Sinopsis Ashoka Samrat episode 28 by Jonathan Bay. Helena dengan heran bertanya, “apa yang anda katakan samrat?” Bindusara menjelaskan kalau keputusannya sangat cocok untuk situasi ini, “ini untuk menunjukan rasa hormatku padanya, karena tahtaku menjadi penghalangnya, maka aku akan meninggalkannya selama sehari saja untuk memberikan agni pada Subhadrangi. Sehingga tak seorangpun punya masalah dengan keputusanku.” Setelah berkat begitu, di saksikan oleh seluruh yang hadir, Bindusara melepas mahkotanya, meletakannya di atas tahta lalu pergi meninggalkan aula, dI iringi tatapan tak percaya dari semua yang hadir terutama para ratu. Hanya Chanakya yang tersenyum lega.
Chanakya sedang berjalan di lorong istana ketika Khorasan menghadang jalannya. Khorasan menatap Chanakya dan berkata, “hanya untuk wanita biasa, anda begitu gigih berusaha. aku tak bisa mempercayainya.” Chanakya bertanya, “tak bolehkan wanita biasa mendapatkan rasa hormat?” Khorasa dengan sedikit curiga berkata, “melihat cara anda melindungi dia dan anaknya, aku ragu apakah dia orang biasa atau bukan.” Chanakya berkata, “Subhadrangi telah menyelamatkan hidup samrat, maka dia bukan orang biasa.”Khorasan menyahut, “anda telah memaksa samrat memberikan agni pada jasadnya dan ini tidak baik.” Chanakya menjawab, “dia meninggal untuk melindungi samrat, apakah itu tidak baik juga?” Khorasan berkata kalau insiden itu sangat di sayangkan, “binatang buas menyerangnya, tapi anda memaksa semua orang percaya kalau itu pembunuhan.” Chanakya dengan tajam balas berkata, “wanita yang tidak bersalah terbunuh dan kalian mencoba menyiratkan kalau itu kematian yang sangat sederhana, kenapa?” Khorasan tak tahu mau menjawab apa. Dia hanya menatap Chanakya lalu tanpa berkata apa-apa pergi dari haapannya.
Para ratu berkumpul membicarakan keputusan Bindusara untuk memberikan agni pada jasad dharma. Noor dengan nada tidak terima protes pada Helena, “bagaimana samrat bisa melakukan ini untuk seorang pelayan, ibu ratu? Apakah samrat lupa kalau hanya anak, ayah dan suami yang bisa memberikan agni pada jasad wanita. Ini melanggar aturan.” Helena tidak menjawab. Charu ikut menimpali, “Ashok melanggar peraturan tapi samrat tidak melakukan apa-apa. Kini samrat yang melanggarnya. Anda ibu Samrat. Apakah anda tidak khawatir dengan kehormatan anak anda? Hanya anda yang bisa menghentikannya, ibu ratu.” Ibunya Drupat juga setuju, mereka tahu Dharma bekerja untuk Bindusara, tapi bukan berarti mereka harus melanggar aturan masyarakat, “kita harus membuat Ashok memahami tugasnya.” Charumitra tidak setuju dengan kata-kata Drupat. Dengan sengit dia mencelanya. Ibu Drupat terlihat bingung dan salah tingkah. Noor dengan nada lembut membujuk Heleana, “ibu ratu, Samrat hanya mau mendengarkan anda. Hanya anda yang bisa menghentikannya.” Helena dengan kalem memberi para ratu penjelasan, “aku mungkin ibu samrat, tapi aku juga wanita. Dan wanita harus mendengarkan apa kata pria. Dan pria itu bukan lain adalah samrat. Kita tidak bisa mempertanyakan keputusannya.” Mendengar kata-kata Helena, walaupun masih keberatan tapi para ratu tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Bal Ghovin sedang bicara dengan adiknya ketika seorang anak datang dan memberitahu dia kalau ibunya Ashok telah meninggal dan Ashok tidak bisa menerima kematiannya, “dia masih berpikir ibunya masih hidup. Semua berpikir, bahkan achari Chanakya berpikir dia di bunuh oleh musuh..” Bal Ghovin terkejut, dia terduduk lemas. Temannya mengajak Bal ghovin menemui ashok, untuk membujuknya agar mau melakukan upacara pemakaman. Tapi dengan kasar Bal menepis tangannya. Temannya yang heran dan kecewa dengan sikap Bal Ghovin, akhirnya dia pergi meninggalkan Bal sendirian dalam keadaan shok. Lama bal Ghovin termenung. Tiba-tiba dia bergegas bangkit, lalu membuka peti untuk mencari sesuatu. Dia mengambil kantong berwarna merah. Bal manatap kantong itu dan teringat bagaimana Helena memberikan kantong merah berisi koin itu padanya setelah dia memberitahu helena tentang ibunya Ashok. Dengan koin itu, Bal Ghovin menebus kebebasannya. Bal membuka kantong merah itu dan mengeluarkan beberapa keping koin yang tersisa. Bal menatap koin-koin itu lalu menggenggamnya. Saat membuka genggamannya, Bal terkejut melihat darah melumuri koin-koin itu dan tanganya. Dengan kaget Bal membuang koin itu ke lantai. Ia mengamati koin yang berserakan di rantai, tidak ada bercak-bercaak darah. Lalu dia menatap tanganya, tanganya bersih. Bal menatap koin-koin itu lagi. Kembali koin-koin itu di penuhi bercak-bercak darah. Bal menatap telapak tangannya, telapaknya juga basah oleh darah. Bal ghovin mengusap-usap telapak tanganya. Tangannya terlihat bersih lagi. Bal Ghovin teringat pada semua yang dia katakan pada Helena. Dia terduduk lemas di pinggir peti dengan perasaan bersalah menyadari kalau dirinya yang bertangung jawab atas kematian ibunya Ashok, “hey Bhagwan, aku tidak bermaksud melakukan itu.”
Bindu sudah mengenakan pakaian putih siap untuk melakukan upacara pemakaman Dharma. Charumitra menemuinya dan berkata, “tidak bisakah aku mengatakan sesuatu? Anda tidak mau mendengarkan saran kami. Anda tidak memberi aku cinta dan rasa hormat. AKu sanggup menanggungnya tapi aku tidak sanggup melihat suamiku memberikan agni pada wanita lain. Anda bahkan tidak berpikir apakah itu akan menyakiti perasaanku atau tidak. Aku tidak bisa memahami posisiku dalam hidupmu.” Bindusara melipat tanganya di depan wajah sambil berkata, “maafkan aku Charumitra, karena telah menyakiti perasaanmu. Kau istriku dan aku tidak pernah merampas hak mu atasku. Tetapai sebagai samrat aku punya kewajiban dan adalah tugasmu untuk memberikan rasa percaya diri padaku. Aku bertanya padamu, apakah mengikuti kata hatiku salah? Wanita yang pemakamannya akan dilakukan bukan hanya menyelamatkan nyawaku 2 kali tapi juga merupakan tugasku untuk melindunginya tapi aku gagal. Aku merasa bersalah pada diriku sendiri dan memberikan agni pada jasadnya akan mengurangi rasa bersalahku. Apakah kau akan menghentikan aku melakukan ini?” Charumitra menatap Bindusara dan bergegas pergi dari hadapannya tanpa berkata apa-apa.
Ashok masih berdiri dengan satu kaki di mandir dengan telapak tangan di letakkan diatas kepala. Angin dan guruh tidak mematahkan semangatnya. Dengan khusyuk dia membaca mantra suci perlindungan untuk ibunya. Di padang setra, upacara pemakaman Dharma sedang di lakukan. Para Brahmana sedang khusyuk berdoa. Teman-teman Ashok dari istal berduyun-duyung mendatangi Ashok di mandir. Mereka membujuk Ashok agar menghadiri pemakaman ibunya, setidaknya pergi melihat wajah ibunya untuk terakhir kali. Ashok tidak mengacuhkan mereka. Dia tetap pada ritualnya. Dengan putus asa, teman-temannya pun pergi.
Di setra, para Brahmana mulai meniup terompetnya pertanda upacara akan di mulai. Bindu, Chanakya, Radhagupta bersama rombongan tiba di setra sambil mengotong jasad Dharma. Bindu turut menggotong keranda Dharma, sambil bertelanjang kaki. Dia ingat Subhadrangi pernah mengatakan bahwa adalah tugasnya sekaligus hadiah baginya karena telah mampu menyelamatkan Bindusara. Bindusara teringat bagaimana Ashok pingsan setelah melihat mayat ibunya. Dalam hati Bindusara berkata, “Subhadrangi, aku tidak akan membiarkan ashok merasa kalau dirinya anak yatim sekarang.”
Di mandir, Ashok masih khusyuk membaca mantra di depan api pemujaan dan patung Syiwa. Di setra jasad Subhadrangi sudah di letakkan diatas tumpukan kayu bakar. Bindu meletakkan kayu terakhir di tas jasad Subhadrangi. Chanakya melihat semua itu dengan perasaan sedih dan haru. Dalam hati dia berkata, “ini adalah nasib ratu Dharma. Dia selalu mendambakan cinta dan rasa hormat dari samrat dalam hidupnya dan baru mendapatkannya setelah kematiannya saja.” Bindu siap memberikan agni pada jasad Subhadrangi. Dia mengambil kendi berisi minyak lalu meletakkan ke pundaknya. Dia berjalan maju mengelilingi tumpukan kayu bakar di mana Jasad Dharma di letakan. Minyak mengalir dari lubang di kendi. Pada putaran terakhir, kendi di pundak Bindusara terjatuh, menumpahkan isinya dan memecahkan tembikarnya. Suara pecahannya begitu mengejutkan. Sehingga Ashok yang berada di mandir seketika tersentak kaget. Dia tidak bisa menguasai keseimbangan tubuhnya hingga jatuh ke tanah.
Disetra, Bindusara sudah menyalakan api di sebatang kayu dan siap menyalahkan tumpukan kayu yang akan digunakan untuk mengkremasi jasad Subhadrangi… Sinopsis Ashoka Samrat episode 29 by Jonathan Bay