur. Sushim dan teman-temannya mendekati tempat tidur Ashok. Dia melihat sesosok tubuh berselimut rapat di atas ranjang Ashok. Dengan kejam, Sushim menginjak tubuh itu, tapi tidak ada reaksi. Semua merasa heran. Sushim membuka selimut dan melihat kalau yang tidur bukanlah Ashok, tapi susunan baju dan kain yang di tata sedemikian rupa sehingga menyerupai orang yang sedang tidur. Ahenkara berkata, “dia sangat pintar.” Sushim dengan kesal menyahut, “bukan pintar, tapi mengecut. Dia malerikan diri dari aku.” Ahenkara nyeletuk, “kalau aku berada di tempat anda, aku tidak akan membiarkan dia lari.” Sushim terlihat malu di sindir begitu.

Ashok duduk di halaman sekolah. Aakramak keluar untuk mematikan api obor. Dia melihat Ashok dan menegurnya, “kau? Apa yang kau lakukan di sini?” Ashok berkata kalau dia tidak ingin datang terlambat ke kelas. “aku ingin datang tepat waktu..” Aakramat menyela, “tapi beberapa temanmu tidak akan membiarkan kau melakukan itu. Hal seperti ini juga akan terjadi di kompetisi. Lalu apa yang akan kau lakukan?” Ashok meminta Aakramak agar memberinya kesempatan satu kali lagi. Aakramak mengingatkan Ashok, “tidakkah kau lihat? Bagaimana mereka mengerjaimu? Kau tidak terlatih dan aku tidak bisa membiarkanmu melakukan itu.” Ashok dengan memelas memohon, “jangan lakukan itu achari. Aku memerlukan satu kesempatan. Aku akan membuktikan pada anda kalau aku mampu.” Aakramak mengatakan kalau Ashok tidak akan bisa membuktikan kemampuannya dalan satu hari, “itu sama saja dengan membuat rumah dari dedaunan…” Setelah Aakramak pergi, Ashok melihat daun-daun kering disekitarnya.

Pagi menjelang. Ashok terbangun dari tidurnya. Dia tersenyum dan bangkit. Dia sedang melipat tikar yang ditidurinya ketika Sushim dan rombongan datang. Sushim kesal melihat Ashok dan berkata, “kau sembunyi di sini rupanya?” Aakramak datang. Ashok dengan gembira menunjukan rumah dari daun yang di buatnya, “achari, jika kita mau mencoba, kita bisa membuat rumah dari daun juga.” Aakramak menatap rumah dari dedaunan itu sebentar, lalu mencabut pedangnya dan menghancurkannya. Ashok tertegun. Teman-teman Sushim tersenyum. Aakramak berkata, “kau akan menjadi seperti rumah itu tanpa belajar.” Ashok menjawab, “aku akan belajar setelah mengikuti kompetisi. Ketika aku ingin mencoba kenapa anda menghentikannya?” Aakramak lalu berkata, “baiklah, aku akan mengujimu sekali lagi. Jika kau lulus, aku akan membiarkan kau mengikuti kompetisi kalau tidak, jangan bertanya tentangnya lagi. Kau menerimanya?” Ashok diam berpaikir. Aakramat bertanya lagi, “kau menerimanya?” Ashok dengan yakin menjawab, “ya. aku menerimanya.”

Aakramak mengajak Ashok ke tempat ujian. Siswa lain mengikuti mereka. Aakramak menunjukan apa yang harus di lakukan Ashok, “kau harus menaiki tangga dan meloncat dari satu tangga ke tangga lain untuk bisa bergerak maju. Jika kau jatuh, maka tombak-tombak itu akan menusukmu.” Ashok berkata kalau dirinya siap melakukan tugasnya. Aakramak membawa Ashok ke tempat start. Ashok berdoa terlebih dahulu, baru kemudian meloncat untuk meraih anak tangga yang terbuat dari kayu yang di ikat tali. Ashok berhasil meloncat ke anak tangga berikutnya. Tapi saat akan melaju ke tangga seterusnya, pegangannya terlepas, dia meluncur jatuh. Siamak dan beberapa siswa berteriak cemas.  Tapi tangan Ashok berhasil meraih anak tangga. Dia mencoba merambat naik lagi.  Dan hampir jatuh lagi. Aakramak berteriak meminta Ashok menyerah. Ashok tidak menjawab. Dia membayangkan Dharma berdiri di garis finish sambil tersenuum. Ashok termotivasi. Dia berjuang keras menaiki tangga dan melompat dari satu tangga ke tangga lainnya. Sampai dia tiba di tangga terakhir. Aakramak menyuruh Ashok menjatuhkan dirinya. Ashok meloncat turun. Aakramak menangkap tubuhnya.  Ashok bertanya apakah dirinya lulus ujian? Aakramak menurunkan tubuh Ashok dan menjawab, “kau boleh ikut kompetisi, tapi aku tidak tahu sejauh mana kau akan pergi…” Ashok tersenyum dan berkata, “aku akan berusaha agar tidak mengecewakan anda.” Sushim geram mendengarnya… Sinopsis Ashoka Samrat episode 49 by Jonathan Bay