Sinopsis Ashoka Samrat episode 45 by Jonathan bay. Ashok datang ke ruang makan, dia meminta makanan dari pelayan. Pelayan memberitahu Ashok kalau semua makanan sudah habis. Anak-anak sudah memakan semuanya. Tatapan mata Ashok meredup karena kecewa dan sedih. Dia teringat bagaimana Dharma selalu menuapinya saat mereka tinggal di Vann. Sushim dan teman-temannya datang. Seperti biasa mereka mengejek Ashoka. Ashoka hanya diam, tidak mau membalas ejekan mereka. Sushim mendekati Ashok dan menepuk bahunya dengan gaya sok akrab. Dengan nada mengejek dia berkata, “kau seharusnya datang tepat waktu untuk mendapatkan makanan…. dan makanan ini bukan untuk anak murahan.” Setelah berkata begitu di iringi teman-temannya Sushim meninggalkan Ashok.
Siamak muncul mengajak Ashok pergi ke kelas. Ashok menyuruh Siamak pergi dulu, nanti dia menyusul. Ashok masih berdiri di depan meja makan. Pelayan membereskan piring kotor. Pada pelayan itu Ashok meminta tali. Pelayan pergi mengambil tali. Ashok menuang minuman dan meminumnya. Pelayan datang membawakan tali untuk Ashok. Ashok mengambil tali itu dan mengikatkan ke perutnya. Pelayan bertanya kenapa dia melakukan itu. Ashok menjawab, “dengan mengikat perut ku dengan tali seperti ini, aku tidak akan merasa lapar lagi.” Setelah itu Ashok mengucapkan terima kasih pada pelayan dan melangkah pergi. Pelayan menatap Ashok dengan perasaan iba.
Ashok meninggalkan ruang makan untuk pergi kekelas. Saat melewati ruang senjata, tiba-tiba langkahnya tertegun. Dia menoleh kearah ruang senjata dan melihat sebuah pedang yang di letakkan di sana. Ashok terpesona pada pedang itu dan menghampirinya. Dia mengamati pedang itu dan hendak memegangnya ketika Siamak datang. Siamak memberitahu Ashok kalau pedang itu bukan pedang biasa, “ini adalah pedang pejuang maurya yang hebat yaitu Chandragupta maurya. Dia memenangi perang dengan pedang ini. Lalu mendirikan kerajaan Maurya. Pedang ini adalah sejarah Magadha. karena itu pedang ini diletakan di sini untuk di perlihatkan pada murid-murid agar mereka tahu kalau untuk bisa mendapatkan pedang ini mereka harus menjadi pejuang besar.” Ashok meemberitahu Siamak kalau dia merasa pedang ini memanggil dirinya. Sushim datang untuk mengejeknya, “pedang ini memanggilmu padanya untuk menunjukan kalau kau tidak layak mendapatkannya…. untuk menunjukan kalau kau tidak sederajat dengan kami. Kau tak bisa mendapatkan pedang ini.” Siamak menegur Sushim, “dia didaftarkan ke sekolah ini oleh ayahanda raja, anda tidak boleh menghina dia seperti ini.” Sushim menjawab, “biarlah kompetisi di mulai, lalu aku akan menunjukan padanya kalau anak biasa tidak layak berada di sini. Aku akan tunjukan bahwa hanya aku pejuang besar dan seseorang yang bahkan tidak tahu siapa ayahnya tidak akan mendapatkan pedang ini. Dia anak murahan dan bahkan tidak layak untuk menyentuh pedang ini. Aku akan memenangi penghargaan tahun ini dan akan mendapatkan pedang ini.” Tanpa berkata apa-apa, Ashok meninggalkan ruang pedang di ikuti siamak. Sushim melangkah ke hadapan pedang dan berkata kalau dirinya telah 2 kali berturut-turut memenangi kompetisi, satu kali lagi dia menang, pedang itu akan menjadi miliknya selamanya. Ashok muncul dari balik pilar dan mendengar apa yang dikatakan Sushim. Dengan penuh percaya diri Ashok berkata, “tidak pangeran Sushim, kali ini anda tidak akan memenangi pedang itu. kalau yang gelarnya adalah yang terbesar di sini, maka aku yang akan mendapatkannya kali ini. Cobalah untuk menghentikan aku!”
Ashok hendak masuk kekamar asrama. Seorang anak menghadang jalannya. Ashok hendak lewat sampingnya, dia memiringkan badan ke samping. kalau Ashok hendak masuk lewat kanannya, dia memiringkan badan ke kanan. Anak itu menantang Ashok untuk masuk kedalam kalau dia bisa. Ashok tidak melakukan apa-apa, hanya berdiri di depan anak itu dengan wajah marah. Malihat itu, si anak menyerah dan memberi isyarat agar Ashok masuk kedalam. Begitu Ashok masuk, semua anak menertawakannya. Ashok menjadi kesal tapi menahannya. Dia tanpa bicara apa-apa segera melangkah ke tempat tidurnya dan duduk di sana. Dia merasa sesuatu tidak beres di tempat tidurnya. Ashok berdiri dan membuka selimutnya, dia menemukan lumpur kotor merata di atas tempat tidur. Anak-anak kembali menertawakan Ashok.
Sushim sedang berbincang-bincang dengan komplotannya di luar sambil tertawa-tawa. Dia memberitahu teman-temannya kalau Aakramak akan segera pergi dari sekolah, “aku tidak sabar menunggu hari esok. Ayahanda samrat akan datang ke sini untuk mengumumkan kompetisi.” Inderjeet berkata kalau Sushim pasti akan mendapatkan pedang itu kali ini. Dan siamak juga sedang berlatih sangat keras kali ini. Sushim berkata kalau siamak hanya anak kecil, “dia tidak setingkat denganku. Aku ingin Ashok ikut berpartisipasi, dan aku akan mengolok-oloknya.” Teman-temannya tertawa.
Ashok lewat di depan mereka dengan wajah murung. Melihat itu, Sushim segera meloncat untuk menghadangnya, “hei… samrat vanraj tunggu dulu,” Sushim dan teman-temannya mengelilingi Ashok dan mulai mengejeknya. Sushim menirukan cara berdiri Ashok dan mengamati wajahnya, ” ..wajahmu terlihat seperti akan menangis. kau pasti sedang berpikir di mana ibumu…ma..ma..kau dimana?” lalu mereka semua tertawa. Sushim melanjutkan, “ini semua menunjukan kalau kau hanya kotoran di sekolah ini.” Ashok untuk pertama kalinya bersuara, “dengan cara ini anda memaksaku berlatih semakin keras, terima kasih.” Sushim menyahut, “dengan Ashok, seseorang yang aku benci, aku benci amat sangat maka aku akan membuat orang itu di lemparkan dari tempat ini.” Seorang berteriak mengejek, “ashok mulai menangis..” Teman-teman yang lain tertawa.
Ashok kembali ke kamarnya. Semua anak sudah tidur. Ashok juga terlihat mengantuk. Tapi dia tidak bisa tidur ditempat tidurnya yang kotor. Dia lalu duduk dikursi. Sekejap saja dia sudah tertidur, setiap akan jatuh, dia terbangun. Ashok kemudian mengambil air dan membasahi wajahnya agar tidak ngantuk. Ashok berjalan ke jendela dan duduk disana. Dalam hati Ashok berkata, “aku tidak akan tidur malam ini. kalau tidak Sushim akan melakukan sesuatu yang membuat aku terlambat ke kelas besok.” Ashok mencoba agar tetap terjaga, tapi karena terlalu lelah, akhirnya dia tertidur juga.
Matahari sudah naik. Ashok terbangun dan tersneyum, “aku terbangun tepat waktu dan mereka tidak melakukan apa-apa padaku.” Tapi Ashok kemudian tertidur lagi.
Di dapur istana, dharma sudah bangun dan sedang berdiri di depan jendela. Kasturi yang baru bangun menyapanya dan memberitahunya kalau samrat sangat menyukai makanan yang dia masak. Dharma tersenyum senang. Pengurus dapur datang dan memberitahu kalau mereka harus memasak sangat banyak karena akan ada pengumuman untuk kompetisi di sekolah, semua anak akan datang. Mendengar kabar itu, Dharma terlihat gembira, dia berpikir, “apakah Ashok akan datang juga?”
Ashok bermimpi bertemu Dharma dan di suapi ladoo. Dia terbangun sambil tersenyum. Dia duduk dan melihat sekeliling. Dia kaget. Lebih kaget lagi saat mengetahui kalau dia tidur di atas sumur. Ashok mencoba mengingat apa yang telah terjadi.
Kelas Aakramak sudah di mulai. Dia menyuruh murid-muridnya membentuk lingkaran dan berjalan memutar. Setiap murid tiba di depan sebuah papan tulis, Askramak menyuruh mereka meninjunya. Semua melakukan apa yang di suruh Aakramak secara bergiliran. Sebagian besar dari mereka meringis kesakitan setelah meninju papan itu. Termasuk Sushim. Akramat berkata, “pejuang yang merasa letih di medan perang sangat buruk. Aku bisa menghancurkan papan itu dengan satu kali pukul, tapi kalian anak-anak bangsawan tidak berguna karena tidak bisa menghancurkannya.” Mendengar kata-kata Aal=kramat, Sushim menjadi marah dan memukul papan itu dengan keras, tapi bukannya pecah, dia malah meringis kesakitan.
Ashok kembali datang dengan tergopoh-gopoh dan meminta maaf pada Aakramak karena terlambat. Aakramak menunjuk tongkat kayu. Ashok paham apa yang dia maksud. Ashok segera mengambil kayu itu dan berlari berputar untuk menjalani hukumannya.
Rombongan raja Ujjain tiba di istana Patliputra. Semua anggota keluarga kerajaannya menyambut kedatangannya. Justin melirik Noor yang balas meliriknya dengan tatapan marah. Charumitra melihat itu dan menyerigai licik. Rajajiraj turun dari kudanya. Agnisika keluar dari tandu. Dia menatap Justin dan tersenyum. Justin terpana melihat Agnisika. Noor yang melihat itu, dengan marah menatap Justin. Justin menyadari sikapnya dan jadi salah tingkah.
Rajaraj dan Agnisika menghampiri Bindusara dan memberi hormat sambil menyapa, “Putra Samrat Chandragupta Maurya,Samrat bindusara..terimalah hormatku.” Bindu dan Helena membalas penghormatan rajajiraj, “selamat datang..” Rajajiraj berkata, “Samrat, saya senang anda menerima lamaran kami. Keponakan saya sangat beruntung.” Asgnisika memberi salam pada Helena dan Bindu. Bindu memperkenalkan Justin. Aginisika tersenyum melihat Justin. Justin balas tersenyum padanya. Helena memanggil pelayan. Justin maju dan menyerahkan nampan perhiasan pada Agnisika. Agnisika menerimanya. Noor terbakar dalam kemarahan. Charu melirik Noor. Pada Justin, dengan suara merdu Agnisika berkara, “saya bersyukur anda berpikir kalau saya bisa menjadi pasangan hidup anda. Saya berdoa semoga hubungan kita menjadi lebih kuat dan memberi kebahagiaan pada semua orang.” Justin tersenyum. Helena melirik rajajiraj dan tersenyum gembira.
Chanakya melihat pertemuan itu dari atas balkon istana bersama radhagupta. Chanakya berkata kalau Helena tidak tahu kalau dia sedang bermain api. Chanakya kemudian meminta Radhagupta agar mencari tahu dan menyelidiki tentang rajajiraj…Sinopsis Ashoka Samrat episode 46 by Jonathan bay