Sinopsis Ashoka Samrat episode 32 by Jonathan Bay

Sinopsis Ashoka Samrat episode 32 by Jonathan Bay. Ashoka sambil berlari memasuki rumah lamanya di desa vann. Dengan penuh harap dia berteriak-teriak memanggil ibunya, tapi sosok Dharma yang di rindukannya tidak menyambutnya. Ashoka tidak putus asa. Dia berusaha untuk berpikir positif, “ibu seharusnya ada di rumah sekarang. Dia sudah lama pergi. Mungkin dia ada di suatu tempat sedang menungguku..” Setelah berpikir begitu, Ashoka segera berlari keluar rumah, masih dengan memanggil-manggil ibunya. Bukan Dharma yang menghampirinya tapi teman-temannya. Sambil berlari mereka menyambut Ashoka, “samrat vanraj…! Samrat Vanraj..!” Ashoka tertawa gembira melihat mereka. Mereka memberi tahu Ashoka kalau desa van mati tanpa Samrat Vanraj. Ashoka dengan selamba berkata, “tidak masalah, aku sudah pulang sekarang. Ibuku juga ada di rumah.”

Lalu mereka bertiga saling melepas rindu dengan bermain bersama. Setelah waktu berlalu, Dharma tidak juga muncul, Ashok menjadi gelisah. DIa memisahkan diri dari teman-temannya. Dia duduk di sebuah batu dengan perasaan tak menentu. Melihat itu teman-temannya menghampirinya dan bertanya, “kenapa? ibumu belum datang?” Ashoka dengan resah menjawab, “entahlah..aku juga tidak tahu! Dia pergi untuk berburu bersama samrat tapi sudah berangkat pulang ke mari sebelum diriku. Dia seharusnya sudah ada di rumah sekarang ini.”  Temannya mengatakan bahwa ada sesuatu yang salah, “bagaimana jika terjadi sesuatau padanya?” Ashok berdiri dengan marah, “tidak akan terjadi sesuatu padanya! Ibuku masih hidup. Tubuh yang di kremasi samrat bukan dia….” Lalu dengan kesal Ashoka meninggalkan teman-temannya, tapi mereka mencoba menahannya dengan berkata, “Ashok, apa yang sebenarnya terjadi? Katakan yang sebenarnya..!” Tapi Ashok tak mau banyak  bicara lagi, dia menepiskan tangan temannya dan pergi dari sana.

ashoka afc 31Malamnya, di istana Patliputra, Bindusara akan memulai perjalanannya, dia berpamitan pada Helena dan seluruh keluarganya. Helena memberkatinya dengan kesehatan, keberhasilan diiringi doa semoga Bindusara sukses dengan misinya. Sebelum pergi Bindusara berpesan pada perdana menteri agar meminta bantuan Chanakya kalau ada apa-apa, “kuharap anda tidak akan punya masalah dalam mengatur jalannya pemerintahan atas namaku.. ” Chanakya menyakinkan Bindu kalau kerajaan akan benar-benar aman selama ketidakhadirannya. Bindusara mengangguk setuju lalu memberi salam pada Chanakya dan segera pergi dengan megendarai Bul Ghusan.

Di gubuknya, Ashok terlelap dengan gelisah. Tiba-tiba terdengar suara Dharma memanggilnya. Ashok dengan senyum penuh harap, terbangun, menatap sekeliling dan menjadi sedih saat tidak menemukan sosok yang di harapnya. Ashok tertunduk kecewa. Saat dia mengangkat kepala dan menatap pintu, senyum lebar menghiasi wajahnya. Dia melihat Sosok Dharma berdiri di pintu menatapnya dengan wajah damai. Keduanya saling bertatapan.

Di istana Patlupitra, Helena pergi ke Balkon. Dia menyuruh pengawal dan pelayan untuk meninggalkan dirinya. Seorang diri dia berdiri di balkon sambil mengedarkan pandangan ke hamparan tanah Patliputra di kejauhan. Tiba-tiba seulas senyum puas dan penuh harap tersungging di bibirnya. Dari tempat yang jauh, diantara kepekatan malam, Helena melihat pergerakan, “mereka di sini. Akhirnya..saatnya tiba juga!” Dalam kegelapan, terlihat beberapa orang berkuda menembus kepekatan malam.

Melihat Dharma, Ashok segera menyampaikan keluh kesahnya. Dia beranjak turun dari tempat tidur hendak menghampiri Dharma, tapi Dharma beranjak pergi keluar rumah. Ashok mengejarnya sambil memanggil, “ma…ma…!” Tapi Dharma tidak berhenti dia malam mempercepat langkahnya. Ashok dengan penasaran terus membuntutinya hingga tiba di sebuah jalan setapak yang banyak di tumbuhi bunga-bunga indah. Di suatu tempat tiba-tiba Dharma berhenti, menoleh kearah Ashok dan tersenyum. Ashok menatapnya dengan penuh harap. Masih sambil tersenyum, Dharma kemudian berbalik dan masuk ke dalam cahaya putih. Ashok memanggilnya. Tapi Dharma lenyap bersama cahaya itu. Ashok berlari mengejar, tapi kakinya tersandung kayu dan dia terjerebab di tanah. Dengana menahan nyeri dia bangkit lalu menyusuri jalan tempat di mana Dharma menghilang. Hanya ada semak belukar, tapi tak ada tanda-tanda sosok Dharma. Ashok terus melangkah mengamati setiap sudut jalan. Tiba-tiba cahaya putih tadi muncul lagi. Dari dalamnya muncul Dharma yang berdiri diam, menatap Ashoka sambil tersenyum. Harapan di hati Ashok bersemi kembali. Senyum ashok mengembang. Tiba-tiba Selendang Dharma melayang dan jatuh menutupi wajah Ashok. Ketika Ashok menyibakan selendang itu, sosok Dharma sudah lenyap lagi.

Ashok mematung dengan bingung. Tiba-tiba muncul kupu-kupu biru yang terbang di hadapan Ashok seolah meminta Ashok mengikutinya. Ashok mengikuti kemana kupu-kupu itu pergi. Ternyata kupu-kupu itu mengantar Ashok pada Dharma yang duduk diatas sebuah batu dengan tangan terentang siap untuk memeluk Ashok. Ashok segera menghampiri Dharma dan memeluknya. Ashok sangat gembira, tapi hanya sesaat, karena kegembiraan itu lenyap begitu dia menyadari kalau yang dia peluk adalah sebongkah batu. Dengan kecewa Ashok berteriak.. “Maaa..!” Dan dia tersentak bangun, di gubuknya, seorang diri. Ternyata pertemuannya dengan Dharma dari awal hanya terjadi dalam mimpi.

Radhagupta menemui Chanakya yang sedang berjalan hilir mudik di kamarnya. Dia memberitahu Chanakya kalau tadi malam mereka mengamati sebuah pergerakan. Mendengar itu, Chanakya mengungkapkan ketakutannya kalau mungkin Helena adalah dalang d balik pergerakan itu.

Justin sedang bertandang ke kamar Noor. Keduanya ada di tempat tidur, Justin duduk dan Noor berbaring di depannya. Justin menelusuri tiap lekuk tubuh Noor menggunakan bulu burung merak. Noor mengoda Justin dengan mengatakan kalau Justin tidak pernah melewatkan peluang untuk menemuinya setiap kali Bindusara tidak ada. Justin tersenyum mengiyakan. Keduanya terlihat sangat mesra satu sama lain. Ketika Justin bergerak hendak mencium Noor, tiba-tiba Noor berteriak kesakitan. JUstin bingung di buatnya.

Ternyata rasa sakit yang di derita Noor adalah hasil perbuatan sihir hitam ratu Charumitra. Charu mendendam pada Noor karena telah membuat Sushim dan Siamak bersaing di hadapan Samrat. Padahal Tahta seharusnya adalah milik Sushim. Karena itu Charu berpikir untuk menghukum Noor dengan membuatnya menderita. 

Helena menyambut tamu berjubah hitam di kamarnya. Ternyata mereka adalah rombongan Nikator, ayah Helena. Ayah dan anak berpelukan. Pembicaraan penting pun terjadi. Helena dalam upayanya untuk merebut tahta Bindusara akan bekerja sama dengan raja Ujjain. Kerja sama itu akan di awali dengan perjodohan Justin dan keponakan Raja ujjain. Perjodohan itu hanya kamulflase saja untuk meredam kecurigaan orang.

Chanakya mendatangi kamar Helena. Dia menanyakan keberadaan Helena pada pelayan. Pelayan mengatakan kalau dia ada di kamar dan tidak mau di ganggu.  Chanakya menghampiri kamar Helena dan merasa ada sesuatu yang tidak beres. Chanakya sudah menyentuh pintu kamar Helena, hendak membukanya ketika radhagupta tergesa-gesa datang menemuinya….

Helena menyambut para tamu untuk mendapatkan kamar. Itu adalah dirinya Seleucus ayah. Helena mengatakan bahwa mereka perlu mendapatkan kerajaan segera. The Ujjaini kerajaan sangat membutuhkan bantuan. Kita bisa mendapatkan Justin menikah putri dan mengambil alih kerajaan. Chanakya mencapai ruang Helena tetapi ditolak masuk. Dia merasakan ada sesuatu yang salah.

PRECAP: Bindusara mencoba menjelaskan Ashoka bahwa ibunya sudah meninggal. Berhala bahwa ia sedang mempertimbangkan ibunya hanya sepotong batu. Bindusara istirahat idola. Ashoka membuat marah. Chanakya datang untuk mengetahui seorang wanita misterius. Dia melihat seorang wanita melarikan diri. Dia tidak lain adalah dia Dharma… Sinopsis Ashoka Samrat episode 33 by Jonathan Bay