Sinopsis Ashoka Samrat episode 44 by Jonathan Bay.

Sinopsis Ashoka Samrat episode 44 by Jonathan Bay. Charu sedang berbincang-bincang dengan Subhrasi ketika Noor datang dan bertanya pada Charumitra, “ada apa maharani Charumitra, kenapa anda begitu tertarik dengan pernikahan pangeran Justin. Aku tidak pernah melihat anda mempersiapkan perayaan apapun sampai seperi ini.” Charu menjawab, “ini adalah pernikahan politik dan untuk kebaikan Magadha. Aku merasa anda tidak senang dengan pernikahan ini dan merasa jengkel pada Justin juga.” Noor terlihat sedikit salah tingkah dapi bisa berdalih, “Justin mengajar Sianak, jadi aku bicara padanya. Aku merasa dia seharusnya mengatakan  berita gembira ini padaku secara langsung, bukan melalui orang lain…” Setelah menjawab begitu Noor berpamitan untuk pergi istirahat. Charu berpikir, “dia merasa terkejut dengan pernikahan ini dan sekarang dia bilang akan peri istirahat? Ada sesuatu yang mencurigakan.”

ashoka samrat 44Tantangan di mulai. Teman Sushim mengingat pot dengan tali dan menggantungnya di kayu lalu mengoyangkannya.  Ashok dan Sushim berdiri berhadapan. Indrajeet bekata kalau pot sudah siap. Siamak berpikir kalau Ashok seharusnya tidak menerima tantangan Sushim. Sushim dengan arogan bertanya, “apakah kau siap kalah?” Ashok menjawab, “seseorang tidak boleh terlalu percaya diri.” Sushim tersenyum, “aku ingin mengajari mu itu.” Sushim mengatakan tantangannya, “kau harus mengisi peluru dalam pipa ini, berdiri diatas balok keseimbangan itu, lalu menembakkannya ke pot itu. Orang yang berhasil memukul pot itu pertama kali adalah pemenangnya.” Ashok berpikir sejenak lalau berkata, “aku siap!” Ashok yang pertama kali melakukannya. Dia naik ke atas balok keseimbangan, mengisi peluru ke dalam pipa, lalu membidikan nya pada pot yang bergerak. Tembakan Ashok meleset. Teman-teman Sushim menertawainya. Tiba giliran Sushim. Di amelakukan yang sama persis dengan Ashok. Di ajuga gagal. Percobaan kedua Ashok kurang lebih sama dengan yang pertama, gagal tapi Sushim berhasil melakukannya dengan baik. Semua bertepuk tangan. Ashok terunduk tak percaya. Siamak terlihat sedih. Indrajeet mengatakan kalau pemenangnya adalah Sushim. Teman-teman Sushim mengangkatnya dengan gembira sambil mengejek Ashok. Mereka semua menertawainya. Sushim mendekati Ashok dan berkata, “kalau kau ingin mengalahkan aku, maka kau harus menjadi bangsawan.” Sushim menletakan pipa dan peluru di tangan Ashok lalu pergi meninggalkannya di ikuti teman-temannya. Ashok terlihat sedih dan terluka.

Malam harinya, Ashok berlatih membidik pot dengan peluru dan pipa yang di berikan Sushim. Setelah mencoba berulang-ulang dia tetap gagal. Ashok frustasi dan marah pada dirinya snediri. Dia terduduk lesu sambil mengeluh, “apa yang harus kulakukan untuk tanah ini? Seperinya telah di tetapkan kalau sekolah kerajaan bukan untukku.” Siamak datang dan menegur Ashok, “…kau hanya kalah sekali dan langsung kehilangan rasa percaya diri.” Siamak menghampiri Ashok dan duduk di sebelahnya. Ashok berkata kalau dirinya telah melihat kenyataan yang sebenarnya. Sushim memberutahu Ashok kalau Sushim memang yang terbaik dalam permainan ini, “kak  Sushima mungkin kelakukannya tidak baik tapi dia berbakat. Dia pejuang yang hebat. Tidak adak seorangpun yang berlatih lebih keras dari Sushima di sekolah ini. Karena itu dia menjadi murid terbaik. Orang yang mau berlatih lebih keras darinya akan mampu mengalahkannya.: Ashok bertanya engan ragu-ragu, “bisaka aku menjadi pejuang yang hebat?” Siamak menjawab, “itu tergantung pada apa yang kau pikirkan.” Ashok termotivasi, “aku akan berlatih keras dan suatu hari aku akan mengalahkan pengeran Sushim pada permainan yang paling di kuasainya.” Siamak tersenyum, “aku akan menunggu hari itu.” lalu keduanya pergi tidur.

Ashok tidur diasrama bersama teman-teman sekelasnya yang sebagian besar adalah teman baik Sushima. Menjelang pagi mereka terbangun, lalu membangunkan teman-temannya. Bersama-sama mereka mengelilingi ranjang Ashok. Ashok masih tidur dengan lelapnya. Melihat itu teman-teman Sushim menyerigai senang.

Pagi hari, para siswa berlatih di halaman dengan Akramat. Akramat menyuruh para siswa berlatih keseimbangan dengan berdiri pada satu kaki dan tangan di tempelkan di atas kepala mereka. Dia berkeliling memeriksa dan membetulkan gerakan yang tidak benar. Semua mendapat perhatiannya termasuk Sushim. Sushim dengan jengkel mengumpat. Akramat terus mengamati siswanya satu persatu.

Ashok datang tergopoh-gopoh dengan tangan dan kaki terantai di kaki divan yang turut di bawanya. Sushim dan teman-temannya tersenyum geli. Akramat menoleh kearah Ashoka. Murid-murid serentak menurunkan kakinya. Akramat mengamati penampilan Ashok. Ashok dengan gugup berkata, “maafkan aku achari, saya tidak tahu apa yang terjadi. Ketika bangun saya menemukan kaki ku terikat di tempattidur. Saya harus memutuskan rantai, karena itu saya terlambat.” Murid-murid yang lain tersenyum dan berguman tak jelas. Akramat menoleh kearah mereka semua, serentak mereka mengangkat kaki dan tanganya. Akramat menoleh pada Ashok lagi dan berkata, “pergi dan bersihkan dirimu dulu.” Ashok menurut  dan bergegas pergi.

Akramat kembali mengawasi murid-muridnya satu persatu. Lalu dia menyuruh mereka semua memejamkan mata. Sushim mengumpat lagi. Kali ini Akramat mendengarnya tapi mendiamkannya saja. Mereka semua memejamkan mata dan mulai kehilangan keseimbangan. Akramat berkata, “ketika mata kalian terbuka, kalianbisa melihat segalanya. Kalian dapat menunjang tubuh masing-masing. Tapi ketika mata terpejam, kalian akan kehilangan keseimbangan…” Akramat masih bicara di depan murid-mudir yang lain ketika Ashoka datang dengan nafas ngos-ngosan. Dia memanggil gurunya, “achari..” Akramat menoleh. Akramat mengamati penampilan Ashok, lalu dia berkata, “ambil kayu itu, lalu larilah berkeliling sampai aku suruh berhenti. Hukuman akan di berikan pada siapapun yang terlambat.” Ashok tidak membantah, dia menjalankan hukumannya. Guru kirpa datang dan menyuruh akramat menghukum Ashoka dengan berat karena dia tidak layak untuk bersekolah di sekolah kerajaan. Namun saat melihat Sushim dan anak bangsaawan di beri latihan yang berat di akomplain. Akramat dengan kalem menjawab kalau ini adalah kelasnya, dan guru kirpa tak perlu mengajarinya apa yang harus dia lakukan dan tidak boleh lakukan.

Ashok masih terus menajalani hukumannya. Baru ketika latihan murid-murid yang lain selesai, Akramat datang padanya. Malihat Ashoka kelelahan tapi tidak mengeluh, dia merasa iba. Dia menyuruh Ashok menyudahi hukumannya. Ashok membuang kayu di tangannya dan terduduk letih. Pada Ashoka, Akramat berkata, “aku tidak tahu siapa yang melakukan itu padamu, tapi di kelasku tidak boleh ada yang datang terlambat..” Akramat kemudian menyuruh Ashok pergi istirahat dan makan siang. Ashok terlihat lega meski kelelahan. Akramat meninggalkannya…Sinopsis Ashoka Samrat episode 45 by Jonathan Bay