Sinopsis Jodha Akbar episode 451 by Sally Diandra. Salima memerintahkan koki istana untuk membuat banyak makanan untuk seluruh kota Agra seperti yang diperintah oleh Jalal karena serangan serangga terhadap seluruh rakyatnya.
Narator : “Setelah Jalal menyuruh para koki untuk menyiapkan makanan, para koki istana mulai membuat makanan tersebut untuk orang orang miskin. Sementara itu di dapur istana sendiri, serangga serangga itu datang dan mulai menyerang bahan makanan yang akan diolah, kemudian setelah matang, makanan itu diberikannya pada orang orang miskin yang sudah mengantri makanan kemudian memakannya, tak lama kemudian mereka mulai gelisah dan merasa mulas setelah memakan makanan tersebut”
“Makanan ini beracun !” semua yang telah makan makanan tersebut langsung menderita kesakitan, Birbal yang kebetulan ada disana langsung mengecek kedalam panci dimana makanan itu berada dan dilihatnya disana banyak sekali serangga didalam panci tersebut “Bagaimana bisa serangga serangga ini bisa masuk kedalam makanan ?” Birbal segera menginformasikan hal ini pada Jalal “Yang Mulia, setelah makan makanan yang disajikan oleh koki istana, banyak orang yang sakit, serangga serangga itu masuk kedalam makanan dan meracuni makanan tersebut” Jalal kaget mendengarnya “Tapi bagaimana bisa serangga serangga itu masuk kedalam dapur istana ?” Jalal murka dengan hal ini “Dapur istana adalah tanggung jawabku, Yang Mulia … Aku tidak tahu dari mana serangga seranga itu datang, ketika aku mengeceknya tidak ada apa apa disana” Salima ikut angkat bicara “Aku bertanya bagaimana bisa insiden seperti ini terjadi !” Jalal mulai berteriak “Serangga serangga ini telah menyebar keseluruh kota, Yang Mulia … Para penduduk bahkan belum makan sama sekali” Jalal sangat terkejut.
Ditempat Mirza Hakim, mata mata Mirza menginformasikan pada Mirza Hakim bahwa Jalal sedang berselisih paham dengan Maan Sigh, bahkan Jalal mengangkat tangannya kearah Maan Sigh, hubungan mereka berdua sedang dalam kondisi tidak baik saat ini dan mereka saling menyerang satu sama lain” Mirza Hakim sangat senang mendengar berita ini “Jadi apa yang dikatakan oleh Maan Sigh itu adalah benar, bawa dia kesini !” perintah Mirza Hakim ke anak buahnya.
Anarkali mengunjungi tempat para penari, salah satu germo yang berkuasa disana mengeluh ke Anarkali “Anarkali, tempat ini tidak mendapatkan bantuan apapun dari istana kerajaan setelah badai kemarin”, “Tapi aku dengar bahwa pangeran Salim telah memerintahkan anak buahnya untuk menolong tempat penari ini, aku akan lihat dulu bagaimana duduk permasalahannya !” ujar Anarkali
Dikamar Salim, Salim sedang bersama saudara saudaranya “Haidar, kita harus melayani dan membantu setiap orang”, “Pekerjaan ini akan selesai pada dua tiga hari, Salim” Salim langsung berteriak “Dua tiga hari ? Kita tidak punya banyak waktu, Haidar ! Kita harus membantu para penduduk secepatnya !” setelah mendapatkan perintah dari Salim, Haidar segera berlalu dari sana dan ketika Haidar keluar dari kamar Salim, dari arah berlawanan Anarkali datang mau menemui Salim, namun Haidar segera menghentikannya “Mau apa kamu kesini ?”, “Aku mau tahu mengapa kerajaan tidak membantu tempat para penari dan orang orangnya ? Aku mau bertanya pada pangeran Salim, mengapa dia melakukan itu ?” Anarkali berharap bisa bertemu dengan Salim “Anarkali seharusnya tidak boleh menemui Salim” bathinnya dalam hati “Aku tidak tahu kenapa dia melakukan hal itu, coba akan aku tanyakan padanya” Haidar kemudian masuk kembali ke kamar Salim, saat itu Salim sedang ngobrol dengan Murad dan Danial “Salim, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu diluar”, “Aku tidak punya waktu untuk bertemu dengan siapapun, tinggalkan aku !” Salim tidak menggubris ucapan Haidar, Haidar mendatangi Anarkali lagi dan berkata “Salim, menolak untuk bertemu denganmu, mungkin dia tidak ingin bertemu dengan seorang penari, maaf … aku tidak bisa berbuat banyak” Anarkali meninggalkan Haidar dengan sedih, sepeninggal Anarkali tiba tiba Salim menghampiri Haidar “Haidar, maafkan aku telah meneriaki kamu tadi, pergilah bekerja dan lihatlah orang orang miskin, ambilah makanan dan pakaian” Haidar hanya diam saja mendengarkan perintah Salim.
Ditempat Mirza Hakim, Mirza sedang bersama Maan Sigh “Maan Sigh, aku baru tahu kalau kamu dan Jalal sedang dalam pertarungan yang sangat sengit, Jalal bisa jadi orang lain, sebagaimana kamu katakan bahwa musuhnya musuh adalah seorang teman, maka aku ingin merangkulmu sebagai seorang teman”, “Aku terima penawaranmu, Mirza” kemudian mereka berduapun saling berpelukan, Maan Sigh sangat senang karena rencananya berhasil membuat Mirza Hakim percaya padanya, Maan Sigh bertanya tentang rencananya, kemudian Mirza menceritakan tentang rencananya pada Maan Sigh sambil berbisik bisik “Itu benar ! Kita akan menyerang Jalal sehingga dia tidak akan bisa menyerang kita, Mirza !” Maan Sigh tersenyum senang.
Jalal sedang berkumpul dengan para menterinya “Yang Mulia, serangga serangga itu tidak akan membiarkan para penduduk makan makanan apapun, serangga serangga itu juga telah menyengat mereka” tak lama kemudian Shah Abdullah menghadapkan dua orang warga penduduk yang wajahnya tersengat serangga, Jalal miris melihatnya “Apakah ada para menteri disini yang mempunyai solusi atas permasalahan ini ?” Jalal tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan, karena dirinya sendiri juga tersengat serangga tersebut, salah satu menteri berkata “Kita bisa mengontrol serangga ini dengan api, Yang Mulia”, “Apakah kamu mencoba mengatakan bahwa kita harus membakar ladang tanaman dimana para serangga itu bersembunyi ?” Shah Abdullah angkat bicara “Hal itu tidak baik, Yang Mulia … ladang tanaman tersebut adalah usaha kerja keras para petani, anda tidak bisa membakarnya begitu saja” kali ini Birbal keberatan dengan rencana Shah Abdullah namun Jalal setuju dengan rencana Shah Abdullah “Ladang tanaman itu bisa ditanami lagi nanti akan tetapi nyawa para penduduk tidak bisa dibawa pergi begitu saja, maka aku perintahkan untuk membakar ladang tanaman itu dan bunuh para serangga tersebut” ujar Jalal kemudian meninggalkan ruang sidang, Shah Abdullah tersenyum senang kearah menteri yang mengusulkan ide untuk membakar ladang tanaman , mereka berdua berupaya untuk membodohi Jalal.
Anarkali membawa beberapa karung sembako ke tempat para penari “Barang barang ini dikirimkan ke rumahku dari istana kerajaan”, “Apakah pangeran Salim tidak setuju dengan kamu ?” salah satu germo bertanya ke Anarkali “Aku tidak bisa ketemu dengan dia, mungkin ini adalah keinginannya untuk tidak membantu kita akan tetapi aku akan membantu kamu sebanyak yang aku bisa” Anarkali berjanji pada para germo.
Jodha sedang mengobati kaki Jalal, sementara Jalal terbaring di tempat tidurnya “Apakah kamu berfikir bahwa itu adalah benar dengan membakar ladang tanaman para petani, untuk para petani, tanaman tanaman itu adalah anak anak mereka, mereka tumbuh dan berkembang sepanjang tahun” Jodha mencoba memberikan pengertian ke Jalal sambil mengolesi obat ke kaki Jalal “Aku telah mengambil keputusan setelah memikirkannya, Ratu Jodha … Aku tidak mempunyai cara lain, katakan padaku apakah kamu punya solusi yang lain ?”, “Kamu benar, Yang Mulia … Kita tidak punya jalan keluar yang lain akan tetapi kamu bisa bicara dengan para petani dulu sebelum melakukan semua ini”, “Aku adalah ayah mereka, aku bisa mengerti bahwa tanaman tanaman itu sudah seperti anak mereka akan tetapi mereka akan mengerti tentang keputusan ini” Jalal merasa yakin dengan keputusannya ini tidak akan melukai perasaan para petani “Kamu harus membuat mereka percaya pada keputusanmu, Yang Mulia” Jodha mencoba mengingatkan Jalal “Jangan khawatir, Ratu Jodha … Tidak ada seorangpun yang akan melawan aku, mereka pasti bisa mengerti bahwa yang aku lakukan ini buat kebaikan mereka” ujar Jalal kemudian bangkit dari tempat tidur dan berlalu meninggalkan Jodha, Jodha sangat sedih melihat tingkah suaminya.
Akhirnya ladang tanaman itupun dibakar, Jalal dan Jodha datang ke tempat tersebut untuk melihat “Ini adalah keputusan yang sangat sulit yang harus aku buat” Jalal merasa sedih melihat ladang tanaman yang dibakar “Saya mendapat kabar bahwa serangga serangga itu juga berada di sekitar tempat yang lain juga, Yang Mulia” Birbal mulai angkat bicara “Daerah itu di bawah kekuasaan kesultanan Mughal, hanya tempat tempat itu yang terserang serangga, sementara tempat lainnya tenang dan damai” Shah Abdullah juga ikut bicara, sementara dalam hati Jodha berkata “Bagaimana membuat Yang Mulia Raja mengerti bahwa Tuhan sedang marah dengan kita sekarang” sementara Jalal berkata pada dirinya sendiri “Aku tidak pernah berfikir bahwa kesultananku akan terbakar seperti ini didepan mataku sendiri” Jalal dan para menterinya sedih melihat ladang tanaman itu dibakar.
Sementara itu di ladang tanaman para petani mencoba menghentikan pekerjaan para prajurit yang mulai membakar ladang tanaman mereka “Jangan lakukan ini ! tanaman tanaman ini adalah kehidupan kami ! Kami telah bekerja keras untuk membesarkan tanaman tanaman ini”, “Ini adalah perintah Yang Mulia Raja ! Beliau telah memerintahkannya pada kami, pembakaran ini bisa membunuh para serangga serangga itu” namun para petani terus mencoba menghalangi para prajurit sehingga pertarunganpun tidak terelakkan, mereka mulai saling menyerang satu sama lain.
Para ulama sedang berkumpul dengan ulama dari istana kerajaan “Yang Mulia Raja telah melakukan kesalahan, selama ini dia itu telah hidup mewah dan memerintahkan untuk membakar ladang tanaman para petani yang telah menderita dari terjangan badai kemarin, dia telah menjadi Tuhan bagi rakyatnya dan tidak pernah berfikir tentang mereka sebelum melakukan keputusan ini” para ulama mengeluh “Kamu harus bicara dengan Yang Mulia Raja sebagaimana kamu telah mendukungnya ketika dia mengenalkan koin emas itu” ulama kerajaan hanya terdiam sambil mendengarkan dengan seksama.
Beberapa orang mendatangi istana, mereka berteriak memanggil manggil nama Jalal dengan mengatakan akan melawan Jalal, Birbal menginformasikan hal ini ke Jalal “Mereka sangat marah, Yang Mulia … Mereka marah karena kamu tidak membuat persetujuan terlebih dulu dengan mereka sebelum membakar ladang tanaman mereka “Apakah mereka tidak tahu bahwa aku melakukan semua ini untuk kebaikan mereka ? Aku akan menjumpai mereka dan berbicara dengan mereka” Jodha yang saat itu sedang lewat dihalaman istana tempat dimana Jalal berdiri bersama para menterinya, langsung menemui Jalal “Jangan keluar dulu didepan rakyatmu, Yang Mulia … Mereka saat ini benar benar marah sama kamu dan tidak akan mendengarkan kamu, ini sangat berbahaya untuk nyawamu sendiri, Yang Mulia”, “Tidak Ratu Jodha ! Aku harus menemui mereka, aku harus mengatakan pada mereka bahwa mereka itu adalah anak anakku, aku mengambil keputusan ini semata mata demi kebaikkan mereka saja, aku akan pergi dan berbicara dengan mereka, mereka adalah anak anakku, mereka pasti mengerti tentang aku” Jalal segera meninggalkan tempat tersebut diikuti oleh para menterinya…. Sinopsis Jodha Akbar episode 452 by Sally Diandra.