Takdir bag 41 by Tahniat

Takdir bag 41 by Tahniat.  “..aku akan mengajakmu pergi bulan madu kedua..!” Jalal mengedipkan matanya dengan jenaka. Jodha terlihat  tidak tertarik. Jalal menarik kepala Jodha dan menciumnya, “bergembiralah! Aku berjanji kau tidak akan kecewa.” Setelah berkata begitu, Jalal segera meninggalkan meja makan menuju garasi, mengeluarkan audi dan meluncur membelah jalan raya menuju ke kantornya.

Jodha benar-benar gundah dan tak tahu harus bagaimana. Pikirannya terbelah dua, antara Jalal dan Ranvir. Setelah mengemas baju-baju yang akan di bawa dengan bantuan Moti, Jodha menelpon Rekha. Menanyakan kondisi Ranvir. Rekha memberitahu Jodha kalau kondisinya masih sama. Rekha meminta Jodha datang, tapi Jodha bilang kali ini dia tidak bisa. Tapi nanti sekembali dari Simla, dia berjanji akan menenggoknya.

Perjalanan Delhi ke Simla dengan pesawat terbang hanya di tempuh selama satu setengah jam. Begitu menjejakkan kaki di bandara Shimla, Jodha langsung jatuh cinta dengan pemandangan alamnya. Simla bagaikan Swiss nya India. Stalaktit yang terbentuk dari tetesan air yang membeku tergantung indah di pepohonan dan di tepi-tepi atap bangunan. Suhu udara di Simla sangat rendah. Hari terpanasnya saja memiliki suhu rata 22oC. Sedangkan suhu terdingin dapat mencapai 5oC. Di loby bandara Simla sebuah mobil sudah menunggu untuk mengantar Jalal dan Jodha ke hotel Simla Best  di mana mereka akan menginap. Begitu tiba di hotel, setelah check ini, Jalal meninggalkan Jodha di kamar, sedangkan dia pergi untuk menyelesaikan urusannya. Malam hari jalal baru kembali. Karena malas turun, Jalal meminta pelayan mengantar makan malam mereka ke kamar. Setelah makan, karena terlalu lelah, Jalal malah ketiduran di sofa.

Besoknya, pagi-pagi sekali Jalal sudah pergi untuk menghadiri meeting. Kembali Jodha di tinggalkan di kamar. Merasa bosan, setelah sarapan seorang diri di restoran hotel, Jodha tidak kembali ke kamar, tapi berjalan-jalan di lingkungan hotel. Setelah letih, dia duduk di sebuah bangku taman yang menghadap ke lembah dan perbukitan yang hijau bersemu putih karena salju yang menempel di dedaunannya.

FF Jodha akbar Destiny2Sedang asyik-asyiknya Jodha menikmati pemandangan, seorang pria perlente dengan pakaian rapi khas manager hotel menghampiri Jodha. Dengan ramah dia menyapa, “Mr Jalal?” Jodha tersenyum pada pria itu dan mengangguk. Lelaki itu mengulurkan tangan, Jodha berdiri dan menyambut uluran tangannya demi menjaga kesopanan. Lelaki itu memperkenalkan dirinya, “aku Adham Khan. Mr Jalal mempercayaiku sebagai manager di hotelnya yang megah ini. Hanya seorang manager..” Ketika mengatakan kalimat ‘hanya seorang manager’ nadanya terdengar aneh. Tapi Jodha tidak memperhatikannya. Jodha merasa heran pada hal lainnya, “mempercayai anda? Apakah itu artinya….” Adham khan tersenyum, “ya benar sekali. Mr Jalal adalah pemilik sekaligus pemegang saham terbesar di hotel ini. Apakah anda tidak tahu itu?” Jodha menggeleng dengan polosnya. Jodha tidak tahu tentang kekayaan dan aset yang di miliki Jalal dan dia merasa tidak perlu tahu. Adham menatap dengan rasa heran dan bertanya, “apakah ini pertama kalinya anda berkunjung ke Simla?” Jodha mengangguk. Adham bertanya, “dan anda tidak ingin jalan kemana-mana?” Jodha tertawa, “suamiku sedang ada urusan kerja, dan aku tidak tahu harus kemana. Aku tidak tahu arah..” Adham berkata, “kami mempunyai pemandu wisata yang dapat di andalkan dan akan menunjukan tempat-tempat yang indah di simla.” Jodha berpikir, “dari pada diam di kamar hotel sendiri, bukankah tidak ada salahnya kalau keluar jalan-jalan. Mr Jalal pasti mengerti.” Jodha tersenyum dan bertanya, “apakah ada pemandu yang wanita?” Adham mengangguk, “pemandu wanita atau pria, semua tersedia. Karena Mr Jalal adalah boss kami, maka sudah kewajiban kami untuk melayani anda. Jika anda mau menunggu, aku akan memanggilkan pemandu dan kendaraan yang akan membawa anda berkeliling.”

Jodha mengangguk. Tak lama kemudian, sebuah kendaraan mewah dan seorang pemandu wisata wanita siap melayani Jodha. Tanpa pikir panjang, Jodha menghabiskan waktunya berjalan-jalan keliling Simla. Sehingga tanpa terasa waktu berlalu begitu saja. Sudah hampir pukul 4.30 ketika Jodha kembali ke hotel dan berjalan memasuki lobby. Karena melihat kerumunan beberapa orang di depan pintu Loby, Jodha mencoba mencari jalal memutar untuk menghidar dari keramaian. Dia tidak menyadari kalau tatapan mata dari orang-orang yang berkerumun itu tertuju padanya. Jodha bergegas melangkah menuju lift. Tapi belum juga sampai di depannya, Jodha merasa seseorang merenggut tangannya dengan kasar dan memutar tubuhnya. Jodha tersentak dan menepiskan tangan itu dengan marah. Ketika dia menoleh, dia melihat Jalal berdiri di depannya dengan wajah memerah menahan marah. Dengan setengah teriak dia membentak, “dari mana saja kau? Kenapa tidak mengangkat telpon? Kenapa tidak menelpon? Kenapa pergi tanpa pamit? Tidakkah kau terpikir apa akibat dari tindakanmu itu?” Di bentak begitu di hadapan orang banyak, Jodha dengan gugup menyahut, “aku…aku hanya berkeliling simla. Tidak kemana-mana. Kenapa kau begitu marah?” Jalal menujuk para manager dan petugas hotel yang berdiri berkerumun tak jauh dari tempatnya berdiri dan sedang menatapnya dengan tatapan yang tidak dia mengeri, “apakah tidak terpikir oleh mu untuk memberitahu mereka?” Jodha menatap heran, “kenapa kau harus memberitahu mereka? Sebagai tamu hotel kita bebas keluar masuk sesuka hati kita kan?” Jalal mencengkeram tangan Jodha, “kau bukan hanya sekedar tamu hotel. Kau… ~Jalal ingin mengatakan sesuatu tapi mengurungkannya~ kau pergilah ke kamar. Aku akan menyelesaikan urusan dengan mereka dulu.” Tanpa menunggu sahutan Jodha, Jalal segera melangkah ke kerumunan. Ketika dia menoleh dan masih melihat Jodha berdiri mematung, Jalal segera membentaknya, “Apa yang kau lakukan di situ?” Tanpa menunggu lagi, Jodha segera berlari memasuki lift dan pergi ke kamarnya.

Dalam kamar, Jodha uring-uringan sendiri. Dia tidak tahu apa salahnya, sampai Jalal membentak-bentak dirinya di depan banyak orang. Dia hanya pergi jalan-jalan, itupun bersama seorang pemandu wanita. Apa yang salah coba? Jalal mengatakan Simla tidak akan mengecewakannya, tapi kalau seharian terkurung di dalam kamar, bukankah dirinya sudah pasti akan kecewa? Sedang uring-uringan begitu. Tiba-tiba bel pintu berbunyi. Jodha menduga kalau itu Jalal. Dengan enggan dia menuju ke pintu dan membukanya. Ternyata dugaan Jodha salah, bukan Jalal yang datang. Tapi 2 orang pria tinggi besar, yang berdiri di depan pintu sambil menyerigai menakutkan. Jodha mendapat firasat buruk dan hendak menutup kembali pintu kamar hotelnya. Tapi salah satu pria itu menahan pintu agar tetap terbuka dengan sebelah kakinya. Sedangkan pria yang lain dengan cepat membekap mulut Jodha dengan sebuah sapu tangan. Tak lama setelah itu, tubuh Jodha melorot jatuh, tapi pria satu lagi segera menangkapnya dan membopongnya pergi di ikuti temannya. Mereka membawa pergi Jodha melalui tangga darurat.

Tak sampai lima menit kemudian, Jalal datang dari arah yang berlawanan. Dia memencet bel pintu. Sekali tidak ada yang membuka. Lalu dua kali, pintu tidak juga terbuka. Jalal hilang kesabaran. Dia tahu Jodha pasti sedang marah padanya. Tapi membiarkan dirinya berdiri di depan pintu selama itu, bukankah sudah keterlaluan namanya. Jalal bertekad akan menghukum Jodha karena perbuatanya itu. Jalal kembali mencoba memencet bel pintu, setelah mencoba berkali-kali, Jalal jadi panik sendiri. Melalui interkom, dia mengubungi resepsionis. Tak lama kemudian seorang manager hotel datang dan membantu jalal membuka pintu kamar menggunakan kartu gesek miliknya. Begitu pintu terbuka, jalal segera menerobos masuk memanggil Jodha. Suasana kamar sangat senyap, tidak ada tanda-tanda kehidupan. Jalal mengintip pintu kamar kamdi yang terbuka, tidak ada Jodha. Dia melihat ponsel dan dompet Jodha ada di atas meja. Tapi Jodhanya tidak ada….. Takdir bag 42

 NEXT