Bila Saatnya Tiba bag 45 by Sally Diandra

Bila Saatnya Tiba bag 45 by Sally Diandra. Satu bulan kemudian menjelang ulang tahun pernikahan Jalal dan Jodha yang pertama, Jalal sudah menyiapkan sebuah hadiah yang tidak akan pernah Jodha duga sebelumnya “Sudah siap semuanya, sayang ?” Jodha mengangguk mantap “Memangnya kalian mau kemana, Jalal ?” ibu Hamida sangat mengkhawatirkan kondisi Jodha “Kasihan Jodha, dia kan sedang hamil besar, mau kamu ajak kemana dia, Jalal ?”, “Ini surprise, ibu kalau aku katakan padanya saatnya ini namanya bukan surprise”, “Tidak apa apa, ibu … Insyaallah anak anakku ini tangguh, lagian kemarin aku sudah cek ke dokter Salima dan aku juga sudah menanyakan soal perjalanan spesial Jalal ini, katanya aku boleh berpergian asal tetap bawa beberapa makanan khusus yang biasa aku konsumsi untuk asupan energi si kembar dan ss bila saatnya tiba 12banyak minum air putih” Jodha berusaha meyakinkan ibu Hamida “Ya sudah lah, ibu doakan semuanya baik baik saja, semoga semuanya lancar, tapi dokter Salima sudah memberikan surat rekomendasinya kan ?” ibu Hamida tetap merasa was was “Iya, sudah ibu, sudah siap semua, bahkan Jodha juga tidak sendiri disana, Shamshad dan Sukaniya juga kami ajak, aku sendiri juga juga mengajak Todar Mal dan Mirza, jadi ibu tenang … Jodha akan baik baik saja, kami akan selalu melindunginya”, “Ya baiklah, kalau banyak yang menjaga Jodha disana, ibu sangat khawatir” ibu Hamida masih saja merasa cemas karena Jodha akan berpergian jauh dan Jalal tidak mau mengatakan kemana mereka akan pergi “Ibu, kalau sudah sampai disana, aku akan segera menelfon ibu, aku akan baik baik saja, ibu … Juga cucu cucu ibu ini” ujar Jodha sambil mengelus elus perut gendutnya, ibu Hamida mengangguk kemudian mencium kening Jodha, Jodhapun mencium lembut tangan ibunya “Hati hati ya, Jodha … Jaga baik baik saudara Mehtab ini, Mehtab kan sudah nggak sabar mau ketemu sama mereka, iya kan sayang ?” Bhaksi mengajak Mehtab yang baru berusia 10 bulan itu ngobrol, Jodha juga sangat gemas melihatnya kemudian diciumnya kedua pipi Mehtab yang chubby “Iya, sayang tante janji akan menjaga baik baik saudara kembarmu ini, sampai ketemu lagi ya sayang, oh iya … Nigar jaga ibu baik baik yaa” Nigar langsung menganggukkan kepalanya, “Kalau ada apa apa segera hubungi aku yaa, kami berangkat ibu” ujar Jalal sambil mencium lembut tangan ibunya, ibu Hamida terharu melihat anak dan menantunya ini dan tak lama kemudian mereka berlalu meninggalkan ibu Hamida.

ss bst 45Tak berapa lama kemudian rombongan Jalal sudah menginjakkan kakinya di Bandara Internasional Lombok Nusa Tenggara Barat “Jadi kesini destinasi yang kamu tuju, Jalal ?” Jodha berusaha mengorek sedikit informasi tentang hadiahnya “Tenang, Jodha … Perjalanan kita masih jauh tapi aku yakin kamu pasti akan menyukainya”, “Kak Jalal, dari sini kita masih harus kemana lagi ?” Sukaniya juga ikut penasaran dengan rencana Jalal “Sabar Sukaniya 7 jam lagi kamu baru mengetahuinya” kali ini Mirza yang mencoba menjelaskan “Apa 7 jam ? Gila ! Kaki kak Jodha bisa bisa bengkak semua, kenapa kalian tidak bilang sih perjalanannya bakal selama itu ? Aku kira cuma pake pesawat 1 jam sudah sampai tujuan, ternyata ini masih 7 jam lagi” Sukaniya merepet khawatir kalau terjadi sesuatu pada Jodha “Aku tidak apa apa, Sukaniya … Mau berapa jam di perjalanan, aku oke aja, anak anakku kuat kok” Jalal tersenyum memandang istrinya, lalu diciumnya tangan Jodha yang sudah sedari tadi digandengnya dengan lembut sambil berjalan keluar dari bandara “Nah itu dia bis kita datang !” Todar Mal langsung menunjuk pada sebuah mini bis yang sudah parkir didepan teras Bandara, sesaat kemudian keluarlah seorang laki laki tinggi semampai dengan rambut gondrongnya yang seperti habis direbonding plus kaos oblong, celana pendek dan sandal gunungnya “Selamat pagi tuan Jalal, sudah sampai rupanya” rupanya pria ini sudah tidak asing lagi bagi Jalal, “Jodha, kenalkan ini Tansen, dia yang selalu mempersiapkan semuanya kalau aku berkunjung kesini, Tansen ini istriku, Jodha dan itu adiknya Sukaniya” Tansen langsung mengangguk “Selamat datang di pulau kami, nyonya”, “Terima kasih, tapi tolong jangan panggil aku nyonya, aku selalu merasa risih dengan sebutan itu, panggil saja namaku”, “Tidak tidak … Kami tidak terbiasa memanggil nama, apalagi anda adalah istri tuan Jalal, lebih baik kami panggil ibu Jodha saja” Jodha mengangguk mengiyakan “Itu lebih baik”, “Ayooo kita berangkat” bergegas mereka memasuki mini bis yang disupiri oleh Tansen, begitu melihat kursi kursinya yang besar dengan ruang yang cukup untuk menaruh kakinya, Jodha merasa nyaman untuk melakukan perjalanannya kali ini.

ssbst451Sepanjang perjalanan sebagian besar pemandangan yang Jodha temui adalah sawah yang terbentang luas kemudian pepohonan yang hijau yang terdapat dibukit bukit yang indah dengan jalanan yang berkelok kelok yang dirasanya sebagai sebuah tantangan bagi Jodha kalau dia mampu melewati semua ini, apalagi bersama Jalal yang duduk disebelahnya yang selalu rewel dari tadi menyuruhnya untuk ngemil atau minum, sementara itu Sukaniya dan Mirza yang duduk dibelakang mereka, menikmati moment mereka kali ini dengan saling bertukar cerita satu sama lain sambil malu malu karena Shamshad juga duduk bersama mereka, sedangkan Todar Mal duduk didepan menemani Tansen yang ada dibelakang kemudi. “Rupanya Mirza ada hati sama adikmu” Jodha mengangguk “Sejak kamu pergi ke Kalimantan, Mirza mulai mendekati Sukaniya tapi Sukaniya sepertinya masih jinak jinak merpati”, “Iyaa sama seperti kakaknya” Jodha langsung memasang muka cemberut “Lho, aku kan berkata fakta, iya kan ?” Jalal terus menggoda Jodha “Tapi aku suka kok bahkan cinta banget ama yang jinak jinak merpati seperti kamu, senyum dooong … nanti anakmu sedih lho kalo kamu cemberut terus” Jalal terus membujuk Jodha sambil mengelus elus perut Jodha dengan lembut sambil sesekali curi curi kesempatan mau menyium Jodha tapi Jodha langsung menghindar, Jalal tertawa kecil melihat ulah istrinya.

Setelah beberapa kali istirahat dan makan siang disebuah kedai sederhana, akhirnya rombongan Jalal sampai juga ditempat tujuan, dari kejauhan Jodha sudah bisa mendengar dengan jelas suara ombak yang memecah karang dengan angin lautnya yang sejuk, saat itu sore hari mereka sampai di desa Maluk yang terletak di kabupaten Sumbawa Barat, dari dalam bis Jodha bisa melihat dengan jelas sebuah kampung nelayan dimana dikanan kirinya terdapat banyak ikan ikan yang dijemur disebuah anyaman bambu yang lebar yang dipancang setinggi perut orang dewasa, juga beberapa kano yang tergeletak disebelah pohon. “Kita akan kemana sayang ?” Jodha mulai kembali menyelidik lagi, mencari informasi dari Jalal “Sebentar lagi kita akan sampai sayang, sabar … Kamu pasti akan menyukainya” ssbst452Jalal tetap tidak mau membuka informasi apapun ke Jodha karena tempat ini adalah hadiah special untuk Jodha dihari ulang tahun pernikahan mereka. Ketika akhirnya mereka sampai disebuah resort, dari dalam bis Jodha bisa melihat dengan jelas didepannya kali ini dikanan dan kiri bangunan utama tempat lobby, ada sebuah rumah rumah kecil dan beberapa gazebo yang dikelilingi oleh kolam yang berkelok kelok yang bisa digunakan untuk berenang dengan pemandangan dibelakangnya sebuah pantai berpasir putih dengan pesona keindahan teluknya yang berwarna biru cerah. “Here we go, honey … Teluk Maluk” Jodha seakan tidak percaya melihat semua ini, sesaat Jodha terdiam sambil menutup mulutnya dan terharu, Jalal tersenyum melihatnya kemudian memeluk istrinya erat sambil mencium dahi sebelah kiri Jodha, sementara Sukaniya langsung bersorak kegirangan “Wooowww … Amaziiiing, gak rugi tadi kita capek capek dijalan kak Jodha !” Jodha tersenyum melihat ulah adiknya yang langsung berlari kearah pantai, kemudian Jodha melirik ke Jalal sambil tersenyum “Jadi ini hadiahnya ?” Jalal mengangguk mantap “Resort ini dulu dibuat oleh ayahku buat aku, sekarang aku akan mengembangkannya lebih besar lagi untuk kamu dan anak anak kita”, “Terima kasih sayang, aku nggak pernah menduga kalau hadiahmu ini sungguh sangat luar biasa”, “Sebenarnya banyak pantai didaerah ini tapi entah kenapa dulu ketika aku disuruh memilih, aku langsung jatuh cinta pada tempat ini dan ternyata pantai ini sering menjadi arena berselancar kelas dunia, ayooo ikut aku” Jalal langsung menggandeng lengan Jodha menuju ke pantai “Tapi kita kan belum menurunkan barang barang kita”, “Gampang Todar dan Tansen yang akan mengurus semuanya, aku akan menunjukkan kamu sesuatu … Mirza bawa perlengkapan ke pantai !” Jalal memberi kode ke Mirza “Beres boss !”

“Kamu tahu, Jodha … ombak di pantai Maluk ini telah masuk dalam daftar ombak terbaik bagi peselancar dunia, oleh mereka ombak itu diberi julukan Super Suck, karena ombak yang menuju ke daratan terpecah oleh sebuah tanjung dan pecahan ombak ini menggulung hingga ketinggian di atas dua meter” Jodha mendengarkan penjelasan suaminya dengan seksama, tak lama kemudian Todar dan Mirza menemui mereka sambil membawa tiga papan selancar, Jodha langsung kaget melihatnya “What ? Kamu mau surfing ?” Jalal tersenyum melihat istrinya keheranan sambil mencopot semua bajunya dan diberikannya ke Jodha, hingga hanya celana renang selututnya saja yang tersisa kemudian memegang papan selancar yang diberi Todar Mal “Aku sudah lama belajar menaklukkan ombak super suck sayang, watch me !” Jalal menunjukkan kedua jarinya ke mata Jodha kemudian melangkah santai kearah teluk bersama Todar Mal dan Mirza, sss bst 453ementara Jodha merasa cemas dengan apa yang akan dibuat oleh Jalal, Sukaniya menghampiri Jodha “Mereka keren ya, kak … Ternyata bisa surfing juga lhoo … Aku pikir mereka itu cuma tau itung itungan dan grafik didalam komputer, ternyata … kereeeeen” Sukaniya mengacungkan kedua jempolnya “Tapi aku takut kalau ada apa apa dengan mereka, Sukaniya”, “Tenang, mereka jago kok, apalagi kak Jalal, kak Mirza banyak cerita tadi tentang kehebatan kak Jalal, aku jadi iri sama kamu lho, kak” Jodha mengernyitkan dahinya sambil menatap ke Sukaniya “Iri kenapa ?”, “Yaa iyalah … Perempuan mana sih yang nggak iri sama kamu, punya suami macam kak Jalal, udah ganteng, tajir, cinta mati ama kamu dan punya hobby yang asyik, surfing … cool, jarang ada lho suami macem dia, 1001 didunia ini mungkin !” Jodha hanya tersenyum sambil memeluk adiknya, namun ketika dilihatnya kearah teluk, Jodha tidak bisa melihat apa apa, tidak ada satupun dari mereka yang terlihat batang hidungnya, padahal saat itu pantai sepi dan tidak banyak yang berselancar sore itu, namun tiba tiba ketika ada sebuah ombak yang bergulung gulung mencapai dua meter tingginya, tiba tiba dari dalam ombak tersebut Jodha bisa melihat dengan jelas Jalal berada didalam ombak tersebut dengan papan selancarnya, Sukaniya langsung menjerit riang sambil memberikan siulan kerasnya lalu bertepuk tangan dengan senangnya, sedangkan Jodha tersenyum senang sambil menitikkan air mata, tak lama kemudian Jalal menghampiri Jodha dan Sukaniya “Keren ! Kereeeen abis ! Kak Jalal hebaaattt !” Jalal hanya tersenyum senang namun dilihatnya Jodha hanya tersenyum sambil sedikit terharu “Kenapa ?”, “Aku kira kamu tadi menghilang, aku sudah takut tadi” Jalal tertawa mendengarnya “Iya, kak … dari tadi kak Jodha cemas melulu” Jalal mencoba memeluknya namun Jodha menghindar “Badan kamu basah, mandi dulu”, “Kalau begitu ayoo kita masuk kedalam, kamu janjikan mau menelfon ibu, jangan bikin ibu cemas juga” Jodha mengangguk “Aku disini saja kak, aku masih mau nunggu kak Mirza dan kak Todar” Jodha dan Jalal hanya saling berpandangan dan melirik ke arah Sukaniya sambil tersenyum kemudian berlalu meninggalkan pantai menuju ke resort mereka.

Didalam salah satu resort yang didiami Jodha dan Jalal, Shamshad sudah menyiapkan segelas susu hangat untuk Jodha, Jodha segera meminumnya kemudian menelfon ibu Hamida mengabarkan keberadaan mereka saat ini, ibu Hamida merasa lega setelah mendengar suara Jodha, Jodha juga menceritakan bagaimana perasaannya ketika Jalal surfing tadi, Jalal yang menguping dibelakangnya hanya tersenyum senang, setelah Jodha mematikan telfonnya, Jalal segera melingkarkan tangannya diperut Jodha yang gendut dan berbisik pelan ditelinga Jodha “Jangan lupa besok pesta pernikahan kita, aku tunggu hadiah darimu” Jodha hanya melirik kearah belakang menatap suaminya “Aku sudah menyiapkannya untukmu” … Bila Saatnya Tiba bag 46 by Sally Diandra.