Rendezvous bag 37 by Sally Diandra

Rendezvous bag 37 by Sally Diandra. Selama satu bulan pernikahan Jalal dan Jodha, tidak jarang Jalal selalu membahas soal anak yang akan mereka miliki nanti, berapa jumlah yang diinginkannya, rencana apa saja yang akan dirancangnya untuk anak anaknya, dan lain sebagainya dan kembali pembicaraan Jalal ini selalu membuat Jodha canggung dan kikuk didepan Jalal. Seperti malam itu ketika mereka selesai bercinta, Jodha berusaha mengutarakan maksudnya untuk merekrut Zakira menjadi asisten pribadinya. Malam itu sambil membelai rambut Jalal yang tidur diatas didadanya, Jodha berkata

“Sayang, aku rasa sekarang ini aku mulai butuh seorang asisten, sekarang pekerjaanku semakin banyak dan kadang Salima tidak bisa menemaniku, kerjaan Salima kan juga mulai banyak sekarang, menurutmu bagaimana ?” Jalal yang saat itu mematutkan jemarinya yang sebelah kiri di jemari Jodha yang sebelah kanan, hanya diam sambil mencerna ucapan Jodha, sementara Jodha masih membelai rambut Jalal

Redenvouz“Aku rasa, aku mau menggunakan Zakira, temanku dulu waktu kerja di Madam Benazir, aku ingin mengajak dia jadi asistenku, daripada merekrut orang lain kan lebih enak merekrut orang yang kita kenal dan kita percayai iya kan ?” ujar Jodha sambil mencium kening Jalal, Jalal masih diam saja, tak lama kemudian Jalal mendongakkan kepalanya sambil menyangga wajahnya menatap kearah Jodha dan berkata

“Memang mau sampai kapan kamu bekerja didunia entertainment itu ?” Jodha bisa melihat ada raut tidak suka tersirat wajah Jalal, kemudian Jodha membelai wajah dan rambut Jalal lembut “Memangnya kenapa ? Kok pertanyaanmu gitu ?” Jalal masih menatap Jodha dengan mata elangnya “Karena yang aku mau, begitu kamu hamil, kamu harus menghentikan semua aktifitasmu itu dan konsentrasi pada anak kita” Jodha tertegun “Sayang, nggak bisa gitu dong, aku kan sudah kontrak, kontraknya ada yang setahun, ada yang dua tahun, jadi aku masih terikat kontrak dengan mereka” Jalal menatapnya tajam

“Jadi dengan kata lain, kamu tidak mungkin menghentikan kontrakmu itu walaupun kamu hamil ? Fine !” Jalal langsung menggulingkan badannya menjauh kesisi ranjang, membelakangi Jodha, Jodha kaget, Jodha benar benar nggak ngira kalau Jalal bakal bertingkah seperti itu, sambil menyeret selimut yang menutupi tubuhnya dan tubuh Jalal, Jodha mendekati Jalal, dilongoknya wajah suaminya itu yang masih membelakanginya, sambil mengelus elus lengan Jalal yang kekar dan menciumi lengan dan bahunya, Jodha berusaha mencairkan suasana

“Sayang, jangan gitu dong, aku tidak bermaksud seperti itu” Jalal masih tetap diam saja, Jodha sedih kalau Jalal sudah mulai diam seperti ini, kembali diciumi lengan, bahu dan leher Jalal, agar Jalal melunak tapi Jalal tetap diam saja “Aku janji, begitu aku hamil aku akan mengurangi aktifitasku, tapi kalau selama aku hamil, kandunganku baik baik saja, aku masih bisa bekerja kan ? Aku janji … nanti aku akan merevisi ulang surat kontraknya begitu aku hamil, kamu jangan diam gitu dong” ujar Jodha sambil menciumi pipi Jalal dari balik punggung Jalal

Sesaat Jalal menoleh kearahnya dan membalikkan tubuhnya menghadap ke Jodha, hingga kepala Jodha saat ini berada tepat diatas kepala Jalal “Jo, aku rasa karirmu didunia entertainment itu sudah cukup, aku masih bisa menghidupi kamu dan anak anak kita, aku merasa lebih baik kamu bekerja dirumah, yaaa … seperti bekerja sebagai seorang translator, kalau tidak salah, dulu kamu menginginkannya kan ? Saat ini kamu sudah punya banyak koneksi, tinggal mengembangkan saja, pekerjaannya nggak ribet, bisa dikerjakan dirumah, jadi bisa sekalian mengurus anak anak” ujar Jalal sambil membelai rambut Jodha, Jodha jadi salah tingkah kalau Jalal membicarakan soal anak, lidahnya langsung kelu, seakan tercekat, tidak tahu harus berkata apa, Jodha hanya bisa tersenyum bimbang menatap wajah suaminya itu.

Beberapa hari kemudian, diruang kantor Salima, Jodha menemuinya dengan muka yang masam, Salima keheranan melihat tingkah Jodha yang tidak biasa “Ada apa Jodha ? Kok wajahmu ditekuk seperti itu ?” tanpa berkata apa apa Jodha segera menghempaskan pantatnya disofa, Salima segera mendekatinya “Ceritakan padaku, ada apa dengan kamu ?” Jodha menatap Salima dan berkata “Apakah kita bisa membatalkan kontrak dengan Lamour’ ?” Salima terperangah “Itu tidak mungkin, Jo … kontrakmu sudah berjalan selama dua bulan dan kamu tidak boleh melakukan one prestasi, kamu bisa dituntut dipengadilan” Jodha menghela nafas panjang sambil menutupi wajahnya lalu mengusapnya perlahan “Masalahnya sekarang Jalal selalu membahas soal anak, Salima … dan aku jadi merasa jadi orang yang paling bersalah karena aku harus menyembunyikan sebuah rahasia dibelakang suamiku sendiri” Salima menatap Jodha sedih

“Aku minta maaf, Jo … kalau kamu harus menanggung beban ini tapi kamu kan bisa membicarakan hal ini baik baik sama Jalal, katakan saja padanya bahwa kehamilan itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, ada juga pasangan suami istri yang sudah puluhan tahun menikah tapi tidak juga dikaruniai anak” Jodha menatap Salima sedih “Itu kalau mereka tidak menyimpan sebuah rahasia, Salima … kalau kasusku ini beda !” ujar Jodha sambil menutupi mukanya kembali.

Tepat pada saat itu pintu kantor Salima terbuka, ada Zakira berdiri disana “Jodha …” Jodha dan Salima segera menoleh kearah Zakira “Ada apa Zakira ?” Zakira segera mendekat kearah Jodha “Ada seseorang ingin bertemu denganmu” dahi Jodha berkerut “Siapa dia ? Laki laki atau perempuan ?” tanya Jodha sambil berdiri menghampiri Zakira “Laki laki, pria bule dari Perancis”, “Perancis ?” Jodha kaget, ingatannya kembali ketika dirinya bertemu pertama kali dengan almarhum Kevin “Siapa namanya Zakira ?”, “Katanya namanya Kent” Jodha dan Salima saling berpandang pandangan “Kamu kenal dia ?” Jodha menggelengkan kepalanya kearah Salima “Kalau begitu suruh dia masuk!” Salima menyuruh Zakira memangil tamu Jodha untuk menemuinya mereka

Tak berapa lama kemudian, masuklah seorang pria bule dengan tinggi kurang lebih 180 cm, begitu Jodha melihat tamu tidak diundangnya ini, Jodha terperangah tidak percaya, didepan Jodha kali ini telah berdiri Kevin, fotografer andalan Jodha yang seakan akan bangkit dari kuburnya “Ke – vin ?” Jodha dan Salima berbarengan meminta jawaban ke pria bule didepan mereka, semua yang ada ditubuh pria ini persis seperti Kevin, dari mulai rambut, mata, bibir, bentuk wajah, gayanya semuanya mirip dengan Kevin, pria bule itu hanya tersenyum, lagi lagi senyumnya mirip sekali dengan Kevin

“Kamu siapa, who are you ?” Jodha benar benar penasaran dengan pria yang berdiri didepannya kali ini “Pelase sit down !” Salima menyuruh pria bule itu untuk duduk disofa didekat mereka, pria itu langsung duduk sambil menganggukkan kepalanya “Thank u, terima kasih … are you, Jodha ?” pria tadi langsung menunjuk kearah Jodha

“Dari mana kamu tahu kalau aku Jodha ?” pria tadi kembali menyunggingkan senyuman manisnya “Let me introduce, my name is Celestin Regis Dubois and you can call me Kent, I’m twin brother of Kevin” Jodha dan Salima saling berpandangan

“So you’re twins brother ? Jadi kalian kembar ?” Pria yang bernama Kent cuma tertawa kecil “Yes, we are ! I just want to see you, Jodha ! Kevin talked to me so much about you” Jodha terperangah

Sementara itu, siang itu Jalal menemui Rukayah diapartemennya, Rukayah tersenyum senang begitu melihat Jalal muncul diapartemennya, Rukayah memang meminta Jalal untuk datang ke apartemennya untuk makan siang bersama “Jalal, terima kasih, kamu mau datang, aku sangat senang sekali” Rukayah langsung menggelanyut manja dilengan Jalal sambil berjalan masuk kedalam apartemen Rukayah “Kebetulan aku tadi lewat sini dan kamu menelfonku, memintaku untuk makan siang bersamamu, memangnya kamu masak apa ?” Rukayah menyeringai senang “Kamu tahu kan kalau aku nggak bisa masak, nggak seperti kamu yang jago masak jadi aku tadi beli makanan direstaurant, aku harap kamu menyukainya” Jalal hanya tersenyum memandang Rukayah

“Memang, apa yang ingin kamu bicarakan, Rukayah ?” ujar Jalal sambil menuruti bimbingan tangan Rukayah menuju ke ruang makan “Nanti saja bicaranya, lebih baik kita makan dulu, aku sudah beli banyak makanan kesukaanmu, ayooo” Jalalpun menuruti permintaan Rukayah

Dikantor Salima, Jodha masih ngobrol banyak dengan Kent saudara kembar Kevin yang datang jauh jauh dari Perancis hanya untuk bertemu dengan Jodha “I’m sorry I can’t speak in Indonesian languages fluently like Kevin” Kent meminta maaf karena tidak bisa ngobrol menggunakan bahasa Indonesia dengan lancar “It’s okay … we can understood, so where do you live ?” Jodha mulai penasaran dengan Kent saudara kembar Kevin “I live in Kevin’s apartemen, did you ever go there ?” Jodha menggelengkan kepalanya ketika Kent bertanya apakah dirinya pernah main ke apartemen Kevin “I never went to the Kevin’s apartemen” Kent menghela nafas dalam “I heard from Bella, you have married” Jodha menganggukkan membenarkan ucapan Kent “Yes, I’ve married”, “Congratulations” Kent mengucapkan selamat pada Jodha atas pernikahannya namun dalam hatinya sebenarnya Kent terluka, Kent bisa merasakan betapa terlukanya perasaan Kevin ketika Jodha tidak membalas cintanya, rupanya Kevin banyak cerita pada Kent melalui chatting mereka, betapa dirinya sangat mencintai Jodha, Kent semakin bisa memahami perasaan Kevin begitu datang ke Indonesia dan menempati apartemen Kevin yang selama satu bulan ini kosong.

Di apartemen tersebut Kent bisa melihat disemua dinding kamar Kevin, terpampang foto Jodha dengan berbagai macam expresi dan gaya yang benar benar memukau, Jodha memang cantik, tanpa Kent sadari, Kent juga mulai menyukai Jodha namun ada satu alasan mengapa dia datang ke Indonesia dan soal itu hanya Kent yang tahu.

Sementara itu di apartemen Rukayah, Jalal dan Rukayah sudah selesai menikmati makan siang mereka “Thanks Rukayah untuk makan siangnya”, “Sama sama, Jalal … aku senang akhirnya kamu mau memenuhi permintaanku untuk makan siang, aku sangat senang, karena setelah kamu menikah, kita jadi jarang bertemu sekarang” Jalal hanya tersenyum “Kamu bisa main kerumahku dan bertemu juga dengan Jodha” Rukayah tersenyum masam “Oh iya, bagaimana kabarnya, Jodha ? Apakah dia sudah hamil ?” Jalal menggelengkan kepalanya “Kami kan baru satu bulan menikah, tidak secepat itu rasanya untuk hamil, seperti yang aku baca, ternyata kondisi fisik dan rejeki dari Tuhan, juga sangat berperan penting” ujar Jalal sambil tersenyum, Rukayah mendekati Jalal sambil memegang bahunya dan mulai memijatnya perlahan “Maksudmu, kalian berdua sama sama sibuk, sehingga selalu kelelahan begitu ?” Jalal tertawa “Dikatakan terlalu lelah, tidak juga tapi mungkin memang Tuhan belum berkehendak, bisa juga kan ?” Jalal berupaya membela diri

Rukayah tersenyum sinis dibelakang Jalal sambil terus memijat bahu Jalal “Atau mungkin Jodha memang bermaksud menundanya ?” dahi Jalal langsung berkerut dan menoleh ke arah Rukayah kemudian berdiri “Jodha tidak mungkin melakukan hal itu, Rukayah” Rukayah hanya mengendikkan bahunya “Aku bukannya menuduh Jodha, Jalal …. hanya saja dalam dunia entertainment kadang kami para pekerja seni diminta untuk tidak hamil atau menikah dulu selama kontrak tersebut berlangsung, itu sudah biasa dalam dunia kami” Jalal mulai merenungkan ucapan Rukayah “Apakah kamu sudah lihat semua kontrak yang ditanda tangani Jodha ?” Jalal menggelengkan kepalanya, Rukayah tersenyum senang “Tapi jangan khawatir, aku yakin Jodha tidak akan berbuat seperti itu, percayalah” Jalal tersenyum masam namun dalam benaknya ucapan Rukayah masih menari nari mengusik seluruh sarafnya

“Apakah kamu sudah lihat semua kontrak yang ditanda tangani Jodha ?” ucapan Rukayah kembali terngiang dalam benak Jalal ketika Jalal sedang dalam perjalanan kembali ke kantornya, Jalal kembali teringat bagaimana Jodha selalu canggung dan kikuk kalau dirinya menyinggung soal anak “Apakah benar Jodha bermaksud menunda kehamilannya ?”  Rendezvous bag 38 by Sally Diandra