Bila Saatnya Tiba - Epilog

Epilog Bila Saatnya Tiba.  Lima tahun kemudian …

“Bagaimana kandunganku dokter Salima ?” pagi itu dokter Salima mengunjungi rumah Jodha dan memeriksa kondisi kandungannya “Baik, sehat, anakmu juga sehat, Jodha”, “Terima kasih, jadi aku bisa keliling Eropa kali ini, dok ?”, “Bisa, kandunganmu ini kan sudah melalui trisemester pertama, jadi sudah aman untuk jalan jalan” tiba tiba pintu kamar Jodha terbuka “Ibuuuu … Ibuuuu … Ibuuuuu” seorang anak laki laki kecil berlari larian menuju kearah Jodha dan segera naik ke atas tempat tidur lalu berlindung dibalik tubuh Jodha “Hussain … Ada apa ini ?” tak lama kemudian kembaran Hussain menyeruak masuk ke kamar Jodha dan ikut naik ke atas tempat tidur “Hussain ! Berikan bonekanya !”, “Nggak mau !”, “Berikan !” Jodha dan Salima saling tertawa satu sama lain “Maafkan mereka dokter Salima, ya gini ini nih setiap hari, selalu saja bertengkar, ada saja yang buat berantem” dokter Salima tidak merasa terganggu malah tersenyum senang “Nggak apa apa, Jodha … namanya juga anak anak”, “Hussain, Aram ada apa ini ? Lalu kok pada berdiri begitu ? Ada tante Salima, malu kan, ayooo duduk, sini deket ibu” Hussain segera meringkuk masuk kepelukan Jodha, sedangkan Aram duduk didepannya dengan tampang cemberut “Hussain nakal, ibu !”, “Nggak aku nggak nakal !”, “Nakal !”, “Nggak !” Jodha hanya geleng geleng kepala “Ada apa sih ini ? Ada apa Aram ?”, “Itu boneka Mehtab direbut ama Hussain, ibu … waktu Mehtab lagi main rumah rumahan sama aku, Hussain langsung ngrebut bonekanya, Mehtabnya nangis, ibu … Jadi aku kejar Hussain, aku mau ambil bonekanya” Hussain langsung memotong kata kata Aram “Ya abis, aku nggak boleh ikut main rumah rumahan, aku ambil saja bonekanya” Jodha memeluk Hussain yang masih berlindung dipelukannya “Hussain, kalau mau ikut mainan sama Aram dan Mehtab, Hussain kan bisa bilang sama Aram dan Mehtab kalau mau ikut main”, “Aku sudah bilang, ibu … Tapi Aram nggak boleh ! Aram nakal !”, “Ya kan Hussain laki laki masa Hussain main sama anak perempuan ! kan nggak boleh ya, bu”, “Siapa yang bilang nggak boleh, Aram ? Boleh boleh saja, kalian bisa main rumah rumahan bersama kan ? Hussain kan juga bisa jadi tetangga kalian, tetangganya yang laki laki ada kan ?” Aram langsung cemberut “Masa tetangganya manusia ? Yang main rumah rumahan kan boneka, Hussain kan nggak punya boneka, ibu … jadi Hussain nggak boleh main sama kami !”, “Ya sudah kalau gitu gimana kalau Hussain mainnya sama ibu saja ?”, “Nggak boleh ! Hussain nggak boleh main sama ibu !”

ss bila saatnya tiba 12Aram langsung protes begitu tahu saudara kembarnya mendapat dukungan dari ibunya “Hussain main sama adek saja ! Sama Hasan ! Sana ! Kan sama sama laki laki !”, “Tapi kan adek belum tau apa apa, adek masih kecil, adek mainnya sama tante Nigar terus !” Jodha dan Salima saling tersenyum melihat kedua anak kembar itu saling beradu argumen, Jodha hanya mengendikkan bahunya ke dokter Salima “Aram persis seperti kamu, Jodha” Jodha langsung menganggukkan kepalanya “Jalal juga bilang begitu, walaupun wajah mereka berdua lebih mirip ke Jalal tapi Aram itu sifatnya mirip aku katanya, dari judesnya, vokalnya, berani, kalo Hussain suka jail mirip seperti Jalal” dokter Salim tersenyum melihat anak kembar Jodha “Oh iya, dari tadi tante kok gak lihat Hasan, dimana dia ?” dokter Salima mencari cari anak Jodha yang ketiga “Hasan lagi sama tante Nigar, tante … lagi berenang di kolam”, “Nigar suka sekali mengajak Hasan berenang di kolam, untung ada Nigar, kalau nggak ada dia ngga tau deh aku ngurusi anak anak ini” Salima menganggukkan kepalanya “Namanya juga anak anak Jodha, sekarang Hasan sudah 2 tahun ya ?”, “Tante dokter mau ketemu sama adek ?” Hussain ikutan nimbrung percakapan Jodha dan dokter Salima, dokter Salima tersenyum “Iyaa mau sekali sayang, bisa antar tante ketemu sama adek ? Tante kangen udah lama nggak ketemu sama adek” Hussain segera melewati tubuh Jodha lalu duduk disamping dokter Salima “Ayooo … Aku tunjukkan” Salima menganggukkan kepalanya “Aku ikut ! Aku juga mau ikut ke adek !”, “Ayooo Aram sama ibu, eh tapi Hussain kembalikan dulu boneka Mehtab, nanti dia nyariin”, “Iyaaa Hussain, kasihan Mehtab nangis terus, kamu siiih …” Jodha dan Salima segera bangun dari tempat tidur diikuti oleh kedua anak kembar Jodha menuju ke pintu kamar yang masih terbuka, begitu sampai dipintu tiba tiba Shakrun Nissa sudah ada disana sambil menggandeng Mehtab “Hussain, bonekanya Mehtab mana ?” Hussain langsung bersembunyi dibelakang Jodha, Jodha segera menoleh kearah Hussain “Hussain … Ayooo kembalikan bonekanya Mehtab”

Jodha meminta Hussain mengembalikan boneka saudara sepupunya, akhirnya Hussain keluar dari belakang Jodha sambil menyodorkan boneka kelinci berwarna pink punya Mehtab “Ini Mehtab, boneka kamu, maaf yaa …” Mehtab cuma terdiam sambil mengangguk anggukkan kepalanya “Ayooo sekarang kita ke kolam renang, Shakrun Nissa bawa adik adikmu ke sana ya” Shakrun Nissa yang paling besar diantara mereka yang sudah berusia 7 tahun langsung mengerti perintah Jodha “Ayooo kita kolam renang” anak anak pun berlari lari menuju kebawah “Sayang … Jangan cepat cepat lari larinya, hati hati yaaa”, “Iyaaaa ibuuuu …” semua anak serempak menjawab permintaan Jodha sambil tertawa cekikikan “Senang yaaa … Jadi rame kalau punya banyak anak” Jodha langsung menghela nafas “Untungnya rumah kami besar, dokter … Jadi nggak begitu berasa kalau punya banyak anak, hahahaha” Jodha tertawa geli menertawai dirinya sendiri “Tapi kamu sungguh beruntung, Jodha … Anak anakmu itu lucu lucu, tapi kalau Mehtab itu masih bisu dan tuli ?” Jodha menganggukkan kepalanya “Iyaaa … Kasihan Mehtab tapi Bhaksi terus melatihnya supaya bisa bicara “Oh iya, mana ini Bhaksi si penganten baru ?”, “Ada dibawah, mungkin lagi berkumpul dikolam renang”, “Jadi dalam rangka ini kamu mau jalan jalan keliling Eropa ?”

Jodha tersenyum sambil melingkarkan tangannya di lengan dokter Salima sambil terus melangkah ke arah kolam renang “Tau sendiri kan gimana Jalal, kali ini kami mau merayakan ulang tahun pernikahan kami yang ke 6 sekalian ngantar Bhaksi bulan madu”, “Oh ya ? Bhaksi mau bulan madu dimana ?”, “Di Sidney, rencananya kami mau ke Sidney dulu nganter Bhaksi dan Todar Mal suaminya, sekalian Jalal mau meresmikan propertynya yang sudah selesai di Sidney lalu abis itu kami baru keliling Eropa” dokter Salima tersenyum “Aku senang akhirnya kamu bisa menikmati kebahagiaanmu, Jodha … Akhirnya ketika saat itu tiba, semuanya indah pada waktunya”, “Jodha menganggukkan kepalanya “Iyaa dokter … pengalaman adalah guru yang terbaik terutama pengalaman hidup, aku banyak belajar dari sana juga dari kamu, dokter” dokter Salima menggelengkan kepalanya “Tidak dari aku, Jodha … kamu mendapatkannya sendiri, aku hanya membantu, aku juga sangat salut ketika kamu mengadopsi Shakrun Nissa anak Benazir sebagai anakmu, walaupun kamu tahu dia bukan anak Jalal tapi kamu menganggapnya sama seperti anak kandungmu sendiri”, “Saat itu aku hanya kasihan melihat anak itu, dokter … Aku lihat Benazir tidak begitu peduli dengan anak itu, kamu tau kan bagaimana pekerjaan Benazir yang selalu harus berpenampilan cantik dan memuaskan kaum adam yang kelebihan uang, aku hanya berpikir bagaimana masa depan anak itu nantinya ? Walaupun akhirnya tes DNA itu mengatakan Shakrun Nissa bukan anak Jalal tapi aku merasa empaty dengan kondisi anak itu, jadi aku minta dari Benazir, aku adopsi dia”, “Benazir tidak pernah datang lagi kesini ?”

Jodha segera menggelengkan kepalanya “Jalal sudah mengultimatum Benazir agar tidak datang lagi kerumah kami dan tidak boleh menanyakan soal Shakrun Nissa, dia setuju, kami sudah membuat surat resmi tentang hal ini dan dia sudah menandatanganinya, malah aku dengar sekarang dia sudah jadi simpanan salah satu pejabat” Salima menganggukkan kepalanya, tak terasa ternyata mereka sudah sampai di depan kolam renang, disana mereka bisa melihat dengan jelas seluruh keluarga besar Jodha sedang berkumpul “Nah, itu Jodha datang !” ibu Hamida segera menyambut Jodha, Jodha dan dokter Salima segera berbaur dengan mereka “Bagaimana dokter Salima, kandungan Jodha baik baik saja kan ?” Jalal segera mendekati Jodha dan merangkul bahunya “Baik baik saja tuan Jalal, sehat, anak dalam kandungan Jodha juga sehat”, “Ibuuu … Ibuuuu” tiba tiba Nigar menghampiri Jodha sambil menggendong Hasan anak ketiga Jodha dan Jalal yang baru berusia 2 tahun yang memanggil manggilnya dengan suara cedalnya “Naaah anak ibu sudah selesai main airnya sama tante Nigar” Jodha segera menggendong Hasan “Sini gendong sama tante Salima” dokter Salima segera mengambil Hasan dari pelukkan Jodha “Nigar, apa Hasan sudah mandi tadi ?”, “Sudah, kak … Aku aja yang belum, hehehehe”, “Ya sudah mandi dulu sana, Nigar” ibu Hamida segera menyela pembicaraan mereka “Iyaa ibuu …” Nigar segera berlalu meninggalkan mereka, tak lama kemudian Bhaksi dan Todar Mal datang menemui mereka dikolam renang “Waaah disini semua rupanya”, “Hmm … pengantin baru kita baru muncul” dokter Salima segera menyapa Bhaksi “Dokter Salima juga disini rupanya”, “Iya Bhaksi, dokter Salima baru memeriksa kandunganku tadi” Jodha menjelaskan keberadaan dokter Salima dirumah mereka, saat itu mereka sudah duduk duduk dimeja makan yang terletak didekat kolam renang “Semuanya baik baik saja kan ?”, “Baik baik saja, Bhaksi … Habis ini kamu menyusul Jodha yaa” Bhaksi tersenyum sambil melirik ke arah suaminya Todar Mal, Todar Mal dan Jalal hanya senyum senyum saja

“Waaah … senangnya ibu, bakal tambah rame lagi niiih ini rumah, eh tapi apa kalian sudah menyiapkan semuanya untuk berangkat ?” ibu Hamida bertanya ke Bhaksi “Sudah ibu, sudah siap semuanya” Jodha segera mengernyitkan dahi “Harus hari ini berangkatnya ?” Jalal tersenyum disebelah Jodha dan berkata “Iya, kita mau berangkat sore ini, semalam kamu sudah menyiapkan semua perlengkapan kita kan ?”, “Iyaaa sudah sih, sudah siap semua tapi aku kan belum bilang ke anak anak, aku nggak tega sama mereka” ibu Hamida tersenyum kearah Jodha “Sudah berangkat sana ! Soal anak anak gampang, kan ada ibu juga Nigar malah kabarnya ibumu juga mau kesini untuk menjaga cucu cucunya”, “Iya Jodha, lagian selama ini kamu kan cuma sibuk dengan mereka, sekali sekali kamu harus bebas dari semua tugas ibu rumah tangga, quality time untuk kalian berdua itu juga perlu lhooo” dokter Salima ikut menimpali “Aduh dok, jangan bilang soal quality time sama suamiku ini, bisa bisa aku bikin tim kesebelasan sepak bola dari anak anakku ini” semua yang ada disana langsung tertawa terbahak bahak mendengar ucapan Jodha, Jalal yang berada disebelahnya langsung meninju mesra pipi Jodha “Aku iri sama kalian berdua, walaupun anak sudah banyak tapi tetap mesra aja” Bhaksi ikutan buka suara “Quality time, Bhaksi … Itu kuncinya, tanya Jodha, iya kan Jodha ?” Jalal tersenyum nakal kearah Jodha, Jodha hanya memonyongkan bibirnya, Hasan yang melihatnya ikut ikutan memonyongkan bibirnya seperti ibunya “Daaa daaa daa …” semua yang hadir disana tertawa kembali “Heiii rame sekali … Ternyata kumpul disini semua rupanya” ibu Meinawati tiba tiba muncul dikolam renang “Ibuuu …” Jodha segera menghampiri ibunya yang datang bersama Shivani lalu mencium tangan ibunya “Sukaniya nggak ikut ?”, “Dia kan lagi hamil besar, mungkin nanti menyusul sama suaminya, Mirza” ibu Hamida juga ikut menyambut ibu Meinawati “Ayooo gabung sama kami, kami lagi menikmati sarapan, mau makan apa ? Atau mau kudapan yang mana ? Semuanya ada … Ayoooo” akhirnya ibu Meinawati dan Shivani ikut bergabung bersama mereka keluarga besar Jodha, Jodha sangat bahagia sekali, akhirnya Jodha bisa merasakan kebahagiaan yang tak terhingga bersama keluarga besarnya terutama bersama Jalal, suaminya, laki laki yang dulu sangat dibencinya.

Ketika sore tiba … “C’mon Jodha, mau tunggu apalagi ?” Jalal sudah menantinya di pintu keluar, sementara pasangan penganten baru Bhaksi dan Todar Mal sudah siap didalam mobil “Iyaaa sebentar sayang … Nigar, jangan lupa yaa, vitamin apa saja yang harus dikonsumsi sama anak anak, juga susu untuk Hasan yang suam suam kuku saja, jangan terlalu panas, untuk Aram dan Hussain setiap pagi mereka sukanya sarapan roti isi, bisa kamu isi telur, daging, mayonaise, keju, tapi tetap bawain bekal untuk mereka kesekolah, ingetin mereka juga untuk tidak jajan sembarang, okay … mengerti ?” Nigar mengangguk anggukkan kepalanya tanda mengerti “Lalu apalagi yaa ?”, “Jodha, sudah sudah, percayakan anak anak sama kami, kan ada ibu juga ibumu dan adik adikmu, sekarang fokus, Jalal sudah menunggu kamu, ayooo…” Jodha masih berfikir apalagi yang kurang untuk anak anaknya “Orang ini, kalau nggak dipaksa nggak bakalan jalan juga” Jalal segera menggeret Jodha keluar menuju mobil diikuti oleh keluarga yang lain “Tapi Jalal, aku masih belum selesai nitip pesennya …”, “Sudah, percayakan sama mereka, kasihan pengantin baru kita sudah menunggu” semua anggota keluarga mereka tertawa melihat tingkah laku Jodha dan Jalal, ketika mau masuk ke dalam mobil, Jodha kembali menatap anak anaknya dari kejauhan “Ibu pergi dulu sayang … Aram, Hussain, Shakrun Nissa, Hasan, Mehtab … nanti ibu telfon setiap hari yaaa” Jalal segera menggeret Jodha masuk ke dalam mobil, begitu sudah masuk kedalam mobil, dari kaca mobil kembali Jodha teriak “Nigar ! Jangan lupa setiap hari cek pelajaran mereka ya ! Jangan lupa !”, “Iyaaaa kaaak, sudah berangkat sana !” semuanya tertawa melepas kepergian Jodha, tak lama kemudian mobil yang membawa mereka mulai meninggalkan pelataran rumah menuju ke bandara udara.

Setibanya dibandara udara, Jodha sedikit tercengang karena bandara yang di datangi kali ini bukan bandara yang biasanya dia datangi kalau mau bepergian, begitu Jodha turun dari mobilnya Jodha langsung bisa melihat sebuah pesawat jet terpampang dengan jelas didepannya dengan tulisan JoJa “Sayang, kok pesawatnya beda ? Bukan yang biasanya kita pakai ?” Jalal segera menggandeng tangan Jodha “Ini pesawat pribadi kita sayang, mulai sekarang kalau kita mau pergi kemana mana kita tinggal menggunakan pesawat ini, lihat apa nama pesawat kita ?” Jalal langsung menunjukkan nama pada body pesawat tersebut “Jo – ja” Jodha membacanya sambil tertegun “Jodha dan Jalal, ayoo kita masuk” Jalal segera menggandeng tangan Jodha diikuti oleh Bhaksi dan Todar Mal. Jodha baru tau kalau kali ini Jalal telah membeli sebuah pesawat jet pribadi, rupanya berkat keuletan dan kerja keras Jalal selama 5 tahun ini didukung dengan kasih sayang juga cinta yang dilimpahkan oleh Jodha membuat bisnis Jalal semakin berkembang pesat. Dilihatnya suaminya yang duduk disebelahnya masih asyik dengan gadgetnya ketika pesawat mereka sedang bersiap siap untuk take off, Jodha segera mengambil gadget tersebut, kemudian dilingkarkan lengannya dilengan Jalal dan direbahkan kepalanya dibahu Jalal “Terima kasih sayang, terima kasih untuk semua kasih sayangmu yang kamu berikan ke aku selama 6 tahun ini, bila saatnya tiba semuanya memang akan indah pada waktunya” Jalal meraih tangan Jodha dan diciumnya lembut “Aku tercipta oleh waktu, selalu memperbaiki diri di setiap waktu dan semua waktu ku adalah untuk mencintai kamu, Jodha” Jodha menatap suaminya dengan pandangan haru “Aku sadar aku memang tidak sempurna tetapi kamu telah membuat hidup ini jadi lebih sempurna dengan cintamu” Jodha juga meraih tangan Jalal lalu diciumnya mesra dan lamaa sambil terus memandang wajah Jalal, Jalal tersenyum kemudian meraih kening Jodha dan menciumnya lalu berkata “Bila saatnya tiba semua akan terasa indah…” Red heart 

~ the end ~